Etos D.I.Y., anti-konsumerisme dan anti-kekerasan (violent dancing / slam dance)
Selain prinsip D.I.Y., straight-edge dan anti-konsumerisme mereka yang unik, Fugazi juga mempunyai berbagai prinsip yang cukup berbeda dengan band-band punk/hc atau yang mengusung genre sejenis. Fugazi tidak pernah membuat merchandise dan mereka sangat anti untuk memakai baju atau atribut yang bermerk (mereka seringkali manggung bertelanjang dada ataupun memakai kaos polos). Jadi jika kamu melihat orang memakai merch Fugazi, sudah pasti itu bootleg. Selain itu, etos D.I.Y. (do it yourself) mereka cukup garis keras. Mereka merekam, memproduksi, merilis dan mendistribusikan rilisan-rilisannya secara mandiri. Mereka tidak pernah manggung di venue yang menjual tiket masuknya diatas $5 (walaupun di akhir umur band ini mereka kesulitan membook event yang ingin menjual tiket dibawah $10-$15), karena mereka ingin membuat gigs punk selalu terjangkau untuk semua kalangan, dan menariknya selalu bermain di all-ages show dimana penonton dibawah 17 tahun pun boleh masuk dan menikmati showcase Fugazi. Karena Fugazi juga anti segala bentuk bahasa kekerasan, maka mereka selalu melarang para crowd untuk slam dancing / violent dancing di moshpit. Di sebuah show Ian MacKaye pernah menghentikan lagu dan menyuruh seorang penonton yang moshing dengan brutal untuk keluar, lalu uang tiket penonton tersebut dikembalikan dengan sopan. Uniknya, Fugazi pun selalu memberikan performa maksimal seakan tidak ada hari esok di setiap penampilannya.
Formasi dan tahun-tahun awal (1986–1989)
Fugazi terbentuk setelah grup punk hardcore legendaris Minor Threat dibubarkan, MacKaye (vokal dan gitar) aktif dengan beberapa grup yang berumur pendek, terutama Embrace. Dia memutuskan untuk membuat sebuah proyek yang terdengar “seperti The Stooges dengan elemen reggae”, tetapi MacKaye khawatir untuk membentuk band lain setelah bubarnya Embrace. MacKaye ingin berada di sebuah band bersama orang-orang yang ingin bermain musik seperti dia. MacKaye merekrut mantan drummer Dag Nasty Colin Sears dan bassist Joe Lally, dan ketiganya mulai berlatih bersama pada bulan September 1986. Setelah beberapa bulan latihan, Sears kembali ke Dag Nasty dan digantikan oleh Brendan Canty (sebelumnya Rites of Spring). Suatu hari, Guy Picciotto, rekan band Canty di Rites of Spring mampir saat sesi latihan Fugazi. Dia kemudian mengakui bahwa dia ingin untuk bergabung dengan grup tersebut. Namun Picciotto kecewa karena sepertinya tidak ada tempat untuknya.
Band ini manggung pertama kali di Wilson Center pada awal September 1987. Grup tersebut masih membutuhkan nama, jadi MacKaye memilih kata “Fugazi” yang diambil dari buku “Nam” karya Mark Baker. Di dalamnya terdapat akronim slang untuk “Fucked Up, Got Ambushed, Zipped In [a body bag]” yang disingkat menjadi Fugazi. Band ini mulai mengundang Picciotto untuk berlatih. MacKaye akhirnya meminta Picciotto untuk menjadi anggota penuh, dan dia menerimanya. And the rest is history.
Ian MacKaye, Fugazi dan pengaruh Dischord Records terhadap skena Washington D.C.
Sebelum mendirikan Fugazi, Ian MacKaye lebih dulu bermain bersama The Teen Idles (pada tahun 1979). Sesaat setelah Idles bubar, MacKaye ingin melakukan sesuatu mengingat ia masih memegang $600 yang dihasilkan dari beberapa kali manggung bersama Teen Idles. Akhirnya MacKaye bersama Jeff Nelson memutuskan untuk membangun label rekaman sendiri bernama Dischord Records. Lewat label ini, MacKaye mulai menjaring relasi dengan band-band punk lokal di D.C. Pada 1985, Revolution of Summer yang diinisiasi oleh Amy Pickering mulai aktif. Dilatarbelakangi oleh maraknya kekerasan di gigs punk hingga sikap apatis terhadap kondisi sosial-politik. Mereka melangsungkan demo di depan kedutaan Afrika Selatan. Mereka menuntut apartheid dihapuskan.
Kehadiran Revolution Summer melahirkan band-band baru seperti Rites of Spring, Embrace, Dag Nasty, Soulside, Jawbox, Shudder to Think, sampai Nation of Ulysses. Keadaan tersebut juga membawa MacKaye melakukan hal serupa dengan membentuk Fugazi pada 1987, empat tahun pasca bubarnya Minor Threat. Secara tidak langsung Ian MacKaye, Dischord dan Fugazi juga sangat berpengaruh bagi blueprint dan menjadi benchmark musik post-hardcore maupun punk/hc di skena Washington D.C., yang kemudian diadopsi juga stylenya oleh band-band secara global.
Untuk kamu yang baru digging musik Fugazi, kami menyarankan untuk mulai dari track-track berikut ini:
1. Waiting Room
2. Turnover
3. Sieve-Fisted Find
4. Recap Modotti
5. Cashout
6. Do You Like Me?
7. Great Cop
8. Nice New Outfit
9. Bulldog Front
10. I’m So Tired
Words by Aldy Kusumah