Setelah mendapatkan nominasi Anugerah Musik Indonesia untuk kategori “Artis Solo Pria/Wanita/Grup/Kolaborasi Elektronika Terbaik†di tahun 2022, White Chorus tiba-tiba drop sebuah album baru di tahun 2023. Setelah debut album “FASTFOOD†yang dirilis pada tahun 2021, kini mereka kembali dengan racikan yang lebih fresh secara produksi, aransemen dan direction. Mereka pernah mengatakan kepada Jeurnals di sebuah interview kalau pada awalnya berniat membuat sebuah album full dengan lagu trip hop ala Portishead dan Massive Attack yang tidak terealisasi di album “FASTFOODâ€. Ternya di album “LIMBO†ini, mereka tetap tidak merealisasikan itu tetapi malah membawa direksi musikal White Chorus ke arah yang lebih fresh.
Dibuka dengan lagu ‘BLU’ yang di co-produseri oleh Alyuadi (Heals, Fuzzy I) dan Dhafir (The Sugar Spun), track ini dibuka dengan strumming gitar yang sedikit dreamy dibalas oleh lantunan dari Friska “what else can i do?â€. Menarik, karena mereka mungkin bisa dibilang jarang membuka sebuah lagu dengan riff gitar. ‘Mystery’ adalah track yang tepat untuk meneruskan mood ‘BLU’. Highlight track ini terdapat di menit 1.29 dimana terdapat perubahan beat yang semakin intens yang berfungsi sebagai breaks sebelum kembali ke verse. Track ke 3 adalah ‘This Feeling’, single pertama yang sangat pop dan sedikit mengingatkan saya pada Homogenic di album kedua. Beat lagu ini juga sedikit mengingatkan pada single ‘Ditto’ milik NewJeans. ‘Somerset’ yang diambil dari sebuah nama daerah di Singapura adalah single ketiga dari album ini (yang video klipnya juga berlokasi di Somerset). Masih dalam wilayah electro-pop, track ini juga sangat catchy.
‘Don’t Want This To Be Over’ sangat menarik. Loop gitar akustik di yang bermain di seluruh lagu adalah nostalgia terhadap RnB tahun 2000an. Ya, White Chorus memang versatile dan dengan nyaman bisa bermain di genre electro-pop, RnB, house sampai trip hop. Membicarakan trip hop, ‘3AM’ adalah sebuah track bernuansa trip hop yang sedikit gelap. Co-produced juga oleh Tendi Ahmad dan menampilkan rapper Nartok. Ah, ternyata sebuah lagu berbahasa bilingual, menarik. ‘HoW cOuLd U’ sangat menarik, dengan beat dinamis dan gitar jangly. Saya bisa membayangkan track ini akan menarik jika dimainkan live dengan full band tanpa sampling dan sequencer. ‘KAFFEINE’ adalah penultimate track yang juga diproduseri oleh Kareem Soenharjo. Lagu tidak akan terdengar out of place apabila dirilis di akhir ‘90an atau awal ‘2000an. ‘Amarah’ menutup album ini dengan high-note. Dan menurut saya ini adalah track terbaik dan menjadi instant favorite setelah didengar. Mungkin White Chorus harus mempertimbangkan untuk membuat sebuah album full berbahasa Indonesia, karena mereka bisa melakukan nya dengan flawless. Overall “LIMBO†dipenuhi oleh produksi yang top notch dan versatilitas White Chorus untuk berpindah-pindah genre di beberapa lagu tanpa terdengar memaksakan. Walaupun para produser tamu disini mampu menambah warna yang menarik, lagu-lagu yang diproduseri oleh Emir Agung Mahendra sendiri menurut saya sudah cukup keren. Jika ada band yang mampu self produced dengan hasil yang keren, mungkin White Chorus bisa masuk ke list tersebut.
Text by Aldy Kusumah