Belakangan ini, jika melihat foto-foto keren dari Perunggu, White Chorus, Danilla, Sore, Tulus sampai D’Masiv pasti kita akan melihat photo credits by Rakasyah Reza. Selain melakukan foto untuk kover album, Raka juga aktif melakukan stage photography dan membuat foto profil band yang terlihat effortless tapi tetap keren. Mari berbincang dengan fotografer asal Jakarta ini mengenai betapa serunya melakukan photoshoot bersama White Chorus dan nekat menjadi official fotografer The Strokes..
“Saya jadi fotografer seperti sekarang ini karena saya menjual vinyl ke salah satu manager bandâ€
Halo mas Raka! Apa kabar? Sedang sibuk mengerjakan projek apa nih akhir-akhir ini?
Halo, akhir-akhir ini sedang sibuk mengerjakan beberapa projek untuk foto artwork ataupun profile musisi dan menjadi bagian dari tim dokumentasi untuk beberapa musisi di event tertentu.
Sebagai music photographer, lo lebih tertarik untuk mengerjakan foto untuk album cover, foto profil band atau stage photography?
Nah semuanya menarik semua sebenarnya, susah untuk memilihnya karena pasti di dalam 3 hal tersebut banyak banget moment-moment penting yang nantinya akan jadi cerita. Jadi mungkin untuk jawabannya: semuanya favorit. Tapi so far sih selama ini banyaknya foto artwork dan panggung.
Lo mengerjakan artwork untuk album “Limbo†milik White Chorus. Konsep apa yang ingin lo tampilkan di foto dan layout album itu?
Nah ini lumayan unik untuk album “Limboâ€. Jadi konsep photoshoot ini sebenarnya sangat random, inti dari konsepnya adalah bagaimana mereka hanya ingin foto nya berlatar warna pink, setelahnya semua diserahkan ke saya. Setelah mendengar lagunya ide pertama yang saya dapat adalah ingin mencoba mengajak mereka untuk mencari beberapa spot yang menarik di kota Bandung.
Tapi waktu itu, dihari photoshoot Emir tiba-tiba sakit dan photoshoot tersebut dibatalkan, sepertinya saat itu di reschedule nya ke 2 hari setelah kejadian tersebut dimana disitu saya baru selesai foto panggung D’Masiv di Bandung.
Kira-kira kita ngumpul di rumah Emir itu jam 10 Malam, karena sudah larut saya pun yang bukan orang Bandung bingung bakal foto dimana enaknya, tetapi ide langsung tercetus saat itu kalau saya ingin coba eksplor foto di daerah dekat rumah kakek saya yaitu daerah Setraduta, yang terpikirkan perdana itu adalah Taman dari kompleks tersebut. Foto dimalam hari dengan memakai Flash berwarna Pink sepertinya seru juga, akhirnya kita tancap gas langsung ke taman Setraduta.
Saat sampai ada satu hal yang menarik entah kenapa uniknya di taman tersebut banyak bunga-bunga yang berjatuhan, menurut saya bunga-bunga tersebut bisa jadi representasi dari lagu-lagu White Chorus yang sudah didengarkan ke saya duluan. Segera saya meminta mereka untuk foto ditanah yang berjatuhan bunga tersebut dan terciptalah foto ini, entah kenapa ketika kita tidak sengaja dan direncanakan itu pasti ada saja hal unik yang bisa didapatkan.
Foto favorit lo selama ini yang mana saja?
Paling favorit sejauh ini The Strokes sih, karena kalo di inget-inget prosesnya sangat-sangat gila. Jadi di H-1 sempet ada kepikiran nekat untuk bawa kamera ke WeTheFest karena pengen mengabadikan moment The Strokes yang baru pertama kali ke Indonesia setelah sekian lama banyak orang yang nunggu. Sampai dititik mau nitip kamera ke teman fotografer yang bekerja disana, sampai di titik udah IG story nulis “want to buy ticket The Strokesâ€, sampe akhirnya setelah bikin IG story itu kepikiran coba untuk nekat email mereka, dan lucunya dibales malam itu juga, dan akhirnya setelah itu saya menjadi official fotografer dari The Strokes untuk panggung mereka di WeTheFest itu. Ini mungkin momen yang paling berkesan selama saya hidup ini. Ternyata kadang sesuatu yang nekat dilakukan bisa jadi sebuah hasil yang menarik jika benar-benar diniatin.
Beberapa band ada yang malu atau tidak biasa difoto, dan ada beberapa band yang sudah sering difoto dan lebih percaya diri saat melakukan photoshoot. Ada trik-trik khusus ga untuk menangkap momen jika band nya sedikit sulit diarahkan?
Lebih ke membuat mereka melakukan sesuatu kegiatan yang natural, kadang ada momentnya untuk beberapa musisi yang mungkin sulit untuk bergaya saya pancing ngobrol ataupun mungkin dipancing mendengarkan lagu favorit mereka agar bisa mendapatkan suatu gaya dan ekspresi yang dibutuhkan saat photoshoot tersebut
Lo juga mempunyai sampingan menjual vinyl di Tielmans Records. Sudah berapa lama mengerjakan Tielmans? Awal historinya bagaimana?
Dari tahun 2015, jadi pas SMA gue memulai hobby untuk mengoleksi rilisan fisik. Mau kaset,CD ataupun Vinyl semuanya dikoleksi. Jadi moment terbuatnya Tielmans Records itu gara-gara waktu itu saya mau menjual beberapa rilisan fisik yang sudah jarang saya dengarkan dan juga untuk muter duitnya buat kebutuhan sehari-hari ataupun untuk beli rilisan fisik lainnya, jadi sebenarnya Tielmans Records itu adalah wadah pertama saya untuk mencari uang, dan lucunya juga saya jadi fotografer seperti sekarang ini karena saya menjual vinyl ke salah satu manager band yaitu mas Satria Ramadhan (SRM Bands) dan saat itu nekat juga untuk bilang “Kalau band mas Satria butuh fotografer boleh kabarin gue ya mas†jadi mulai dari situ sering di calling untuk jadi fotografer dari band-band mas Satria sampai bisa kenal musisi lain disana sini dan membuka jalan untuk kerjaan baru lainnya, ya jadi Tielmans Records itu adalah pembuka jalan saya untuk menjadi fotografer musik seperti sekarang ini.
Kamera dan lensa favorit lo yang hampir selalu digunakan setiap photoshoot dan menjadi signature lo apa aja?
Untuk kamera mungkin kamera analog ya yaitu Nikon F6 karena beberapa foto panggung artwork dan profile menggunakan kamera itu, kalau lensa mungkin lensa 14-24 karena bisa banyak mengambil gambar yang menarik dari lensa tersebut.
Untuk stage photography, apakah lo wajib hafal dulu lagu-lagu band yang akan lo tangkap dan butuh setlist nya atau lo lebih natural aja mengikuti insting lo?
Nah kadang ada momentnya kalau untuk kebutuhan dokumentasi dari bandnya mereka brief saya untuk standby di beberapa lagu ini, kadang juga ada beberapa band yang mempercayakan ke saya. Ada juga moment ketika saya menyarankan salah satu personil untuk melakukan suatu aksi di panggung.
Pengalaman terburuk / terlucu saat sedang photoshoot?
Hape ilang di moshpit hahaha. Lagi apes aja waktu itu. Sama ini mas, Pernah foto penonton push up ditengah-tengah area moshing, Push up massal hahaha.. Nanti ku kirim videonya..
Siapa aja fotografer favorit lo?
Kalo untuk fotografi umum Anton Ismael karena dulu sempet masuk kelas pagi dan banyak dibukakan pemikiran-pemikiran baru tentang fotografi, dan bisa juga diterapkan di Music Photography. Kalo Music photographer favorit saya Gladina Saska karena dia fotografer Arctic Monkeys hahaha.. Dan juga Gladina Saska banyak ngajarin hal-hal pada saat gue masih baru memulai di perfotoan panggung ini.
Saran lo untuk fotografer musik yang baru memulai karirnya?
Nekat. Jangan pernah takut sama ketakutan lo sendiri.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos by Rakasyah Reza