Tanpa banyak basa-basi, ini adalah beberapa anime rekomendasi JEURNALS. Beberapa ada yang mungkin sedikit obscure, dan mungkin beberapa adalah icon-icon yang sudah pernah kamu tonton. Kita harap kalian bisa menemukan sesuatu yang baru yang mungkin kalian lewatkan di list ini. Ini adalah beberapa anime favorit JEURNALS. Here we go…
1. Castle of Cagliostro (Hayao Miyazaki, 1979)
Jika membicarakan Studio Ghibli, tentunya ‘Spirited Away’, ‘Princess Mononoke’, dan ‘My Neighbour Totoro’ akan menjadi highlight, walaupun sudah terlalu umum. Dan siapa yang menyangka kalau Sensei Hayao Miyazaki pernah mendirect sebuah anime Lupin yang berjudul Castle of Cagliostro ini? Beberapa set pieces action di anime ini bahkan menginspirasi Steven Spielberg untuk membuat trilogi Indiana Jones. Salah satu film Lupin terbaik, dan tentunya sebuah hidden gem dari katalog Ghibli yang cukup variatif.
2. Perfect Blue (Satoshi Kon, 1997)
Menonton Perfect Blue lebih menyerupai menonton sebuah thriller misteri Alfred Hitchcock ketimbang sebuah tontonan anime Jepang. Tema-tema seperti identitas, seks, kekerasan dan obsesi menjadi tema sentral disini. Sebuah mystery thriller dimana yang juga memiliki elemen-elemen horror, dimana sang protagonis menghadapi stalker yang mengerikan. Dianggap orang sebagai karya essential dari Satoshi Kun, Perfect Blue adalah sebuah masterpiece bagi kami. Selain Perfect Blue, karya-karya Satoshi Kun yang lain seperti ‘Tokyo Godfathers’ dan ‘Paprika’ juga wajib kalian simak.
3. Ghost in the Shell (Mamoru Oshii, 1995)
Apakah ada karya cyberpunk yang lebih relevan dari Ghost in the Shell? Ya, mungkin Akira dengan dystopia apokaliptiknya cukup merepresentasikan beberapa elemen cyberpunk, tapi Ghost in the Shell adalah sebuah blueprint buat anime-anime cyberpunk di masa mendatang. Mengangkat tema yang kurang lebih sama seperti Blade Runner, Ghost in the Shell juga memiliki aesthetic visual yang keren. Menariknya, Mamoru Oshii men-direct film ini layaknya sebuah spy-thriller ketimbang action cyberpunk ala Armitage 3 atau Battle Angel Alita. Yang satu ini memang membutuhkan kamu untuk sedikit berfikir dan fokus untuk mencernanya.
4. Akira (Katsuhiro Otomo, 1988)
Walaupun memiliki sedikit perbedaan di beberapa scene, anime ini cukup merepresentasikan apa yang ingin disampaikan oleh manga-nya. Ya, Katsuhiro Otomo mengadaptasi Akira dari manga yang ditulisnya sendiri. Visual yang cukup spektakuler, scoring musik yang bombast dan plot yang tidak mudah ditebak menjadi kekuatan Akira untuk menjadi icon anime. Tentunya T-shirt vintage Akira yang berharga 7 jutaan di thrift shop tidak akan banyak diburu jika anime nya jelek. Jika kamu pernah mendengar Akira tapi belum menonton nya, you’re in for a treat.
5. Metropolis (Rintaro, 2001)
Metropolis disutradarai oleh Rintaro (Shigeyuki Hayashi), salah satu co-founder Madhouse Studios, dan juga ditulis oleh Katsuhiro Otomo (Akira). Rintaro mengadaptasi karya tahun 1949 dari mangaka legendaris Osamu Tezuka (Astro Boy, Buddha). Dengan kecintaannya terhadap film noir Perancis dan sci-fi, Rintaro adalah orang yang tepat untuk mengadaptasi cerita dystopia ini. Cerita yang terinspirasi oleh film German expressionism berjudul sama karya Fritz Lang tahun 1927 ini bercerita mengenai ketergantungan manusia terhadap teknologi. Dengan world-building yang sangat mendetail dan visual yang bernuansa cyberpunk, Metropolis adalah sebuah anime yang secara naratif sedikit subversif dan wajib untuk ditonton.
6. Wicked City (Yoshiaki Kawajiri 1987)
Jika kalian menyukai sex and violence, ini adalah anime yang tepat untuk kamu. Yoshiaki Kawajiri dikenal oleh anime-anime dan OVA’s nya yang sadis dan memiliki sedikit unsur pornografi. Sebut saja Ninja Scroll (1993), Demon CIty Shinjuku (1988), Vampire Hunter D: Bloodlust (2000), dan favorit kami, Cyber CIty Oedo 808 (1990). Disini kamu akan menemukan banyak tentakel, adegan nudity dan gore yang bertebaran. Bahkan (mungkin) salah satu scene pada awal film ini akan membuat beberapa orang phobia untuk berhubungan intim. Ha. Untungnya plot di film ini cukup menarik, karena tanpa plot dan narasi yang jelas, menurut kami Wicked City bisa saja menjadi hentai. Mengerikan dan erotik pada saat yang sama.
7. Your Name (Makoto Shinkai, 2016)
Estetika kota kontemporer dan mood “galau†di setiap karya Makoto SHinkai adalah sebuah ciri khas. Jika Miyazaki banyak bermain dengan setting fantasy, Makoto Shinkai sering menempatkan para protagonisnya (yang kebanyakan hopeless romantics) di setting kontemporer seperti kota Tokyo. Begitu indahnya kereta yang melintas diguyur hujan (animasi yang sangat renyah dan high-def!), scene protagonis melahap makanan dan dialog-dialog yang tentunya lebih relevan ketimbang anime fantasy pada umumnya. Departemen musik dikerjakan oleh Radwimps yang selalu menjadi kolaborator Makoto Shinkai. Editing jump-cuts yang cepat khas Makoto Shinkai juga membuat kami jatuh cinta pada karya-karyanya yang lain, terutama ‘5cm per Seconds (2007)’, ‘The Garden of Words (2013)’, ‘dan Weathering With You (2019)’.
8. UrotsukidÅji: Legend of the Overfiend (Hideki Takayama, 1989)
Seri UrotsukidÅji dibuat oleh Toshio Maeda dari tahun 1986. Toshio Maeda pun pernah berkolaborasi dengan brand street wear ikonik Supreme pada tahun 2015 untuk koleksi fall/winter mereka (yang juga menggunakan beberapa artwork UrotsukidÅji). Lahir pada tahun 1953, Maeda menjadi terkenal dan menjadi produktif selama tahun 80-an hingga 90-an. Terutama pada tahun 1989, ia menciptakan karyanya yang terkenal, UrotsukidÅji: Legend of the Overfiend, yang menjadikannya sebagai pelopor genre yang sekarang dikenal sebagai “Hentai”. ‘Legend of the Overfiend’ juga dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu film anime Horror yang paling kejam. This one will blow your mind.
9. Wolf Children (Mamoru Hosoda, 2012)
Pertama kali kami ‘terpapar’ oleh karya anime kontemporer jenius, Mamoru Hosoda, adalah pada saat melihat ‘Wolf Children’ untuk pertama kalinya (tentunya via Torrent pada masa itu). Wolf Children adalah kisah tentang Hana, seorang wanita muda yang, jatuh cinta dengan manusia serigala, lalu hamil dengan keturunan lycanthropic-nya. Menampilkan kepekaan tematik rutin Hosoda, Wolf Children menggambarkan – dengan sungguh-sungguh – cobaan dan kesengsaraan memulai sebuah keluarga, kesengsaraan membesarkan balita supernatural dan masalah sosial mendesak yang muncul dari menjadi orang tua tunggal; dan tetap memperhatikan seluk-beluk emosi manusia secara bersamaan.
10. Megazone 23 (Noboru Ishiguro, 1985)
Meskipun The Matrix baru-baru ini mempopulerkan konsep realitas virtual menjadi konsep mainstream, konsep manusia yang hidup di dunia ilusi yang diciptakan ternyata telah ada dari tahun 1985. Dengan diperkenalkannya Megazone 23, sebuah judul terkenal yang bisa dibilang meluncurkan format OVA dan melahirkan dua sekuel. Hampir dua puluh tahun kemudian, animasi tersebut menjadi sangat ketinggalan zaman, tetapi Megazone 23 berisi semua cerita inti yang membuat film Keanu Reeves begitu sukses. MUngkin sebagian dari kalian sudah pernah melihat cuplikan scene-scene Megazone 23 di playlist Youtube City Pop atau video lirik band tertentu. Memang aesthetic di Megazone 23 sangat menarik, apalagi action set piecesnya yang cukup epik. Ini adalah salah satu hidden gems yang menurut kami masuk kedalam kategori wajib tonton. Happy hunting!
Honorable mentions:
1. Bubblegum Crisis (1987)
2. Patlabor: The Movie (1989)
3. Royal Space Force: The Wings of Honneamise (1987)
4. Jin-Roh: The Wolf Brigade (1999)
5. Angel’s Egg (1985)
6. Armitage 3 (1995)
7. Cowboy Bebop (1998)
8. Kite (1988)
9. Records of Lodoss War (1990)
10. Neon Genesis Evangelion (1995)
Words by Aldy Kusumah