Kalau membicarakan toko merchandise musik di Indonesia, mungkin toko Quickening tidak akan uput dari pembicaraan. Yongki Perdana mulai berjualan dari tahun 2005 dengan sistem PO skala kecil dan mendistribusikan dagangannya dengan sistem “retail on the streetâ€, dimana Yongki bertemu para konsumennya di jalanan. Sekarang di 2021, Quickening sudah memiliki 2 cabang di Jakarta dan di Bandung, dan tidak hanya menjual merchandise musik hardcore/punk saja, Quickening juga menjual merchandise musik genre lain dari ‘90s indie rock sampai kaos-kaos black metal yang cukup obscure. Vinyl records dan CD yang tersedia di Quickening pun sudah terkurasi dengan baik: segmented namun tetap bervariasi. Sebut saja vinyl Turnstile, Teenage Wrist, Yo La Tengo sampai Burzum bisa kalian dapatkan disini.
Dengan adanya Quickening Exchange, Yongki juga mulai memasarkan produk di luar merchandise musik: Action Figure Akira, T-shirt film Blade Runner sampai pernak-pernik Studio Ghibli dan Carhartt bisa kamu temukan di tokonya yang berlokasi di daerah Kemang Selatan, Jakarta. Mari berbincang dengan Yongki mengenai kecintaannya pada musik ‘90-an, brutal-nya moshpit era Saparua dan Soto Padang hidden gem favoritnya…
“Awal berdiri Quickening itu sebenernya tahun 2005 tapi belum ada toko dan waktu itu masih sistem pre-order dan cara pendistribusian-nya juga masih “retail on the street†ya gue jualan di jalan atau nganterin barangnya ke temen-temen di lingkaran gue aja di Bandungâ€
Halo Yongki apakabar! Ki, bisa ceritain ga perjalanan si Quickening dari awal sampai sekarang?
Halo Aldy alhamdulillah kabar baik nih. Dulu kalo ga salah kita awal-awal ketemu pas lo masih di Ripple ya? Dan gue juga masih inget waktu itu kita masih sering ketemu di Cihapit dan gue waktu itu jual plat, kaos dan CD sama lo. Sebenarnya ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan ketika ada suatu tanya jawab tentang toko atau band…
Dulu kan pas awal kita ketemu di Cihapit lo masih belum ada toko dan pakai sistem COD ya? Kalau gak salah tahun 2005-2006 pas gue beli vinyl Telefon Tel Aviv dan kaos Athlete..
Awal berdiri Quickening itu sebenernya tahun 2005 tapi belum ada toko dan waktu itu masih sistem pre-order dan cara pendistribusian-nya juga masih “retail on the street†ya gue jualan di jalan atau nganterin barangnya ke temen-temen di lingkaran gue aja di Bandung. Sampe 2007 waktu itu gue kepikiran buka toko karena ada sedikit uangnya untuk sewa di jalan Tamansari.
“Musik itu tidak akan pernah mati, cuma trend-nya aja yang ganti.â€
Nama Quickening udah jelas dari band Vandals. Top 5 records yang ngerubah hidup lo sampe sekarang apa saja?
Ini sebenarnya pertanyaan yang agak sulit untuk gue jawab soalnya kalau cuma dipersempit 5, terlalu banyak band yang gue suka. Tapi kalau 5 album yang ngerubah hidup gue sebagai standar anak ‘90-an ya ini:
- Green Day – Dookie (1994)
- Smashing Pumpkins – Siamese Dream (1993)
- Youth of Today – We Are Not in This Alone (1988)
- New Found Glory – S/T (2000)
- Belle & Sebastian – If You’re Feeling Sinister (1996)
Standar lah ga obscure-obscure banget kaya orang-orang lah..
Apa pros & cons nya dalam bisnis jual-beli kaos import yang selama ini lo jalankan? Apa pandemi berpengaruh terhadap bisnis lo?
Kayanya kalimat tersebut sering dipake belakangan ini ya? Dan gue tidak begitu paham maksudnya apa. Tapi kalau seperti yang lo bilang keuntungan dan kelemahan-nya, keuntungannya yang gue jual itu band merch, records dan pernak-pernik nya. Dan musik itu tidak akan pernah mati, cuma trend-nya aja yang ganti. Bandnya, artist nya sendiri.
Kelemahannya sih ya itu dia, karena ini bukan produk massal gue ga bisa menjual dalam jumlah yang langsung banyak dan mendapat profit yang begitu besar. Jadi ya Quickening seperti ini aja; Ada progress-nya tapi slow-moving. Efek pandemi ke bisnis gue sebenernya ga begitu mengganggu sih. Justru 2 tahun belakangan penjualan stabil dan membaik. Mungkin karena efek gabut juga ya dari orang-orang, apa aja yang berbentuk hobby ngetrend: bisnis cupang, tanaman, mancing, camping dan sepeda.
Lalu darimana lo mengkurasi dan menentukan merch yang lo jual itu band-band apa saja? Agar tetap unik apakah lo hanya menjual band-band yang lo suka dan lo tahu saja?
Sebenernya untuk kurasi band-band itu sendiri bukan yang gue suka aja. Awal-awal banget sih dari yang gue suka aja, karena sistem pre-order dan gue ngumpulin orang. Tahun 2005 itu gue pengen beli kaos band untuk gue cuma karena faktor ongkir yang mahal kalau ordernya sedikit.
Setelah buka toko ada yang namanya kompromi dengan pasar “kira-kira band apa nih yang dicari orang-orang? Band apa aja yang bisa gue jual dan bisa bikin toko gue beda sama yang lain?â€. Dari Sanalah gue coba memilah dan mencoba membangun image toko gue agar berkarakter dengan adanya pilihan merchandise yang berbeda dengan toko lain.
Lalu lo bikin juga Quickening Exchange dan Quickening Limited yang produk-produknya berbeda dengan merch music yang lo jual pada umumnya. Bisa elaborasi sedikit mengenai itu?
Untuk exchange sebenarnya waktu itu 2018 si Quickening Jakarta pindah tempat dan gue nyewa satu ruko. Ada satu lantai kosong. Karena coffee shop sudah terlalu banyak, gue memutuskan untuk membuat Quickening Exchange. Terinspirasi dari toko Village Vanguard di Jepang yang menjual segala macem dari permen, merchandise Studio Ghibli, kaos musik Hi-Standard sampai Carhartt ada. Walaupun ciri khas tokonya ga ada gue bilang itu toko ya keren aja. Alhasil gue kurasi barang-barang-nya karena gue juga suka nonton film dan koleksi mainan yang diluar merchandise musik. Kenapa engga gue bikin toko seperti itu di jakarta?Cuma karena pandemi gue kesulitan mendapatkan source barang-barang-nya. Karena beda beli online dengan mendatangi thrift shop itu sendiri. Jadi sementara gue cuma masukin barang-barang dari HMV.
Untuk Quickening Limited sendiri gue bikin 5 ato 6 tahun yang lalu tanpa toko. Mostly itu barang-barang pribadi gue yang mostly udah kekecilan atau jarang gue pake. Ada juga beberapa barang yang gue order cuma 1-2 pcs aja dan tidak secara wholesale, jadi ga gue masukin toko karena harga jual-nya akan lebih mahal. Buyer akan mempertanyakan “kenapa ini kaosnya mahal?â€. Karena kalau kaosnya cuma ada 1 atau 2 pcs orang mau membelinya walaupun sedikit mahal, tapi kalau dijual dengan quantity tinggi orang-orang akan keberatan untuk membelinya.
“Justru 2 tahun belakangan penjualan stabil dan membaik. Mungkin karena efek gabut juga ya dari orang-orang, apa aja yang berbentuk hobby ngetrend: bisnis cupang, tanaman, mancing, camping dan sepeda.â€
Ada Quickening Bandung dan Jakarta. Apakah kedua toko tersebut memiliki stok yang sama atau berbeda pilihan merchandisenya?
Untuk stok barang antara Quickening Jakarta dan Quickening Bandung sebenernya ga ada perbedaan
sih ya. Ada perbedaan sih ya, tapi paling 10%. Hampir sama sih kalau menurut gue.
sih ya. Ada perbedaan sih ya, tapi paling 10%. Hampir sama sih kalau menurut gue.
Kalau bernostalgia mengenai konser-konser terbaik yang pernah lo datengin, konser apa saja yang paling berkesan buat lo?
- Saparua tapi lupa nama acaranya apa. Yang main Puppen, Jeruji, Blind to See, Savor of Filth, Dajjal. Dan gue inget ketika Jeruji manggung gue masuk kedalam lewat pintu samping belakang dan kebawa arus orang yang moshing. Tiba-tiba gue sampe depan panggung karena padatnya arus org yang di moshpit. Itu gokilnya moshpit pada era itu.
- Era Laga Pub kali ya. Ini era kita dan era lo juga kan? Banyak band-band hardcore, metalcore, screamo, melodic punk dan emo main disana.
- Mogwai di Dago tea house bandung. Selain Mogwai salah satu band yang gue suka banget, acara itu secara produksi dan lighting emang gila banget.
- New Found Glory yang kedua kalinya di Jakarta. Pocket camera gue hilang di moshpit dan gue gatau kapan itu dicopetnya.
- Rancid 2019 kemarin ya sebelum pandemi. Akhirnya kesampean nonton band ini di Tokyo dengan setlist yang begitu panjang. Mungkin sekitar 28 lagu kali ya..
Â
Apa lo masih update mengikuti perkembangan band-band hardcore baru?
Nu anyar? Sangat mengikuti sih, karena jualan saya disini. Band-band hardcore yang baru-baru menurut gue sangat bagus progressnya. Baik lokal atau band luar sana. Gue lagi demen dengan band-band South Bay atau San Jose hardcore seperti: Gulch, Drain, Sunami dan terakhir ada Scowl ya. Gimana sih bacanya? Yang vokalisnya cewek itu. Dan tentunya Turnstile yang sangat-sangat Hype. Siapa yang ga tau dan ga suka sama Turnstile sekarang?
Â
Band-band lokal juga sangat banyak yang bagus sekarang seperti yang under the radar Insane dari Depok. Kalau Bandung ada Bleach, terakhir gue suka band Ratrace yang ada di kompilasi Grieve Records. Mereka mainin crossover hardcore.
Pertanyaan terakhir: dulu mungkin lo ngerasain susahnya menemukan musik baru di era fan-mail, trading, dan pre-order di jaman warnet. Dan sekarang kita hidup di era yang serba instan dimana musik lebih gampang untuk didapatkan: one click away dengan Spotify atau Youtube. Apa yang seru menurut lo digging musik di jaman pre-Spotify?
Jaman baheula teh maneh oge ngarasakeun mereun nya Dy, informasi teh terbatas. Terus rek meuli kaos band oge kajeun aya duit kaos na eweuh. Mun aya parebut jeung batur, teu kabagian manyun hahaha. Seru-nya lagi jaman dulu itu mungkin karena keterbatasan informasi ya kita mendengarkan satu band itu sampai khatam dari lagu pertama sampai habis, sampai pita kasetnya kusut. Dulu gue punya CD Supertouch, band post-hardcore dari Revelation. Sebenernya band itu ga enak cuma karena ga ada lagi yang bisa didengekeun, kapaksa ngadengekeun eta. Lila kalilaan jadi beuki weh. Sedangkan jaman sekarang itu semua serba instan. Jangankan mendengarkan musik, kaya beli kaos aja misalnya gue kepikiran pengen kaos Drug Church dan sold out di websitenya. Nah tinggal cari di Grailed, eBay, Depop. Kalau jaman dulu gue ngulik satu genre kaya misalnya oi atau streetpunk: Antisocial, Blitz sampe dapet kaya Dropkick Murphys dan Flogging Molly. Kalau sekarang kan tinggal ketik di Spotify atau buka Youtube semua-nya udah ada.
“Seru-nya lagi jaman dulu itu mungkin karena keterbatasan informasi ya kita mendengarkan satu band itu sampai khatam dari lagu pertama sampai habis, sampai pita kasetnya kusut.â€
Sebagai keturunan Padang, tentunya lo tau hidden gem kuliner Padang / Minang yang ga banyak orang tau. Bisa sebutin beberapa favorit?
- RM Sepakat di Pasar Mayestik Taman Puring
- Pincuran 7 di Pasar Blok A Tanah Abang
- Pak Malin basement Blok M Square. Soto padangnya top!
- Malah Dicubo di Stasiun Hall Bandung. Karena terakhir gue di Bandung 2013 sebelum ke Jakarta, seinget gue yang top dan ngeunah pisan Malah Dicubo
- Tentunya Dendeng Batokok Dago, Bandung.
- Sate Padang Sutan Ali Kramat Jati
- Lontong pakis Cililitan
- Bopet Mini masih masuklah, Padang Surya menurut saya udah agak kurang rasa-nya.Â
Â