Pure Wrath adalah proyek solo dari Januaryo Hardy, yang memainkan atmospheric black metal. Band asal Bekasi, Jawa Barat ini sangat prolifik. Dari 2017-2023 Pure Wrath sudah merilis 3 album dan 1 EP: “Ascetic Eventide†(2017), “Sempiternal Wisdom†(2018), “The Forlorn Soldier EP†(2020) & “Hym to the Woeful Hearts†(2022). Mari berbincang dengan Pure Wrath A.K.A. Ryo mengenai corpse paint, sepanggung dengan Mayhem di Thailand dan scene black metal Perancis.
Halo Ryo! Bisa ceritakan sedikit histori awal lo bikin proyek solo ini sampai bisa bikin 3 album, 1 EP dan sampai jadi pembuka Mayhem?
Pure Wrath dimulai sebagai proyek solo di kamar tidur saya pada tahun 2014. Saya memulai Pure Wrath pada waktu itu hanya sebagai proyek sampingan di sela-sela aktivitas saya dengan Perverted Dexterity dan beberapa band death metal saya. Ide memulainya didasari oleh passion saya yang lebih besar dalam memproduksi musik dibandingkan dengan membawakannya di panggung. Maka menulis banyak lagu dan merilis album menjadi tujuan utama proyek ini pada awalnya, tanpa sekalipun terpikir untuk bermain live. Namun setelah album kedua “Sempiternal Wisdom” rilis, owner Hitam Kelam, Alm. Budi Leksono, pada waktu itu memberi beberapa pencerahan dan menyemangati saya untuk total memberikan seluruh energi saya pada Pure Wrath, karena menurutnya passion saya sangat besar di sini, sayang apabila tidak dibawa ke jenjang yang lebih besar lagi.
Seiring waktu berjalan, pada 2019 saya mulai mengumpulkan teman teman baik saya di death metal untuk membantu saya mempresentasikan musik Pure Wrath dalam live performance. Di tahun yang sama, saya juga merilis EP “The Forlorn Soldier” yang mulai diisi oleh beberapa musisi sesi dan bergabung bersama label asal Perancis, Debemur Morti Productions, dan berlanjut hingga album ketiga “Hymn to the Woeful Hearts” rilis pada 2022. Pada akhir 2022, kami diminta oleh salah satu organizer produktif asal Thailand untuk membuka gig Mayhem di Bangkok sebagai titik terakhir dalam tur Asia-Australia mereka di awal 2023. Kami diminta mengirimkan beberapa lagu terbaik kami untuk dikurasi oleh manajemen Mayhem sebelum pada akhirnya kami terpilih sebagai salah satu pembuka gig bersama band lokal yang juga teman lama kami di sana.
Band-band Norwegian black metal kan lebih mengangkat tema-tema viking, satanisme, pagan dan agama. Kalau lo sendiri mengangkat tema apa saja di album-album lo? Kabarnya lo mengangkat tema pembunuhan masal 1965 di salah satu lagu ya.. Bisa ceritakan sedikit tentang itu?
Pada album pertama, saya coba menyampaikan beberapa pandangan pribadi terhadap kehidupan dan kepercayaan, namun saya rasa tema tema seperti itu terlalu personal dan kurang tepat untuk dibagikan ke khalayak. Lalu, pada album kedua, EP dan album ketiga, saya mulai berbicara tentang perspektif ideologis. Menurut saya, cerita tentang 65 adalah hal yang sangat wajib dibicarakan oleh saya sebagai generasi yang tumbuh di era reformasi. Kebenaran dalam genosida 65 tidak pernah diajarkan di sekolah, screening film dibubarkan dan propaganda orde baru masih disebarluaskan. Ini masih membuat keluarga saya yang juga kehilangan, merasa tidak adil dan janggal. Saya bukan personal yang politis, tetapi ada rasa janggal yang membuat saya harus ikut bersuara lewat musik. Karena itu yang bisa saya lakukan. Generasi sekarang juga harus aware tentang peristiwa genosida yang memakan banyak korban dan masih dipendam sampai saat ini.
Mendengar sedikit Mare Cognitum, Aggalloch, Wolves in the Throne Room dan sedikit Alcest di musik Pure Wrath. Apakah band-band tersebut mempengaruhi proses penulisan lagu?
Ya, bisa dibilang saya adalah penggemar setia band-band tersebut dan berani mengklaim diri saya sebagai penggemar Alcest nomor satu di Indonesia.
Saya tidak pernah membatasi ranah dengar saya pada saat menulis musik untuk Pure Wrath. Mungkin, beberapa band kawakan seperti Emperor, Sacramentum, Anorexia Nervosa, Winterfylleth hingga Drudkh bisa dibilang menjadi influence paling masif. Begitu juga pengaruh musik klasik seperti karya karya Chopin, Tchaikovsky, Mozart hingga scoring film garapan Hans Zimmer dan John Williams memberikan pengaruh paling penting dalam penulisan musik saya.
Artwork-artwork Pure Wrath sangat menarik dengan kemasan nuansa lokal tetapi tetap ada unsur kelam. Apa konsep visual Pure Wrath dan siapa yang mengerjakan artwork dan logo nya?
Konsep visual Pure Wrath akan selalu menyesuaikan dengan tema lirik. Artwork tiap album dikerjakan oleh orang yang sama, Aghy Purakusuma. Sedangkan logo yang digunakan saat ini dibuat oleh Rio Oscaryzm.
Biasanya band metal banyak yang pakai gitar-gitar jackson, Ibanez dan gibson. Menariknya Saya lihat mas Ryo menggunakan stratocaster / pacifica untuk rekaman dan live. Alasan memilih gitar tersebut?
Saya sudah coba beberapa gitar berbeda untuk live, namun Yamaha Pacifica murah yang tidak sampai dua juta rupiah ini-lah yang masih menjadi gitar terbaik yang pernah saya punya. Sangat ringan, fingerboardnya pun sesuai dengan ukuran jari saya. Saya hanya harus melakukan beberapa modifikasi di sisi wiring, pickup, fret agar suaranya presentable. Untuk produksi album, saya menggunakan PRS, karena kebutuhan sound yang lebih warm dan thick.
Sound Pure Wrath terdengar nyaman untuk didengar tidak seperti blackmetal raw ala Capathian Forest atau Darkthrone awal. Sound ideal Pure Wrath versi mas Ryo itu seperti apa? Dan efek dan equipment apa saja yang dipakai?
Terimakasih. Saya selalu ingin sound rilisan Pure Wrath terdengar modern, namun memiliki kesan saturasi old-school. Sebenarnya, tidak ada design khusus untuk sound, hanya saja tiap album selalu memiliki source dari interface dan preamp yang berbeda, terutama pada vocal dan gitar. Album “Hymn to the Woeful Hearts” bisa dibilang memuaskan untuk saya pribadi, karena semua instrumen direkam dengan alat dan instrumen yang terbilang vintage. Untuk equipment rekaman, saya tidak pernah menggunakan alat yang sama. Namun untuk live, saya menggunakan beberapa pedal dengan chain; Tuner Polytune, AMT M2, TC Electronics Hall of Fame 2, Mooer Radar (Dengan IR buatan pribadi dari speaker Greenback). Lalu ads microphone Shure SM58 atau Beta 58A, tergantung venue dan mood.
Pure Wrath lumayan prolifik juga sebagai proyek solo bisa menghasilkan 3 album dan 1 EP dalam waktu yang berdekatan. Gimana proses Pure Wrath bikin lagu dari sketch sampai recording biasanya?
Saya selalu merekam setiap ide riff yang muncul secepatnya ke komputer saya. Setelah terkumpul beberapa riff, saya coba membuat struktur lagu dengan riff riff tersebut. Kadang beberapa lagu malah langsung bisa ditulis sampai selesai dalam satu hari. Semua tergantung mood dan ide yang ada saja. Yang paling penting adalah waktu untuk langsung berada di depan komputer saat ide-ide muncul.
Label apa saja merilis yang versi kaset, CD dan vinyl Pure Wrath? Rencana rilisan berikutnya apa aja nih mas?
Sejauh ini, saya pernah bekerjasama dengan Hitam Kelam Records (Indonesia, RIP), Throats Productions (Mexico) dan Pest Productions (China). Saat ini masih kontrak dengan Debemur Morti Productions (France) untuk beberapa rilisan ke depan. Untuk rilisan selanjutnya, tentunya album keempat. Saya sudah mulai menulis beberapa ide lagu dan akan melakukan beberapa brainstorming dengan drummer sesi saya di Jerman pada bulan Agustus nanti, dan direncanakan untuk rekaman album keempat pada tahun depan di Jerman.
5 album blackmetal terbaik versi lo?
Emperor – In the Nightside Eclipse. Album yang berhasil membuat contekan struktur kompleks bagi beberapa band di era 2000an. Tema lirik, gaya artwork dan musik mencerminkan bahwa album black metal yang tidak berbicara tentang setan, agama atau paganisme juga bisa memiliki shock value.
Peste Noire – La Sanie des siècles. Album yang dibuat jelek secara sengaja, namun malah berhasil memberikan kesan nostalgia dan putus asa yang jauh dari kesan norak seperti band band DSBM masa kini. Album yang penuh dengan detail menggelitik yang hanya dapat dinikmati oleh sedikit dari banyak penikmat black metal, karena benar benar terdengar seperti kabaret sedih yang dimainkan oleh aktor aktor bermuka jelek yang mengejek.
Glaciation – Sur les falaises de marbre. Album yang berhasil mencuri waktu saya beberapa bulan untuk tetap mendengarkannya setiap hari. Kolektif musisi musisi kawakan asal Perancis yang berhasil meramu kreasi black metal avant-garde, namun tidak terkesan aneh dan asing bagi metalhead biasa sekalipun. Sedikit lebih baik dari album sebelumnya, 1994, hanya saya diisi oleh vokalis kegemaran saya, Hreidmarr.
Wodensthrone – Curse. Album yang stand-out menjadi influens utama Pure Wrath dari segi riffs dan struktur musik. Tidak banyak yang bisa saya jabarkan, karena saya sangat menyukai album ini dari semua aspek. Lagu penutup di album ini menjadi salah satu lagu terbaik yang pernah ditulis oleh sebuah band black metal.
Nécropole – Solarité. Album yang masih saya dengarkan hampir setiap hari. Karakter vocal yang sangat distinctive, riffs yang memorable, struktur musik, produksi sound yang lofi, minimalis dan terkesan tape-saturated menjadikan album ini sangat sulit untuk dilupakan di setiap list album terbaik yang harus saya buat. Tidak ada hal aneh atau avant-garde di album ini, hanya pure French black metal tanpa basa basi yang sangat sempurna.
Pertanyaan terakhir: apakah visual panggung Pure Wrath di album berikutnya akan ada niatan untuk lebih teatrikal seperti Watain mungkin? Atau memakai corpse paint?
Mungkin hanya beberapa tambahan dekorasi saja. Kami hanya fokus untuk deliver sound dan musik sebaik mungkin. Tidak ada rencana teatrikal atau bahkan corpse paint.
Text by Aldy Kusumah
Photo by Le Minh, Prita Mistika, Tino Guruh Putra & Kareem Nararya