Deden adalah orang dibalik Dinding ini Milik Kami, sebuah upaya pengarsipan poster dan flyers gigs lokal. Deden sudah mengarsipkan lebih dari ___ poster fisik dan bahkan memamerkannya di berbagai eksibisi.
Halo Deden. Sekarang sedang sibuk dan menjalankan aktivitas apa saja selain mengerjakan D.I.M.K.?
Halo, aktivitas sekarang khususnya yang berkaitan dengan komunitas tidak terlalu banyak dibandingkan dengan beberapa tahun sebelum menikah. Mungkin juga kondisi yang sama di alami oleh banyak orang ketika memasuki fase tersebut (menikah). Sedikit mengurangi intensitas dan menyesuaikan dengan kehidupan baru, waktu untuk keluarga dan anak juga. Sesekali jika waktu memungkinkan datang ke gigs atau bersilaturohim dengan teman-teman mengingat waktu kerja saya sebagai buruh di perusahaan logistik pengiriman barang harus sedikit pintar mengatur waktu tersebut.
Label dan distribusi saya, ALTERNAIVE sekarang berjalan sangat slow dan bahkan mungkin sedang mengalami hiatus. Untuk ALTERNAIVE Booking Tour, tour organizer yang saya jalankan setelah 2017 lalu menghentikan aktivitasnya, ditahun 2023 lalu mulai kembali melakukan aktivitasnya perlahan. Di 2023 lalu mengorganisir dua tur : PLAYBRUST (Malaysia), dan split tour LASTxMINUTE (Malaysia) / HOODED (Indonesia). Dan ditahun ini sedang mempersiapkan sebuah tur untuk TOOLS OF THE TRADE (Malaysia) yang akan melakukan tur ke Indonesia untuk kedua kalinya dibulan mei/juni ini.
Aktivitas lain di Klab Zine saat ini masih belum mengadakan lagi agenda bulanan untuk aktivasi kegiatannya. Di MATAMATA Zine Archieve sendiri, pengarsipan zine yang saya jalankan bersama Reka (Golosor Times) masih perlahan men-scan banyak arsip zine yang kita kumpulkan untuk nantinya bisa di akses secara online.
Juga sedang menyelesaikan menyusun satu buku jurnal tour dan photography ketika tur bersama MY DISCO (2017).
Bisa elaborasi sedikit ga bagaimana terbentuknya Dinding Ini Milik Kami (DIMK)? Konsep awalnya seperti apa dan sekarang total sudah mengarsipkan berapa flyers / poster gigs?
Pengumpulan poster gigs sendiri sudah jauh hari saya kumpulkan tapi hanya menjadi tumpukan koleksi biasa saja. Hampir bersamaan juga bagaimana saya mulai mengumpulkan zine. DINDING INI MILIK KAMI benar-benar terealisasi ketika saya mulai gabung dirumah kolektif/artist RUMAH KELINCI. Banyak di bantu oleh teman-teman disana. Dari mulai curhatan saya tentang bagaimana kedepannya nasib arsip-arsip yang saya kumpulkan termasuk poster dan zine didalamnya. Juga ketidakmampuan saya dalam soal desain grafis, yang ingin mempunyai satu terbitan dalam bentuk sebuah zine. Dari keresahan tersebutlah, setelah banyak diskusi dan bertukar pikiran, DINDING INI MILIK KAMI lahir sebagai sebuah zine poster. Yang setelah di teliti lagi konsep zine poster ini masih sangat jarang di Indonesia. Banyak sekali di bantu oleh Ferry Firmansyah / Sunstore yang juga memberikan nama DINDING INI MILIK KAMI dan desain grafis di dua edisi pertama yang terbit ditahun 2017. Konsep dari dua edisi pertama DINDING INI MILIK KAMI mengkurasi koleksi poster gigs Bandung secara periodikal dari tahun 90an hingga periode tahun 2000-an. Respon dari teman-teman ternyata sangat positif yang akhirnya melebar menemukan banyak jejaring pertemanan yang mempunyai koleksi poster gigs Bandung yang tak sungkan untuk berbagi koleksi arsip posternya untuk saya arsipkan. Termasuk di edisi ketiga, koleksi poster gigs Julius (Popstore Indo/Seni Kanji) yang berbagi banyak arsip poster gigs Bandung.
Untuk jumlah koleksi poster gigs sendiri, jumlahnya sendiri dari hari kehari semakin bertambah baik fisik dan juga arsip secara digital. Belum ada jumlah pasti, karena saya sendiri belum pernah menghitungnya.
Poster pertama dan terakhir yang Deden arsipkan apa aja dan dapat darimana?
Poster yang sedari awal masih disimpan sampai sekarang adalah beberapa poster ketika masih jaman sekolah beberapa diantaranya adalah :
Bandung Ska ’98 / Nonoman Enterprise
Pankreas ’99 / Pensi SMU 9 Bandung
Flower City Sound 2 ’99 / Dongkrak Enterprise
Amuba Garasi ’00 / Stmik Mi Widyaloka
Poster-poster yang dari awal saya simpan, entah itu didapat dari hasil hunting dijalan dengan mencabut banyak poster yang ditempel ditembok atau halte-halte bis kota. Dan juga poster dimana band saya jaman sekolah bermain didalamnya.
Untuk poster yang terakhir saya arsipkan adalah mendapat banyak arsip dari Death Rock Stars, sebuah portal musik / media musik yang telah aktif memberitakan banyak acara musik dari medio 2000an, terutama acara regular yang banyak di selenggarakan di TRL Bar Braga. Seperti gigs series Parklife.
5 gigs yang paling berkesan untuk Deden apa aja dan kenapa? (Sebutkan line-up nya juga kalau masih inget)
Last Show PUPPEN di Dago Tea House.
Menyaksikan band hardcore legenda Bandung mengakhiri karir bermusiknya di komunitas musik extreme. Tentu brutal dan banyak kejutan.Tetapi yang menjadi highlight di acara ini menyaksikan show live terbaik sepanjang masa dari BALCONY yang saat itu sudah memainkan lagu-lagu dari album Metafora Komposisi Imajinar yang belum rilis. Sound dan live performance BALCONY saat itu masih terkenang hingga hari ini.
Blood In,Blood Out – Harder Recs Showcase
Pertimbangan datang ke show ini : band yang main bagus-bagus tentunya. Dan tiket acara dibonusin poster acara yang bagus untuk ditempel di tembok kamar. Berhasil mengajak dua teman di kelas untuk ikut nonton di acara ini. Walaupun dua teman tersebut belum pernah sama sekali datang menonton sebuah gigs hardcore. Tapi, saya berhasil meminta bonus poster dari dua teman saya tadi haha… Melihat HOMICIDE live masih dengan formasi awal mereka. “aku adalah tuhan, kamu adalah tuhan” beberapa bait lirik yang membuat kedua teman saya geleng-geleng kepala ketika melihat HOMICIDE bermain.
R.A.M.B.O –Bandung Show
Show pertama yang saya ikut organisir bersama kolektif Balkot untuk band RAMBO dari Amerika Serikat yang sedang melakukan tur ke Indonesia. Pengalaman pertama secara personal mengorganisir band tur, band internasional pula. Cukup deg-degan karena di buat ketika masa tenang setelah kampanye pemilu. Satu dari generasi pertama band DIY international yang melakukan tur ke Indonesia.
MILISSI 8 – Pentas Seni SMU 8 Bandung
Di era tahun 2000-an pensi-pensi di kota Bandung banyak memasukan band-band underground yang saat itu sering main di GOR Saparua dalam daftar bintang tamu mereka. Dan pensi SMU 8 Bandung, adalah salah satu pensi bergengsi yang ditunggu-tunggu.
THRASH FEST – Balkot Terror Project
Mengorganisir sebuah show untuk band yang beberapa personil didalamnya berasal dari band idola adalah serasa menyaksikan band idola tersebut bermain di depan mata kita sendiri. Kejadian itu benar-benar terjadi ketika mengorganisir show untuk CONQUEST FOR DEATH yang beberapa personilnya adalah yang juga bermain untuk WHAT HAPPEN NEXT? Siapa yang nggak tau mereka? WHN? Adalah band DIY thrash/powerviolence penting dan berpengaruh di era tahun 2000-an. Pengorganisiran show CONQUEST FOR DEATH di Bandung sendiri dalam pengorganisirannya menemui banyak kendala. Venue yang sudah fixed yang sudah tersebar dalam poster harus di cancel karena satu dan hal lainnya. Alhasil harus mencari venue pengganti di beberapa hari tersisa bukan merupakan pekerjaan mudah, di tengah kondisi venue di Bandung saat itu yang memang sangat susah untuk disewa terutama untuk membuat event musik keras. Tapi keberuntungan masih berpihak ketika menemukan bangunan rumah kosong ditengah kota yang awalnya iseng kita tanya untuk disewa membuat sebuah show hardcore/punk. Garasi rumah kosong tersebut yang disewakan membuat show untuk CFD. Melihat Robert Collins dan Devon bermain depan mata memang sebuah mimpi yang menjadi kenyataan yang selama ini melihat mereka berdua bermain di WHN? hanya melalui video. Di akhir acara setelah evaluasi acara,kita hanya berhasil memberi CFD sebesar Rp. 100.000 setelah cost produksi acara terpenuhi dan Robert Collins menerimanya dengan sangat suka cita dan begitu sangat menikmati show di Bandung.
Itu poster-poster yang di arsipkan biar aman dan tidak rusak biasanya ada cara-cara handlingnya ga?
Awalnya memang kesulitan ketika koleksi poster semakin hari semakin bertambah. Ditambah konsentrasi saya harus terbagi juga dengan koleksi zine yang saat itu jauh lebih banyak. Ditambah lagi harus berpindah-pindah rumah atau kontrakan ketika itu. Kadang, koleksi poster sering terabaikan pada awalnya. Sampe akhirnya merapikannya dalam sebuah map folder untuk handling arsip fisik poster-poster tersebut. Lalu untuk arsip digital, secara rutin dan mulai perlahan men-scan semua arsip poster fisik tersebut. Dan yang pasti untuk penyimpanan poster-poster tersebut diusahakan jangan menyimpannya di tempat yang lembab, minimal memiliki sirkulasi udara yang cukup agar arsip poster yang kebanyakan berupa kertas tersebut tidak mudah rusak dan rapuh.
Top 5 poster gigs favorit Deden apa saja? (bagus dari artwork, atau tingkat kesulitan mendapatkannya)
Dari segi estetik, perkembangan poster sudah banyak mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Poster kini bahkan memiliki nilai ekonominya tersendiri dan bisa menjadi memorabilia tersendiri sebagai sebuah koleksi.
Kalo dari koleksi arsip poster gigs Bandung yang saya arsipkan dan menjadi favorit beberapa diantaranya adalah poster Blood In Blood Out, setelah dulu datang keshownya dan mengoleksi posternya dan lalu hilang. Sampai akhirnya menemukan kembali posternya setelah berbelas tahun lamanya walaupun bukan official poster gigsnya, tapi menemukannya kembali sungguh sangat membuat saya begitu gembira.
Karya-karya desain poster dengan visual artwork yang kuat menjadi favorit saya juga.Diantaranya poster gigs series God Bless Heavy Metal karya Morgth dan tentu saja poster gigs karya KenTerror. Poster-poster di akhir tahun 90-an yang masih berupa kolase dan gunting temple sungguh menarik perhatian saya. Seperti poster Punk Rock Party.
Kesulitan yang di hadapi saat ini adalah mendapatkan kembali poster gigs Bandung di era 90-an dan awal tahun 2000-an yang banyak terpusat digelar di GOR Saparua. Tak banyak orang-orang dulu yang menyimpan arsip-arsip poster tersebut. Kalo tak menemui pelakunya sejarahnya langsung seperti para pemain band, event organizer, para kolektor sangat sulit sekali mendapatkan akses atau poster fisiknya secara langsung yang sudah banyak dibuang terlebih lagi kesadaran jaman dulu tentang pengarsipan masih belum menjadi hal yang menjadi kesadaran di teman-teman komunitas.
Ada beberapa cerita unik ga pas lagi hunting poster-poster dan flyers gigs? Biasanya nyari kemana dan kesulitan dalam hunting biasanya apa aja?
Satu cerita unik ketika dulu masih sering hunting dan mengambil poster dijalanan. Ketika masih sering nongkrong distudio IDJS Jl. Garuda selepas pulang sekolah. Sansan salah satu crew JERUJI dan DECAY menempelkan poster gigs yang masih basah dengan lem, selang beberapa menit akhirnya saya copot poster gigs tadi. Lalu Sansan pun datang kepada saya dan bertanya kenapa poster gigs yang baru dia temple saya cabut kembali? Setelah ngobrol panjang lebar akhirnya salah malah dikasih banyak poster oleh Sansan haha…
Selain hunting poster gigs di jalanan, kebiasaan saya berkeliling ke beberapa distro yang kadang banyak menyediakan banyak poster gigs secara gratis.
Kesulitan ketika hunting poster gigs di tembok-tembok jalanan kadang tidak mendapatkan secara utuh poster tersebut, yang sering terjadi poster-poster tersebut yang dicabut menjadi sobek.
Sudah pernah dipamerkan dimana saja koleksi arsip DIMK? Apa rencana DIMK kedepannya? (Kolaborasi, eksibisi, etc)
Secara resmi showcase pertama arsip poster gigs Bandung dan beberapa poster lainnya ketika launching DINDING INI MILIK KAMI edisi 2 di Rumah Kelinci, lalu yang kedua showcase di Bandung Desain Bienalle, juga ketika peluncuran buku Don’t Read This karya Prabu dan beberapa arsip poster juga ada dalam buku tersebut.
Beberapa arsip poster gigs Bandung juga muncul di film documenter tentang Gelora Saparua Bandung yang rilis beberapa tahun lalu.
Rencana kedepan masih terus merencanakan dan menyusun edisi ke empat dari DINDING INI MILIK KAMI yang konsentrasinya saat ini terbagi juga untuk bagaimana maintenance yang baik tentang pengarsipan itu sendiri. Karena mau tak mau DINDING INI MILIK KAMI sudah bergerak jalan kearah pengarsipan yang lebih serius. Oleh karena itu, sebagai sebuah inisiasi mandiri dalam aktivasi ini tentu kiranya memikirkan bagaimana menghidupi aktivasi ini secara mandiri pula dengan cara pembuatan merchandise yang di garap serius untuk subsidi silang supaya aktivasi pengarsipan ini bisa terus berjalan. Sudah memikirkan rumah selanjutnya untuk arsip poster gigs Bandung ini membangun rumah barunya, yaitu membuat sebuah website untuk bisa di akses banyak orang. Entah itu untuk riset, untuk keperluan film, pameran dan lainnya.
Projek jangka panjang tentu saja poster-poster ini akan dibukukan sebagai sebuah pusat arsip poster gigs Bandung yang bisa terus berkesinambungan. Dan tentu juga membuat sebuah pameran tunggal untuk poster gigs Bandung ini. Yang harapannya bisa menumbuhkan kesadaran pengarsipan di setiap generasi di komunitas musik Bandung khususnya. Sudah saatnya para penggiat di komunitas musik Bandung mempunyai kesedaran yang lebih tentang pengarsipan yang bisa menjadi aset berharga dikemudian hari untuk menjaga dan merawat ingatan tentang komunitas ini.
Words & interview by Aldy Kusumah