Dari thrift shop di masa pandemi hingga menjadi brand lokal yang mengedepankan inovasi dan sustainability. Jason, founder 2TIMESTOO, berbagi cerita tentang passion-nya terhadap sneakers, proses kreatif repurpose, hingga membangun sister brand Nostal. Temukan bagaimana ia menemukan titik balik dan eksistensi di industri streetwear lokal
Hallo Jason, lagi sibuk ngerjain apa nih akhir-akhir ini?
Halo-halo! Akhir-akhir ini pastinya tetap sibukin rilisan 2timestoo nih, setelah kemaren rilis sneakers sekarang lagi sibuk proses persiapan rilis 2timestoo collection SS25, sama sibuk ngonten juga hahaha.
Bisa ceritakan tentang latar belakang berdirinya 2TIMESTOO Studio? Apa yang menginspirasi lu untuk mendirikan brand streetwear di tahun pandemi?
2timestoo itu berdiri pas covid mulai, saat itu gw masih semester 1 kuliah. Fun factnya 2xt itu awalnya adalah thriftshop yang baru seiringnya waktu gw belajar jahit jd berkembang2 jadi kaya sekarang. sekarang 2timestoo itu “roots” nya lbh ke sneakers. karena gw sendiri jg penikmat sneakers, gw selalu berusaha buat clothing pieces yang akan compliment sneakers2 , dengan buat piece yg unik tp ga terlalu loud, supaya sneakers lu yg bisa jadi point dari fit tersebut.
Ceritain dong mengenai masa kecil lu? Apakah di keluarga lu ada yang mendorong lu untuk bisnis di dunia fashion?
Masa kecil gw itu sebenarnya engga ada hubungannya sama sekali dengan dunia fashion, gw besar di keluarga yang “angka banget”, “matematika banget” dan “harus fokus sekolah banget” . tapi uniknya itu nenek dan ibu gw dua-duanya bisa dan suka menjahit saat muda.
Kenapa lu memilih recycle dan sustainabilty dalam proses berkarya lu? Apakah ada satu sosok atau movement yang menginspirasi lu?
Sebenarnya proses recycling yang suka dilakukan di 2timestoo pada masa awal-awal (sekarang di @officialnostal) itu idenya mulai muncul saat gw bisa jahit. gw mulai iseng dan bosen (karna lg covid) dan lihat dari creator luar @defectivegarments dimana dia lakuin proses reworked. Akhirnya gw mulai coba dan ketagihan sendiri karena bisa manfaatin barang pribadi gw, jadi barang baru dan 1 of 1.
Bagaimana lu mendeskripsikan pendekatan dalam merepurposing pakaian recycle? Seperti apa proses desain yang lu lakukan?
Untuk proses recycle yang dilakukan di 2timestoo sekarang itu mungkin lebih cocok dinamain “repurpose” dimana kami selalu aware dengan material yang kami pakai, apakah ada material sisa yang bisa kami gunakan di artikel lain, contoh: material cotton ripstop yang kita buat produksi tas, selalu akan menyisakan potongan-potongan kecil, yang akhirnya kami repurpose jadi kerah kemeja di artikel lain. kurang lebih seperti itu. Untuk proses design ini yang makan waktu lumayan lama, karena gw design sendiri, jadi semuanya masih idealis gw banget untuk design hahaha, jadi gw benar-benar spend time waktu yang cukup lama dari proses design sampe sampling sebelum rilis. Semua produk masih “nempel” banget dengan gw, karna gw yang design dan control produksi.
Sustainability menjadi inti dari brand lu. Tantangan apa yang lu hadapi selama ini dalam berkarya?
Tantangan terbesar pasti dari butuhnya ide dan pemikiran berat (buat gw ya hahaha) untuk repurpose material-material ini. Baik itu dilempar ke produk lain di 2xt. atau dilempar ke Nostal. jadi lebih ke harus selalu aware dengan ketersediaan dan sisa bahan, dan mikir mau dipake kemana tuh hahaha, kasarnya gitu.
Bagaimana lu memastikan bahwa setiap produk tetap unik dan inovatif meskipun menggunakan bahan recycle?
Yang gw selalu jual di 2timestoo itu adalah ide dan inovasi. Gw selalu berusaha bikin design dengan kata kunci: unik tapi engga lebay. Barang yang unik, tanpa grafik besar, dengan permainan kombinasi bahan dan cuttingan serta detil-detil kecil lainnya. Puji tuhan sejauh ini feedbacknya ok dan udah mulai kebentuk market 2timestoo yang “barang keren ga harus ber logo/grafik gede” dan “dari jauh biasa aja, pas diliat dari deket baru keliatan keren detil-detilnya” kurang lebih begitu. Untuk 2xt bukan menggunakan bahan recycle dari tempat lain, tp lebih ke repurpose bahan, baru bahan sisanya dilempar ke Nostal.
Industri streetwear sering kali dikaitkan dengan fast fashion. Bagaimana 2TIMESTOO berupaya menjadi contoh yang berbeda dalam industri ini?
Kami selalu berusaha dan puji tuhan sudah menemukan sweet spotnya. Dimana kami bakal rilis banyak artikel per-bulan (6-10 artikel) tapi 90% produk di 2xt itu tidak restock, jadi kami engga mau overproduce juga barang-barang kami. Benefit untuk customer pastinya rasa exclusivenya tetap dapet, engga terlalu banyak orang pake. Selain menurut gw lebih keren logo kami ada di banyak artikel, dibanding di beberapa artikel aja. Dari sisi gw, sistem ini sweet spot bagi gw karna gw jadi bisa design terus produk baru tiap bulannya hahahaha.
Ceritain dikit dong tentang Nostal?
Nostal ini adalah sub-brand/sister brand dari 2timestoo. Fokusnya itu recycle high-end vintage items, digabung dengan scraps material dari 2timestoo. Fokusnya ini benar-benar beda dengan 2timestoo. Kalau 2xt lebih mengedepankan “Keren ga harus lebay, simple item with unique detailing”, Nostal benar-benar loud, ekspresif, lumayan gila dan rame. Gw harap Nostal ini bisa jadi brand reworked yang tetap wearable banget buat sehari-hari. Meskipun loud, tapi ga over.
Bagaimana perkembangan brand sejak pertama kali didirikan? Apakah ada momen atau pencapaian penting yang menandai perjalanan kalian?
Wah! perkembangan brand sih puji tuhan terasa banget. Rilisan pertama kami sebagai “local brand” itu baru dari tahun 2022, dimana kami masih proses rebranding dari thriftshop, reworked, and modern bootleg to local brand, jadi complete switch. Puji tuhan tahun 2024 ini jadi titik balik dimana orang sudah mulai notice dan mengenal kami. Apalagi sejak USS 2023 kemarin, ditambah dengan beberapa event kami di tahun ini. Kami juga sempet diundang ke acara WWF yaitu Conscious Couture di Wisma Atria Singapore, dimana itu kami lakuin live reworked session. Gw bisa bilang itu adalah titik paling besarnya sih dimana gw sadar kalau kami sudah “dianggap” bahkan oleh orang luar.
Ceritakan sedikit dong tentang 2XT Terra Wave. Apa alasan lu memilih siluet sepatu outdoor? Dan ceritakan juga tentang proses kreatifnya.
Terra wave itu hadir di momen switch juga, dimana awalnya gw bergantung untuk buat sneakers sama pihak lain. Pikirannya switch jadi “asik jug kalau bisa develop sendiri”, “bisa ga ya gw rilis sneakers sendiri?“. Untuk pemilihan siluete outdoor itu karena produk-produk dari 2xt itu arahnya lebih ke workwear inspired, jadi menurut gw make sense buat bikin sneakers fushion, dengan look dan build outdoor tapi dengan teknologi kenyamanan buat daily. Kami kombinasiin outdoor rubber outsole dengan genuine suede, dengan teknologi “peredam” di insolenya, yang biasa dipakai di sneakers basket, jadinya nyaman.
Terakhir, gw liat lu aktif memakai, mempromosikan dan kerjasama dengan brand lokal. Pendapat lu mengenai ekosistem industri brand lokal saat ini, terutama di kota Bandung.
Menurut gw asik banget! Brand-brand hari ini menurut gw semua beradu design dan lebih berani buat keluar dari yg biasa dilakuin mereka masing. Dan dari gw yang tinggal di Bandung, support dan ekosistemnya yang gw rasa asik banget ya. Meskipun kita brand baru, tapi gw sudah rasain banget supportnya!
Interview by Andika Surya
Photos from Jason’s Archive