Firman Boesly adalah salah satu skateboarder old school dari Bandung yang style bermain nya adalah speed dan melakukan big tricks baik pada saat drop in atau menghadapi obstacle rails besi. Bermain skate dari awal tahun ‘90an, bersama adik (Nova) dan kakak (Fajar), Firman pun merasakan kultur skateboard Bandung dari awal ‘90an sampai sekarang ini dimana dia masih aktif dan membuka Boesly school of skateboarding dan juga menjadi team manager dari Screamous skate team. Mari berbincang dengan Firman mengenai “perjalanan†skateboard dia dari Gedung Sate, Taman Lalu-Lintas, Hobbies skateshop sampai membawa dia mendapatkan sponsor dan berkompetisi dimana-mana..
“Segala sesuatu dalam kehidupan ini nyambung ke skateboard, kalau sedang ada masalah bisa cepat mencari solusi nya. Dalam pengambilan keputusan baik dalam bermain skate dan dalam hidup, kita pun diharuskan berfikir dan memiliki refleks cepat.â€
Apakabar Firman? Sekarang kegiatan apa saja?
Alhamdulillah baik. Kegiatan masih seputaran skateboard. Kerjaan masih di produksi kemeja dan jaket dari 2003, bareng adik juga si Nova. Kalau untuk skate kebetulan buka skate school namanya Boesly school of skateboarding..
Berarti sekeluarga ikut jadi pengajar dan instruktur skateboard?
Kalau dibutuhkan si Fajar juga ikutan ngajar, kalau Nova ga mau ngajar haha. Lokasi di taman pramuka. Murid dari 3 tahun sampai 21 tahun ada. Pernah ada ibu-bu umur 39 juga ikutan. Mungkin agak gengsi kalau seumuran kita ikut kursus skateboarding haha. Total murid ada 11 alhamdulillah.
Gue inget dulu Boesly bros pernah di interview dulu jaman majalah Ripple. Yang main skate awalnya siapa?
Yang awal main kakak saya si Fajar tahun 1993-1994. Kalau pro kita bertiga sekeluarga bareng. Secara profesional bermain skateboard maksudnya. Dapet sponsor dan endorse pertama si Nova Spyderbylt tahun 98-2003, dan berangkat ke Thailand untuk kompetisi X-Games. Fajar dan saya bareng dapet sponsor tahun 1999-2000. Kalau saya di sponsorin sama Thrift clothing, brand nya si Metal dulu. Bareng sama Jack Curtain yang sekarang sudah jadi pro di Amerika. Lalu dapet sponsor berbayar yang decent Rip Curl. Lalu pindah kontrak ke Insight 51 brand Australia. Jadi memberanikan diri ke almarhum bokap untuk berhenti kuliah. “Mau hidup gimana nanti? Papan skate dan sepatunya aja harus beli. Uang darimana kalau ga kuliah.†Dulu beli sepatu Vans Salman Agah di Rockets BIP yang dari dulu aja sudah mahal. Karena saya sudah ada sponsor keluarga akhirnya support di tahun 2001-2002. Akhirnya keluar dari kampus dan skate for life. Di umur 40 ini saja alhamdulillah saya jadi team manager skate team Screamous. Kalau sekarang saya endorse dari Screamous aja.
Video skate dan majalah skate yang menginspirasi lo dari awal?
‘Hokus Pokus’ (H-Street, 1989). ‘Welcome to Hell’ (Toy Machine, 1996), cikal bakal nya brand Zero disitu. ‘Jump Off A Building’ (Toy Machine, 1998), dan ‘Dying to Live’ (Zero, 2002). Kalau majalah tentunya Thrasher, Transworld dan Big Brother. Itu aja yang masuk ke Indo jarang, cuma di Hobbies di Bandung mah. Saya aja ga pernah kebagian kalau mau beli majalah Thrasher di Hobbies karena benar-benar limited.
Skater-skater favorit lo siapa aja?
Ga berubah dari dulu sampai sekarang: Jamie Thomas (Zero Skateboards), Geoff Rowley dan Tom Penny (Flip Skateboards). Tom Penny yang gombrang bajunya double 3XL berlayer haha. Kalau main saya dulu dibilang lebih mirip style Zero Boy, karena banyak bermain besi dan mengambil style bermain Jamie Thomas. Kalau Nova dan Fajar lebih santai stylenya. Kalau Tom Penny style nya asik. Geoff Rowley style UK-based skater pisan, masa tua nya banyak main bowl dan ramps cuma dulunya brutal juga kaya Jamie Thomas. Pada masa nya mah mereka main satu tipe, cuma kalau sudah tua ya main nya mini ramps dan bowl. Saya juga main bowl, gausah banyak trick dan yang penting berkeringat lah hehe..
Bagaimana culture skateboarding di Bandung saat era lo awal mula main skate?
Saya juga SD udah maen skate pada tahun segituan, pas kelas 4-5 SD. Ada teman kebetulan anak nya wakil Gubernur. Dia duitnya banyak pisan, waktu itu beli papan 10 set dibagikan ke anak-anak, saya salah satunya. Dulu maen di sekolah aja anak-anak. Mulai kenal sama komunitas skate pertama di Gedung Sate (GS) pas tahun 1993, dibawa sama Fajar. Anak-anak tahun ‘90an awal kan kemana-mana jalan kaki, dari rumah di Kacapiring sampai ke Gasibu pake BMX sama Nova dan Fajar bertiga. Saya nonton disitu karena Fajar sudah ada teman-teman disitu. Dari situ kita bertiga beli satu papan untuk bertiga. Ollie, manual dulu belum tahu, baru tau pas lihat anak-anak GS bermain trick.
Sebelum saya main di Taman Lalu-lintas (TL) saya sempat beli papan dari anak GS. Main lah mulai di TL tahun 1994-1995. Ternyata papan yang saya beli itu ketinggalan jaman dan besar dibanding anak-anak TL yang papan nya kecil-kecil. Ternyata anak-anak GS ketinggalan zaman haha. Kalau style sama ya oversized dan gombrang-gombrang. Mau main malu papan nya beda dan di TL jago-jago. Disana seharian dateng duduk dan nontonin yang main aja seharian. Disitu ada Robby Gondrong, Opa Tiko, Maskom, Dimas, Ari Boy, Cholay. Saya ditegur sama Robby, bahagia banget ditegur hahaha. Disuruh drop di quarter ramps. Wah ini mungkin challenge saya untuk bisa diterima disini. Kalau anak-anak GS kaya Fajar dan Nova bikin komunitas pindah main ke Balkot sama Azis To See, Sonny Blankwear. Kultur musik kental juga disana. Tahun 1996 mulai ikut pertandingan di TL, tahun 1997-1998 Hobbies Jl. Tera buka, dan karena TL tutup semua pindah main di Hobbies Skate Shop. Tahun 2000an gara-gara kenal Charlie Hobbies jadi dapet juga sponsor-sponsor berbayar. Charlie suka memberi tawaran ke anak-anak yang potensial, Rip Curl, Insight 51 dapet dari Charlie.
Trik paling berbahaya apa yang pernah lo coba dan cedera paling parah pas lo coba trick apa?
Trik paling berbahaya yang saya pernah coba mungkin Kickflip backside lipslide di downrail. Tapi yang membuat saya celaka cedera dislokasi bahu kanan adalah trik heureuy yang namanya caveman. Hampir anak skate semua Dy, celaka pas lagi bercanda. Karena trik bahaya kita semua pasti fokus dan full dedikasi. Alhamdulillah jarang ada yang celaka parah. Tapi pas sedang bercanda malah suka ada yang cedera parah. Banyak yang lagi maju ga konsen jatuh kaki retak. Si Dimas kakinya nyelip di celah solokan basement BIP pas acara Bandung Public Festival. Jadi ya itu biasanya lebih banyak yang celaka dan cedera bukan karena trick yang berbahaya, lebih banyak pada saat bercanda atau tidak fokus.
Melihat Jamie Thomas drop in dari lantai 2 ‘Leap of Faith’ di video “Thrill of it All†dan Aaron “Jaws†Homoki drop-in 25 tangga di Lyon Perancis, apakah dengan conditioning para skateboarder professional ini memiliki kaki yang lebih kuat dari orang-orang normal? Lalu apa saja yang lo ajarkan saat menjadi instruktur di Boesly’s school of skate?
Saya juga pernah melihat Dimas drop in tinggi banget, jatuh dia langsung berdiri lagi. Jadi secara science, skateboard ini mengurangi impact ketika lo loncat dari ketinggian. Tanpa skate, akan menjadi high impact karena jatuh dalam keadaan diam (tidak maju) ketika landing. Lutut bisa potong atau ankle. Ketika ada skate dan roda, akhirnya impact tinggi ini berkurang karena ada gerakan maju kedepan setelah landing. Si Jaws yang drop in 25 tangga di Lyon Perancis itu dia ngebut banget, ketika itu papan nya aja masih patah. Full impact ada di skateboard entah di papan atau truck bengkok, mengurangi impact di kaki skater nya. Kalau suspensi sih kita naturally sudah ada di kaki. Saya pernah drop in paling tinggi 14-15 tangga, Dimas pernah drop in di KFC Wastukencana depan IP. Sampai sekarang detik ini belum ada yang berani. Itu tinggi nya lebih dari 2 badan kita.
Itu semua kalau saya diawali dari drop in 3 tangga, naik ke 4 tangga, 9 tangga ITB. Kalau jatuh sudah terbiasa roll kedepan, jadi impact nya berkurang. Reflek dan motorik akan terlatih. Karena itu di skate school saya ini sangat menyarankan anak-anak dari kecil agar belajar motorik dan respon badannya cepat. Semua diarahkan, jadi refleks si anak jadi berkembang. Secara scientific dan ilmu pengetahuan skateboard ini sangat membantu motorik dan refleks si anak. Di tempat saya anak introvert jadi mudah bergaul dengan komunitas dan anak-anak lain, yang tadinya badannya kaku jadi luwes. Selama 30 tahun saya main, Skateboard ini berpengaruh ke kehidupan. Segala sesuatu dalam kehidupan ini nyambung ke skateboard, kalau sedang ada masalah bisa cepat mencari solusi nya. Kita datang ke skate spot dan melihat obstacle yang harus ditaklukan, dan otak kita pun langsung mikir di depan obstacle tersebut ada apa lagi nih, jadi solusi itu harus kita dapatkan dari kebiasaan main skate. Dalam pengambilan keputusan baik dalam bermain skate dan dalam hidup, kita pun diharuskan berfikir dan memiliki refleks cepat.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Firman’s archives