UH! Adalah salah satu brand asal Bandung yang sudah dirintis dari tahun 2012. Identitas brand dengan kepanjangan United Hart ini selalu identik dengan kultur skateboarding dan streetwear yang cool. Attention to detail dari setiap produk pun selalu meningkat di setiap koleksinya, dan terlihat juga kalau mereka berani membayar lebih mahal ke vendor untuk menyuguhkan produk-produk dengan bahan dan detailing terbaik, tanpa melupakan fungsi dan kenyamanan nya. Mari berbincang dengan Indra mengenai video-video skate favorit dan brand-brand yang menginspirasinya.
Halo Ndra! Apakabar si UH! Sekarang? Sedang membuat rencana-rencana apa saja?
Halo JEURNALS! Kabarnya baik, dan menyenangkan. Ada beberapa rencana baru dan rencana lama yang belum terselesaikan sih.. Rencana baru itu bikin rilisan season baru dan campaign yang sesuai sama temanya (standar lah ya..), cuma kali ini pengen ditemani rilisan fisik yang bukan wearable/apparel gitu. Rencana lama sih pengen beresin video skate parts nya si UH, biar bisa segera rilis juga.
Bisa ceritain gak sedikit histori si UH! Dari awal sampai sekarang pindah toko ke 996 Council?
UH! dimulai di 2012, waktu itu masih sambil jaga toko di denim store namanya Mischief. Sempet nitip produk juga di Mischief.. Alhamdulillah rilisannya dapet respon bagus jadi bisa terus ngembangin. 2013 ijin cabut dari Mischief, terus fokus ngembangin si UH!, di 2016 dapet ajakan dari Om Dendy buat ngisi space di Tirtayasa, bikin toko lah disitu, Spacenya kecil, terus waktu itu experience interiornya sedikit cukup asing untuk toko yang jual apparel, minimal, moodnya monochromatic, dan produk yang dijualnya cuma dikit. Tapi alhamdulillah ternyata dapet apresiasi juga. Toko sempet tutup di 2022, mungkin sebagai bagian dari adjustment of the great reset; Pandemi Covid19. Terus awal 2023 diajakin Masluk buat isi space di 996 Council, tempatnya sangat menarik, di tempat “keramat†movement-nya clothing brand independen Bandung / Indonesia; Jl. Trunojoyo, sebelahan sama UNKL, record store, coffee shop, sama skateshop juga. Jadi kesempatan juga buat bikin toko yang interiornya berbeda dari yang sebelumnya, kali ini lebih ekspresif. Tapi tetap dengan moodnya UH! sih.
Kenapa memilih nama United Hart? Brand-brand apa yang menginspirasi lo awalnya untuk buat brand sendiri?
Nama United Hart sendiri sebenernya hasil akhir dari pemikiran: pengen bikin brand, yang nama-nya kalo dibaca, dilihat dan didengar oleh orang lain yang nyebut tuh kaya memancing respon. -Dan bisa juga sebagai ekspresi yang exciting-. Di logonya pake tanda seru dan underscore, kaya calling your attention gitu haha. Jadilah UH!, nah tapi mikir harus ada sesuatu yang berarti juga dari huruf itu, jadilah United Hart.
Hart itu rusa jantan yang umurnya udah 5 tahun, yang tanduknya udah jadi sempurna. Itu tuh hewan khusus yang hanya boleh diburu sama keluarga kerajaan Inggris disana. Doesn’t mean im a fan of royals or monarch or even the hierarcy things, tapi sepertinya itu cocok aja, kaya jadi ada kesan eksklusifnya gitu wkwk.
Brand yang sangat menginspirasi itu FUCT sih, dapet banget spirit kumaha aing-nya teh. Itu sesuatu yang menurut urang sangat fundamental. Selebihnya, pada waktu itu, brand-brand yang secara kultur produksi sangat memperhatikan detail dan kualitas ya.. Ya yang mereka juga sebenernya terinspirasi dari si FUCT, kaya Wtaps, NBHD dan lain-lain..
Apa pendapat lo tentang trend diskon sekarang ini? Tertarik untuk mengikuti trend tersebut? Atau menurut lo trend tersebut hanya angin lewat?
Trend diskon? Damn. Hahaha. Kita, yang lahir dari lingkungan kreatif – independen, membuat brand dan produk itu, menurut urang adalah sebagai hasil dari aktualisasi kreatifitas kita yang berasal dari lingkungan kreatif – independen tadi. Tapi sekarang teknologi sangat infiltrating, sampai mengubah perilaku dan persepsi pembeli, yang menyamarkan message atau spirit yang di carry sama brand-brand tadi, dan trend diskon ini seakan mempercepat proses pergeseran itu. Tapi i’m not complaining, kalo saya bilang sih teknologi mah tools, ini mungkin bagian dari proses pergeseran tadi, karena memang tak terhindarkan. Kita ga anti juga kok, kita ngebaca ini sebagai challenge, dan kita harus mampu jawab challenge itu, bukan keukeuh dan tenggelam dalam romansa sebelumnya. Tapi yang pasti menurut urang, identitas dan karakter yang kuat dari sebuah brand ga akan dikalahkan oleh trend diskon. Kita (brands) cuma harus bisa memanfaatkan tools baru ini aja.
Koleksi terbaru lo terlihat referensi Y2K culture dengan bermain dengan oversized cargo pants, parasut dan warna-warna neon. Konsep design dan fashion apa yang sedang lo kejar dan sukai akhir-akhir ini?
Eh baru-baru ini gw kepikiran, kayanya memang secara natural kita bakal mengapresiasi hal-hal 20+ tahun yang lalu deh, iya ga sih? Yang asalnya kita tinggalin, setelah dari jauh malah jadi terlihat menarik haha. Itu sebenernya jawaban kita dari gimana caranya bikin pakaian yang enak buat urban commuting, (since we are all now mostly kegiatan sehari-harinya memang di urban kan), enteng dipake harian, trus yang pasti harus enak dipake skating.. Nah sisanya, kaya konstruksinya, disesuaikan. Dan kalo ada warna neon-nya itu biar ada yang stand out aja sih dari overall background color si produknya
Apa kelebihan UH! dibandingkan brand-brand sejenis lain?
Gatau hahaha.. Itu mah netizen yang memutuskan hahaha.. Duh apa yah haha.. Mungkin mau bayar biaya produksi lebih mahal ke vendor, karena request kita suka banyak haha.
Apa kekurangan UH! dibandingkan brand-brand sejenis lain?
Nah, itu juga bisa jadi kekurangan.. Karena biaya produksi yang, setelah riset, lebih tinggi dibanding yang lain, kita juga jadi terbebani harus jual dengan harga yang sesuai dengan modal produksi yang dikeluarkan. Kita tau ada cheaper way, tapi kita sendiri yang pasang standar tinggi untuk sebuah detail dan kualitas untuk produk kita sendiri. Ga bilang yang lain lebih jelek, tapi kita yang milih materialnya paling bagus yang tersedia di supplier. Suka kabita sih liat brand-brand yang, dengan pilihan material dan detail, dan pricing yang mereka, mereka terlihat lebih basahh… Tapi kita tau masing-masing punya challenge-nya sendiri-sendiri. Jadi kita tetep berusaha enjoy aja sih dengan pilihan kita. Jadinya seringkali harga jualnya terlihat tak se-affordable yang lain.
Padahal secara visual produknya mungkin terlihat banyak yang sejenis. Apalagi di era digital sekarang, milih-milih itu kebanyakan dari layar hape. Jadi terlihat mirip-mirip aja, tapi harga beda jauh.
Pertanyaan terakhir: apa lo menganggap UH! sebagai brand skateboard karena lo tumbuh di culture itu?
Kalo ngobrolin skate brand atau bukan itu terasa tidak ringan, karena pemahaman gw dulu, skate brand itu harusnya titik distribusinya itu di skateshop, idealnya punya skate team dari yang di flow, endorse, dari amateur sampai pro. Rajin rilis video parts, punya full-part, rilis parts-parts riders nya. Meskipun skater-owned and skater-operated, gw ga berani klaim UH! itu skate brand, tapi yang pasti, UH! ada skate-team, ada riders yang diflow dan yang digaji, dan kita lagi beresin video-parts… Kita baru pulang dari Jakarta dalam rangka filming buat kumpliti video parts, insyaAllah tengah tahun ini mau rilis.
Bagi gw personal, bisa colongan skating pulang kantor sebelum kebagian jadwal pegang anak dirumah itu juga udah alhamdulillah hehe. Dan berusaha terus membuat sesi sesi colongan itu.
Pertanyaan terakhir: 5 video skate favorit lo dan alasan nya?
1. Salah satu yang paling gw inget itu dulu partnya Toy Machine, karena pertama tau Explosions In The Sky gara-gara nonton video itu, lagu ‘First Breath After Coma’ di outronya.
2. Lakai yang Fully Flared, bertabur bintang pada masanya.
3. Ray Barbee – Ban This, that flow while cruising the street..!!
4. Oski – Orange Label parts, rilisan Nike SB. Ini bisa memancing polemik sih haha, disuruh milih video part favorit malah masukin parts yang dirilis Nike SB. Tapi bebaskeun.. Part nya Oski disini terasa resonates, flow di transisinya wheewww..
5. Terakhir itu Polar yang I Like It Here Inside My Mind, Don’t Wake Me This Time.
Video-video nya Polar selalu menginspirasi, big love!
Text by Aldy Kusumah
Photo by @iyofrd, @farhanfadx & United Hart’s archive