Di industri kreatif, tentunya brand pakaian lebih banyak dibanding brand footwear. Diantara “segelintir†brand footwear lokal, Saint Barkley adalah salah satu yang mencuri perhatian kami. Dengan roots yang berbasis di kultur musik dan skateboarding, Saint Barkley tidak perlu waktu lama untuk dikenal sebagai brand sepatu yang keren. Mari berbincang dengan Khrisna Bharata yang lebih akrab dipanggil Ozom, yang juga seorang drummer dari band pop punk Rocket Rockers. Mari berbincang dengan Ozom mengenai sulitnya mengembangkan brand sepatu dan kolaborasinya dengan Burgerkill…
“Kalau soal kualitas produk sih berani lah kita adu sama Vans jugaâ€
History awal Saint Barkley?
Jadi histori awalnya banget itu, Saint Barkley udah jalan dari 2012. Awalnya bertiga: Alvi Juanda, Davit Firmansyah dan Herriyadi Marjunas. Awalnya mereka bertiga reuni dan ngeliat teman-temannya sudah banyak yang sukses. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat brand sepatu karena clothing sudah banyak di industri kreatif ini. Jalan 2 tahun, karena kurang amunisi dan asupan gue sama Ami Muhammad join. Di 2018-2019 ada suntikan lagi dari Weimpy Adhari (Tbonk), salah satu owner Starcross juga. Setelah Tbonk gabung sekarang kita berenam.
Tentunya mendevelop brand sepatu tidak gampang ya…
Memang ga gampang menjalankan bisnis sepatu, RND nya susah, marketing nya juga susah. Ada customer yang kalau beli sepatu itu harus lihat dan nyobain ke toko, walaupun sudah tahu size chart nya. 2 tahun kemarin brand sepatu lokal meledak juga ada yang pakai drama promosinya..
Lo sendiri di Saint Barkley in charge di departemen apa?
Gue sih lebih ke promosi, dan jatuhnya lebih ke PR sih, public relation..
Kaya pas lo dulu di PSD ya?
Ya ga jauh dari berhubungan dengan orang luar, event, kolaborasi, endorse dan lain-lain.
Kalau brand sepatu kan susah untuk lepas dari siluet brand seperti Nike, Vans & Converse. Apa lo mau mencoba mendobrak dari siluet-siluet itu kedepan nya?
Mungkin siluet brand-brand yang lo sebutin tadi itu kan mereka adalah pionir brand sepatu. Jadi kalau kita bikin siluet juga harus yang gampang diterima oleh customer. Siluet Vans authentic aja dibikin sama Nike dan Converse. Jadi model ga akan jauh darisitu, yang pas di kaki dan enak dilihat modelnya. Pasti bedanya di detailing aja. Siluet yang baru itu pasti mereka-mereka lagi yang bikin baru dan mendobrak, kaya misal Nike Sacai. Local pride mah tai lah pasti orang juga beli Nike lagi hahaha..
Sekarang kan ada trend gorp core dan dad core dimana sepatu-sepatu trail running seperti Salomon, Nike ACG, Hoka dan New Balance menjadi trend. Apakah lo juga akan mengarah ke pasar itu?
Pasar sih lebih ke endorse band kalau gue. Kalau membikin prodak yang sejenis dengan mereka itu harus develop dan trial & error. Mau sih mau, cuma kendalanya adalah uang hahaha..
…dan waktu ya?
Nah bener uang dan waktu. Kalau uangnya unlimited sih waktunya bebas. Kita sih ga pernah bikin produk yang ga aman. Pengen nya benar secara RnD dan kualitas terjaga. Kita sih sekarang main di kualitas yang benar. Gak mau bikin asal-asalan tapi dipakai 2 bulan hancur misalnya. Sekarang di 2022 tahun ke 10 Saint Barkley sudah aman outsole dan insole. Cuma tetap kita tes pakai berbulan-bulan untuk kekuatan dan daya tahan nya. Kita siksa dulu dipakai main skate dan sepeda. Melihat bahan misal suede nya tahan berapa lama.
“Sayangnya almarhum Eben Burgerkill belum sempat mencoba hasil akhirnya produk sepatu kolaborasi kita, sedih bangetâ€
Bisa ceritakan beberapa kolaborasi lu? Seperti dengan Collapse, Burgerkill sampai Motul?
Intinya collab kan untuk cross marketing. Jadi apapun yang bisa kita cross-market hayu aja asal benang merahnya ga keganggu. Kita juga bikin collab tetap pakai model kita, marketing dan campaign nya juga masih masuk. Gak tiba-tiba bikin sepatu F1 yang bikin orang mikir “naha jadi kieu?â€. Kita sih gak nutup market, jadi dengan collab Motul orang yang suka balap juga mungkin jadi suka yang model-model sepatu Saint Barkley. Kalau awal kolaborasi dari teman-teman terdekat, sama Collapse karena anak-anak juga dekat sama Dika. Kalau Motul itu alhamdulillah mereka yang nawarin. Diskusi panjang sekitar 4 bulan baru start. Ga se smooth itu juga dan harus ada kompromi. Yang diobrolin sampai output yang keluar harus benar-benar sesuai.
Kalu collab sama Burgerkill adalah impian kita, untuk berkolaborasi dengan BK dari awal SB terbentuk. Sempat ngobrol tapi belum terlaksana. BK mau kolaborasi sama brand sepatu luar, tetapi ternyata gak jadi. Tiba-tiba almarhum pak Eben nelpon si Ami “Mi, kalau kolaborasi sama BK sanggup teu?â€. Jadi pertanyaan nya bukan mau atau engga, tapi sanggup ga hahaha. Almarhum itu kan terkenal sangat perfeksionis. Harusnya sepatu collab BK ini rilis 2 tahun kemarin, cuma karena belum sesuai dengan keinginan Pak Eben jadi diundur. Ada kali 16 kali bikin sample di revisi. Kan bikin satu sample bisa 2 minggu lebih, apalagi produksi. Hingga akhirnya pas sepatu rilis ini sudah perfect, sayangnya almarhum belum sempat mencoba hasil akhirnya, sedih banget. Pokoknya kolaborasi yang sama BK ini kita juga banyak belajar step-step nya.
Band lo Rocket Rockers di endorse Vans juga kan? Apa gak masalah mereka lo punya brand sepatu? Hahaha..
Nahh.. Terakhir kan kita di endorse Vans 3 tahun pas gue udah punya Saint Barkley. Pas awalnya gue agak bingung, aduh gue punya brand sepatu tapi di endorse brand sepatu juga. Vans nya sih ga terlalu peduli juga karena kita bukan saingan ya hahaha. Vans Authentic masih nyaman dan favorit, cuma seiring bertambahnya umur gue lebih prefer pakai sepatu running sekarang hahaha..
Top 5 sepatu favorit lo sekarang apa aja?
– New Balance 373: Enak lah bisa dipakai casual dan harga sangat terjangkau.
– Nike React Element 55: NB dan Asics ternyata lebih empuk dari Nike, tapi Nike React ini pas banget di kaki gue. Sekarang kenyamanan diatas segalanya.
– Saint Barkley Cullen: Kalau buat style tetap gue suka sepatu tipis. Untuk harian Cullen slip-on ini santai banget.
– Asics Gel Kayano 29: Gel Lyte terjangkau dan enak, tapi Kayano ini harga memang ga bohong, nyaman banget di kaki.
– Saint Barkley (Rocket Rockers): Ini empuk banget, bisa dipakai jalan jauh.
Ngomongin band lo Rocket Rockers, setelah jadi trio menurut lo output musiknya jadi beda juga ga?
Memang kita sekarang banyak dibilang orang jadi lebih lembek musiknya. Tapi menurut gue kita ini jadi band panggung. Banyak yang ngomong setelah melihat live RR orang lebih berkesan karena kita banyak berinteraksi, seperti ngajak sing along atau mengajak penonton naik panggung. Kalau dulu Ucay lebih provokatif dan semangat. Kalau sekarang semangat dapet tapi experience dapet juga. RR udah 23 tahun umurnya, dan kita bertiga gak pernah jenuh karena kita memang cuma ketemu kalau weekend ada manggung atau latihan. Kita bertiga memang pengen hidup dari musik dari awal sampai sekarang. Alhamdulillah kita bertiga pendapatan utama justru dari musik.
Kangen ga dengan formasi RR pada saat masih berlima?
Kalau dibilang kangen semua juga pasti kangen lah. Apalagi kalau bisa main berlima full set, pasti lebih edan lah. Bayaran nya pun pasti lebih edan hahaha. Ya sekarang enak juga sih cuma bagi 3 doang haha. Cuma kalau berlima mungkin fee nya juga bsa 5x lipat. Kita sekarang manggung juga pakai additional karena kita ga suka pake sequencer. Karena kalau pakai sequencer ga bisa ngejam, ga bisa ngobrol sama penonton. Energi-energi nya hilang lah kalau pakai sequencer.
Balik lagi ke Saint Barkley, rencana-rencana berikut lo buat SB apa aja?
Sekarang kita lebih fokus developing lah. Misal insole ngejar brand-brand luar biar bisa empuk banget. Kita juga cari titik-titik untuk jualan seperti di Korea, Malaysia, Singapura, dan lagi approaching Kanada dan Amerika, walaupun masih kecil-kecilan dan belum bisa dibanggakan. Negara-negara tetangga juga lagi kita approach, dan di negara tetangga kita akan bersaing dengan brand luar dan Vans. Tapi kalau kualitas kita bisa diadu lah sama Vans hahaha..
Words by Aldy Kusumah
Photos from Ozom / Saint Barkley archives