Akhir-akhir ini, nama Dongker selalu bersinonim dengan show yang penuh keringat, stagedive, sing-along, fist in the air dan penonton yang pulang dengan tersenyum lebar. Dongker adalah quartet yang terdiri dari Arno (gitar & vokal), Delpi (gitar & vokal), Bilal (bass), dan Dzikrie (drum). Mereka memainkan musik punk dengan sound gitar yang cukup raw, dan terkenal akan live shownya yang enerjik dan durasi lagu yang singkat. Kalian bahkan bisa mendengar 2 EP mereka hanya dalam waktu 10 menit saja. Karena Dzikrie berhalangan hadir, mari berbincang dengan Arno, Delpi & Bilal mengenai pengalaman Arno yang hampir mati di panggung dan insiden Dongker di grebek oleh warga pada saat beres manggung di Solo..
Siapa Asmudjo yang kalian sebut di lagu “Terlalu Bodoh Untuk Bandung”? Apakah dosen ITB tempat kalian kuliah? Awalnya memutuskan ngeband gara-gara satu kampus ya?
Delpi: Iya itu dosen Senirupa ITB, dosen saya, Bilal sama Dzikrie. Dia ngajar beberapa mata kuliah teori, disebut sebagai bapak kontemporer Indonesia. Apa sih Lal pameran tunggalnya dulu?
Bilal: Maju Gak Bisa, Mundur Gak Bisa gitu ya? Lupa lagi. Dia ngajarin seni eksperimental dulu..
Delpi: Dia ada statement di pamerannya bahwa ga ada yang original. Cuma dia aja yang orisinil, karena itu nama instagram nya Asmudjo Asli, yang lain seniman palsu..
Bilal: Iya betul kita ketemu di kampus ITB dulu, dulu aku, Arno sama ada satu teman lagi sering nongkrong di kontrakan Delpi.
Delpi: Dulu saya ngekos mas bareng Bilal, Arno dan teman satu lagi, cuma dia gak diajakin ngeband karena gak bisa main musik, bisa nya bikin tank dan senjata perang. Kalau dulu sama pas tingkat satu kurang dekat sama Dzikrie.. Pas tingkat 2 mulai dekat..
Bilal: Dia wibu soalnya mas hahaha..
Arno: Dzikrie temenan nya banyak sama wanita soalnya mas.. Kita dulu masih malu sama wanita waktu itu..
Sound gitar kalian terdengar raw di rekaman dan versi live kalian. Sound gitar ideal versi kalian itu yang bagaimana sih?
Arno: Kalau aku sih di musik garage itu paling suka sound clean kaya Dark Thoughts gitu mas.. Sedikit overdrive tapi cempreng. Tapi ada nge fuzz nya dikit.. Kalau buat di musik punk paling suka sound kaya gitu buat gitar. Biar ga cape downstroke terus..
Nanti tangan nya gede sebelah ya kaya Ramones dan Misfits kalau downstroke terus haha..
Arno: Oh iya bener gede sebelah tuh mereka haha..
Delpi: Kalau jenis suara efek saya sepakat sama Arno sih, cuma kalau di gitar saya suka gitar yang menumpuk di layer-layer atau penempatan nya jelas di lagu tuh.. Ada beberapa band yang gitar nya 2 tapi ga signifikan kenapa gitar nya 2. Kaya album Arctic Monkeys yang gambar orang ngerokok itu terasa ada 2 manusia yang main gitar. Menurut saya suara gitar yang bagus itu terdengar kenapa urgensi nya misal harus 2, 3 atau 4 orang..
Bilal mungkin mau nambahin sound bass yang ideal menurut lo?
Bilal: Saya suka Frankie Sadikin. Skillful tu orang Indonesia kaya gitu, cuma dia kan memang jago. Sound bass Parquet Courts juga saya suka, slide-slide nya enak, sound nya agak bulat juga..
Musik kalian terdengar catchy, layaknya band-band seperti Protex dan The Dickies. Album punk terbaik versi masing-masing personil apa? Dan Kenapa?
Arno: Dark Thoughts. Band 2013 gitu mas. Albumnya yang self titled. Dari segi sound dan vokalnya tuh kaya yang nyanyi bahasa Inggrisnya cepat. Aku tuh terinspirasi live music dari mereka, gitar juga SG, terus dia itu bertiga.
Delpi: Blitz yang album Voice of A Generation. Mereka tuh band Oi punk secara fashion, dan visual, cuma secara musik berkembang terus, ga seperti band punk yang lain, lebih open minded musikalitas nya. Kaya Cock Sparrer juga kesan nya seram tapi saya suka. Cuma yang representatif buat Dongker itu Blitz.
Bilal: PUP punk bukan sih? Kalau aku sih selain musiknya suka penampilannya dulu sih, dan artwork kemasannya. Albumnya yang The Dream is Over.
Siapa saja yang menulis lirik di Dongker?
Arno: Kaya single terakhir yang “Sepenggal Sadarâ€, itu lirik dari Delpi lalu aku rubah. Atau misal aku yang bikin lirik pasti diubah juga sama Delpi… Jadi dari intro sampai outro itu dinamikanya sedih secara lirik..
Delpi: Awalnya tuh judulnya “Setengah Sadar†tapi sama Arno diubah jadi “Sepenggal Sadarâ€. Kebanyakan saya sama Arno. Arno itu banyak imbuhan nya. Kalau ada hal yang diluar orang pada umumnya itu pasti Arno. Kaya suara kambing. Nanti di album ada suara gorila..
Lirik-lirik lagu kalian bertema perlawanan pada otoritas tetapi kadang bersifat nihilist juga. Kalau disuruh memilih, kalian lebih suka lirik-lirik yang berbahaya seperti Crass, intelek seperti Propagandhi atau lirik yang lebih bersenang-senang seperti The Queers?
Arno: Kalau The Clash tau sih agak-agak politis.. Aku sih pengen nya bersenang-senang, komedi gitu, tapi ada politiknya biar tajam aja sih..
Delpi: Crass No, bukan Clash.. Saya ketiga-tiganya gak begitu suka sihh.. Kalau di Dongker gak cuma di lirik aja sih penerapannya. Meskipun “Bertaruh Pada Api†liriknya agak sedih, secara gimmick dan pembawaan kita tetap fun, Arno masih pakai topeng di panggung, merchnya tampilan kartun, live show kita pada senyum ketawa.. Gak semua elemen di Dongker berfokus ke satu titik..
Arno: Rencana di 4 track di album mendatang yang nanti mau kita rilis itu, saya juga bingung nanti live nya gimana mau dibawa senang-senangnya. Saya kan orangnya olah rasa banget nih. Gatau sih ntar kayaknya sedih albumnya..
Kemarin saya liat di IG, Dongker sedang rekaman di Downton Market Studio ya? Sedang merekam single baru atau menggarap album?
Delpi: Sebenarnya udah hampir setahun nih, mulai bulan Juni 2022, udah direkam 11 lagu gitarnya. Target 13 lagu. Tadinya mau 22 lagu, cuma setelah sharing sama anak-anak Sun Eater katanya kebanyakan.
Arno: Iya terlalu banyak bisa jadi 2 album..
“Bertaruh pada api” itu tema besar liriknya bercerita tentang apa?
Delpi: Ini tentang patah hati terhadap Jokowi mas hahaha..
Arno: Jokowi? Bukannya tentang perselingkuhan Pi?
Delpi: Saya pribadi ngerasa Dongker itu sulit untuk bikin lirik yang spesifik menceritakan suatu kejadian. Misal Tigapagi yang menceritakan kejadian tahun ‘65. Atau “Bioskop Pisau Lipat†milik Melancholic Bitch itu kan spesifik pengalaman anak-anak Melbi pas dipaksa menonton film G30SPKI di bioskop. Karena itu banyak lagu kita itu menghadirkan pengalam personal kami ke bahasa yang lebih umum. Bahkan ada 1 lagu itu menceritakan tentang keluarga teman atau kesedihan yang dirasakan teman saya ketika istrinya meninggal. Jadi dekonstruksi nya lebih umum.
Video “Batas Pedut†dibuat oleh Bilal ya? Ide awal memakai teknik animasi rotoscope di video “Batas Pedut†dari mana? Gimana proses penggarapan video itu?
Bilal: Awalnya melihat efektivitasnya aja sih. Waktu itu terburu-buru oleh deadline, akhirnya kita memakai metode rotoscope dan memilih lagu itu karena durasi lagunya paling pendek cuma 34 detik. Paling masuk akal untuk dibikin animasi ya lagu itu, prosesnya panjang soalnya kalau bikin animasi. Sebenarnya belum maksimal, tapi yang ditonjolkan adalah teknik hand drawingnya raw dan kasar ala punk.
Arno sering menggunakan topeng kupluk yang cukup iconic setiap perform live dan itu menjadi ciri khas Dongker. Kenapa cuma Arno aja yang pakai? Ide dari mana awalnya memakai topeng setiap perform?
Arno: Awalnya untuk menutupi ketampanan mas… Awal main pakai balaclava di acara Taman Sari Melawan, tapi masih balaclava Eiger. Saya pengen Dongker masuk ke pengkondisian Taman Sari, pakai balaclava biar anarkis.. Tetapi sebenarnya ingin menutupi muka sih, orang-orang yang nonton serem soalnya.. Nah kalau udah pakai topeng jadi lebih pede aja. Lalu semenjak itu jadi pakai topeng terus. Dan dulu juga saya gondrong jadi pakai balaclava biar rambut ga ganggu pas main gitar.. Lalu sesudah pandemi aku bikin balaclava ke teman namanya Sasa Yarn Eater, custom bikin yang unik, tambahin rambut mohawk punk nya sekalian..
Delpi: Saya sih pernah nyobain maen pakai balaclava tapi pusing, pengap mas.. Waktu di Gudskul gak keliatan apa-apa dan pusing, nyanyi juga susah. Tapi kalau Arno sudah terbiasa nyanyi pakai balaclava. Sudah menyatu dia.
Bilal: Kalau Delpi gak mau menutup ketampanan nya kayaknya mas hahaha.. Kalau saya rencana malah manggung pakai peci..
Arno: Waktu konser “Sepenggal Sadar†di Gudskul juga kita semua pakai balaclava semua personil. Cuma di 2 lagu awal, karena pada eungap..
Dengar-dengar kemarin ada insiden banyak penonton naik ke panggung dan sampai mengganggu performa Dongker (bahkan sound monitor ada yang mati). Bisa elaborasi sedikit?
Arno: Sebetulnya gara-gara Dongker punya ekspektasi main bagus sih di SFTC sebab memang acara tersebut ngomongin musiknya sebagai bentuk apresiasi & didokumentasikan secara proper, makanya kami sudah mempersiapkan untuk main bagus, jadinya kami hanya sedih sendiri ketika kemaren mainnya cukup buruk sebab adanya gangguan teknis dan lain-lain, kami emang tidak ada persiapan untuk kondisi seperti itu & kami pengen punya momen keren di SFTC, alhasil kekecewaan yang terjadi, jadi sebenarnya tidak ada salah benar di kejadian kemarin tapi hanya lebih ke tepat atau tidak tepat aja, bagi aku pribadi kemarin tidak tepatnya adalah ketika penonton naik dan tidak mengerti kondisi konteks acara SFTC yang memang kami sebagai performer punya ekspektasi kepuasan untuk unjuk gigi musik kami sendiri. Kebetulan juga output dari SFTC kan musik video di Youtube dan itu menjadi kesempatan pertama Dongker dilihat sebagai band yang bagus secara aksi panggung dengan video yang ciamik.
Delpi: Disamping tindakan merebut mic tanpa concern memang mengganggu kami memiliki ekspektasi tinggi dalam show SFTC kemarin seperti kata Arno karena memang akan menjadi salah satu dokumentasi live yang baik dari tim SFTC. Karena ekspektasi tersebut saya cukup bete dan akhirnya terus menendang dari awal set sampai akhir. Tapi tindakan saya ini tidak sepenuhnya dibenarkan oleh rekan band saya, karena setelah show berakhir Arno memberi teguran kepada saya untuk lebih sabar jika ada hal diluar kendali terjadi saat di panggung.
Versi masing-masing personil: Live show kalian yang paling berkesan?
Delpi: Kalau kejadian unik di Solo sih. Mau siapa nih yang cerita nih hahaha.. Bilal saksi pertama nih..
Bilal: Kalau ini bukan venuenya, lebih ke peristiwanya, kita di grebek warga pas lagi nginep, kirain masalah nya gara-gara kita menginap disitu. Taunya masalah personal yang punya kos-kosan nya..
Delpi: Jadi pagi-pagi Bilal bangunin saya jam 8. Bilal kan ga ngerti soalnya orang-orang marah pakai bahasa Jawa, ternyata kita diusir dari kontrakan nya. Hubungan warga dengan penghuni kontrakan ternyata kurang baik. Gigs nya lancar, setelah main ngegigs kita makan dan nongkrong. Lalu kita dititipin di kontrakan itu. Datang kita langsung tidur karena sudah capai. Tau-tau pagi-pagi digrebek dan kita gatau ada apa..
Arno: Yang kemarin terakhir ya mas? Nah kalau di Gudskul pas konser “Sepenggal Sadar†itu adalah pengalaman pertama saya seperti mau dicabut nyawanya. Pengap parah karena saya salah kostum. Pakai wearpack bahan nya tuh panas dan anti air, dan pakai balaclava baru yang agak tebal. Kondisi juga saya capek karena nyetir dari Bandung ke Jakarta. Massa udah main gila semua di gigs itu, dan saya sebagai performer juga harus menunjukkan kalau saya main dengan gembira. Saya gak bisa nafas, sudah mau pingsan di lagu kedua terakhir. “Wah saya mati disini kayaknya masâ€. Gapapa deh mati disini.. Karena suhu badan saya ketahan di wearpack saya, untungnya masih bisa nyanyi dan main gitar. Ini pengalaman paling melekat sepanjang manggung.
Bilal: Beres acara Arno langsung telanjang mas diluar..
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos by Bimanda Dharma, Prita Darkofmoist, Delpi