Akhir-akhir ini, kultur kaos band vintage cukup ramai dicari orang dan demand nya semakin besar. Nama Pratiwi Gea lumayan sering di mention para kolektor dan seller sebagai salah satu stockist kaos-kaos band yang mungkin bagi sebagian orang adalah “holy grailsâ€. Walaupun sebenarnya Gea tidak hanya fokus di vintage T-Shirt, poster film, collectible items dan terutama jaket-jaket vintage pun sudah sering Gea jual. Mari berbincang dengan Gea mengenai koleksinya, menjual poster yang masuk di lelang Sotheby’s sampai jaket Raw Type Riot pertama yang menjadi sejarah berdirinya RTR..
“Kalau grails yang menurut kita itu bukan kaos yang mahal, tapi kaos yang kita suka banget, misal suka banget band nya atau filmnya..â€
Gimana awalnya lo terjun ke bisnis ini? sebelum serius di bisnis ini mengerjakan apa sebelumnya?
Awalnya hobby, cuma kalau perdana jualan itu sekitar 2010. Jadi awalnya itu kita memang suka belanja, dulu aku masih di Medan. Kita awalnya tuh sering belanja di eBay. Lalu kata temen kenapa punya akun eBay tapi ga jualan juga? Terus ngetes satu kaos yang ada dirumah. Iseng kasi harga taunya laku. Lupa itu kaos band apa cuma sekitar $30. Sedangkan pada jaman itu di pasar masih ada kaos-kaos yang 20-30 ribuan. Dulu jualan masih diluar aja. Setelah punya Instagram pribadi karena memang tidak ada akun toko, sekitar 4 tahun ke belakang lah mulai nanya-nanya dan hunting jaket-jaket di Instagram. Ternyata market lokal juga sudah oke dan gak kalah sama market luar. eBay, Etsy dan Instagram jadi.
Pernah ada ga customer kaos music vintage yang komplain dan belum ngerti keunikan barang vintage, dengan karakteristik seperti sablon cracked, warna kaos pudar dan ada sedikit holes?
Kalau yang sekedar nanya doang ada sih. Kalau langsung ke aku sih belum pernah ya walaupun pasti ada aja. Biasanya cuma di komen Instagram aja..
Kadang-kadang kan ada seller nakal yang jual kaos “vintage†pakai label palsu dan sablon yang sengaja dibuat cracked, dengan warna kaos yang sudah di washed agar terlihat vintage. Bagaimana lo membedakan yang fake dan legit?
Sebenarnya kan bahasa jaman sekarang nya check legit ya. Kalau aku dan operator pribadi, kalau barangnya yang kita tahu ya bisa bantuin check legit nya. Tapi kita selalu bilang, itu menurut aku. Sometimes, aku ga bisa nge judge kaos kalau by photo, harus megang kaosnya langsung. Karakter sablon itu ga bisa ngebohongin sih kalau sudah dipegang, kelihatan mana yang produksi baru dan mana yang memang vintage. Kalau aku tau kaosnya ya aku bantuin. Kalau aku bisa bantu ya aku bantu. Susahnya nanti nama aku diapake “Kata kak Gea..†hahaha.. Aku ga berani juga ngecek barang yang aku ga ngerti atau hanya by photo..
Apa aja sih essential vintage thrift selain Akira, Tupac dan Sade yang selalu dicari orang?
Tiap tahun kan trend nya selalu berubah-ubah trendnya. Kalau ngomongin kaos, 2 tahun lalu memang booming banget Akira, Sade dan Tupac. Nascar kaya Daytona baru rame sekarang, Disney sempat rame. Tapi tetap sih kaos band dan film tetap stabil dan rame sampe sekarang, Bjork masih mahal, Nirvana tipe tertentu juga tetap mahal. Yang paling mahal itu yang Heart Shaped Box dan In Utero sample yang warna hitam, kemaren temen aku ngeluarin, dia auction dan hearing offer. Udah ada yang mau 63 juta masih belum dia lepas. Kondisi oke ga ada hole.
Kalau boleh tau, jual kaos paling mahal di angka berapa tuh?
Gapapa gitu dibilang? Haha.. 30an lah.. Kaos band.. Ga enak ah kalau disebutin, yang beli ga mau disebutin nanti pada tau lagi hahaha..
Range harga T-shirt yang sekarang ada di stock inventory sekitar berapa?
Dibawah 500 ada. 300 ribuan juga ada.. Kalau collectible kan ga ada patokannya, kalau aku value in kaos aku paling mahal belasan juta sih. Sebenarnya kita gak fokus ke T-shirt aja. Kita ini ADUHAI, agen dunia akhirat hahaha.. Segala dijual hahaha. Kaos itu baru 2 tahun kebelakang karena marketnya sedang rame. Kita awalnya juga ga jualan di lokal, lebih ke eBay. Di Instagram baru 4 tahunan. Paling banyak jaket dulu tuh. Poster film, poster band yang ikut lelang di Sotheby’s Inggris juga aja. Apa aja sih kalau kita jualnya..
Lo banyak pakai kaos band-band ‘90s di feeds IG lo. Apa yg lo cintai dari 90s culture?
Aku mah era nya My Chemical Romance, kalau gue lebih ke brand ambassador nya lah, yang kurasi barang operator aku mas Riva. Kalau ada undangan juga pasti Pratiwi Gea and team karena udah tau kita ada rombongan nya hahaha. Ya lebih ke nostalgia aja sih kalau ‘90an..
T-Shirt band favorit lo apa aja dan kenapa?
1. MCR yang saya pakai ini, dapetnya di New Zealand. Belum pernah saya liat kembaran nya kaos ini, fotonya masih chubby-chubby. Band aing banget haha
2. Portishead yang covernya Dummy.
3. Massive Attack. Kalau trip hop yang rame kan masih di massive attack sama bjork, kalau kaya Portishead, Goldie memang masih rare kaosnya di peredaran
4. Skunk Anansie – ini emang kaos-kaos yang ga kita jual. Jarang dipakai karena memang anak-anak sekarang belum kesini.
5. Metallica Kill em’ All yang sample cuma dijual di tour mereka, ini kaos salah sablon, kebalik sablon depan dan belakangnya.
Wishlist kaos band yang belum kesampaian apa aja?
1. Panic At the Disco. Aku pengennya ada gambar muka-muka nya gede, gak suka yang grafik cover album, jadi lebih kaya kaos boyband
2. Underworld, tentunya yang born slippy dong..
3. Kalau film mungkin SIlence of the Lambs, yang mukanya Hannibal Lecter, kaya kover bukunya.
4. Prodigy, aku pernah punya, tapi kalau Fat of the Land terlalu umum. Lebih pengen kalau dapet kaos bersi single nya. Belum sempat punya yang versi single-singlenya. Kalau jaman dulu sebelum Spotify aku dengerin musik kan di CD, tapi ga suka beli album, cari nya single-single, misalnya Firestarter. Suka ada bonus remix atau B-Sides.
5. Evanescence. Susah banget itu barangnya. Dan underrated, di market juga gak laku. Rare di market, dan rare juga yang cari haha. Sekarang justru kita ambil-ambil kaos yang di market masih underrated, di market gak laku tapi aku yakin di musim berikutnya akan ramai, kaya Linkin Park dan Limp Bizkit gitu kan sekarang gak ada harganya, tapi suatu saat akan naik tuh musik 2000an.
Pros and cons bisnis vintage thrift?
Kalau dibilang cons nya gak ada, pros semua hahaha. Kalau nggak kita sudah gulung tikar. Nyari barangnya juga ga susah kok, yang penting tau market value nya. Kalau bisa kita sih jual lebih murah dari yang lain.
Kultur bootleg menurut lo?
Kalau sekarang kita sih menerima, dan kita akui art nya bootleg 80% lebih bagus dari kaos-kaos original sekarang. Tapi kalau ngomong jaman dulu, orang ga mau pake bootleg dan gak ada juga kata-kata bootleg disitu, yang ada hanya kaos ori dan palsu. Tapi kultur bootleg harus diterima karena memang bagian dari skena nya. Tetap aja ada effortnya di design bootleg itu.
Kalau boleh tau, lo hunting barang-barang jualan lo dimana sih?
Awal-awal hunting sudah pasti di pasar, tapi barang di pasar udah sulit kita pindah hunting online, beberapa tahun lalu kita juga sempat import dari luar. Kadang juga kita belanja di luar, tapi sebenarnya itu niat awalnya jalan-jalan aja, tapi gimana caranya balikin modal jalan-jalan ini sekalian hunting. Paling surga buat kita itu Malaysia. Nah kalau dimananya itu rahasia hahaha.. Orang-orang kan sibuk belanja di Thailand, padahal sebenarnya turun di Malaysia duluan. Asal muasalnya itu dari Karachi Pakistan. Cuma terlalu effort lah kalau kesana dan panas juga hahaha.. Kalau beli bal-balan itu ga pernah karena bisnis ini bukan main job, jadi mengikuti hobby aja. Beli barang itu memang yang aku suka dan ngerti. Jadi kalau gak laku ya santai aja bisa dipakai juga hahaha. Jadi kurasi pertama itu adalah kita nya mau pakai dulu ga? Itu yang penting dari kekuatan tiap toko thrifting.
Setelah berjualan cukup lama, pasti udah banyak relasi dengan kolektor-kolektor lokal dan buyer di luar negeri ya?
Seluruh dunia banyak klien-klien kita dari eBay. Yang sering datang dan belanja disini si Alip Jon, Rian D’Masiv, Ganindra Bimo, Jejouw anak USS, Inne Febriyanti tuh, dia sukanya Pantera hahaha.. Siapa lagi ya, Putrama Tuta sutradara, Mandy USS, Simon Marantika, Athir Speaker First, anak-anak band sini juga banyak yang sering kesini, Turtles Jr, Koil.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos by Feri Alan