Enola adalah Adi Fikri (drum & vocal), Ayis (guitar) dan Dwiki (bass & vocal). Sebuah band asal Surabaya yang cukup prolifik dan intens dengan performa mereka di berbagai gigs kolektif sampai panggung-panggung festival ternama. Enola juga pernah merilis dan menjual merchandisenya untuk membantu korban gempa Cianjur. Mari berbincang dengan Enola mengenai dark jokes mereka di sosmed, penonton yang “membegal†merch dan “hobby†Enola angkut-angkut alat sendiri tanpa crew..
“Kita ga pernah mengakali bagaimana sound live bisa sama dengan sound album kami, karena kami bukan Coldplay 🙁 Justru dari live tersebut, kami ingin pushing ourself, sejauh mana sih kita bisa eksplorasi suara agar lebih bagus dari albumnyaâ€
Halo Enola! Setelah merilis album “Does Anyone Else†di tahun 2021, apa rencana kalian selanjutnya untuk memfollow up apresiasi pendengar kalian yang cukup intens terhadap album itu?
Dwiki: Hewwo jeurnals, kita mulai sibuk urusin rekaman nih selama Ramadhan jadi hilalnya akan keluar sooner or later..
Ayiz: Halo Jeurnals! Yap, kita sedang proses menggarap album di tahun ini, lebih tepatnya bulan ini kita akan disibukkan proses rekaman.
Adi: Halo Jeurnals! kayanya baru Jeurnals nih yang dapat info pertama kali mengenai album ke 2, betul kami on progress dan MUNGKIN harapannya bakalan ada Tour “Does Anyone Else (DAE)†dan materi baru. Btw, Jeurnals mau aku kasih satu teaser spesial upcoming rilisan farewell kami sebelum move on dari DAE dan garap materi baru ngga? Ini merch topi pertama kami, ini spesial banget dan exclusive dikasih tau buat Jeurnals wkwkwkwk. Ini juga pertama kali kami collabs sama brand Surabaya teman kami sendiri, OAT. Kayanya rilis baru bulan depan sih mas Mei pertengahan gitu..
Kalian juga sempat memposting teaser versi vinyl album “Does Anyone Else†di feeds IG kalian. Mungkin bisa ceritakan kapan rencana rilisnya, dirilis oleh siapa dan produksi dibalik pengerjaan vinyl tersebut?
Adi: Harusnya sih rencana rilis Maret kemarin tapi karena satu dan lain hal salah satunya ramai antrian Vinyl Adele yang sampai diobral karena quantity yang dibuat banyak sehingga berdampak sama press vinyl artist-artist lainnya, akan dirilis dan diproduksi oleh teman kami yaitu Maldoror, mungkin rilis mundur jadi April.
Dwiki: Sementara untuk vinyl masih mundur-mundur karena satu dua hal tapi doakan saja vinyl kami mulus dan lancar xixixi..
Ayiz: Rencana rilis harusnya sekitaran Maret – April sih, cuman karena banyak hal diluar kendali dari kami, jadi kemungkinan akan mundur, harapan kami pokoknya tahun ini rilis secepatnya. Untuk perilisan akan di handle oleh kawan lama kami yaitu Maldoror Manifesto.
Btw, masing-masing personil sedang sibuk mengerjakan apa saja nih diluar aktivitas Enola? Apakah aktivitas kalian menghambat Enola ataukah aktivitas Enola menghambat aktivitas kalian?
Ayiz: Kebetulan kami sedang disibukkan oleh jarak. Adi dan Dwiki di Surabaya, saya sendiri di Jakarta. Tapi kami tidak pernah merasa bahwa itu menghambat aktivitas Enola.
Adi: Kalau saya sih masih meneruskan dan menjalankan usaha keluarga di bidang FnB yaitu per-bebekan hehe, sisanya sih ga menghambat untungnya (kalau saya) karena Enola jadi tempat pelampiasan penat terkadang..
Dwiki: Sibuk bekerja sih hahaha. Kami bertiga punya pekerjaan masing-masing dan untungnya sih kegiatan Enola belum ada yang pernah tabrakan. Kebetulan aku kerja di tempatnya si Adi jadi yang berhubungan dengan Enola dan pekerjaan lebih gampang dan rapih hohoho..
Seperti apa scene musik dan ekosistem penunjangnya di Surabaya saat ini?
Dwiki: Ah kalo scene musik surabaya sih karena kebetulan aku kurang tau nih ya hehe.. Jadi yang aku tau cuma band-band yang aku dengerin. Ada beberapa nama sih kayak YFLW, ALTER, Cotswolds, Shrine dan banyak sebenarnya yang mungkin juga bagus tapi karena aku orangnya kurang explore jadi taunya sekelebat doang wkwkwk. Untuk venue favorit aku pribadi ada di Pasar Tunjungan, sebenarnya itu bukan venue yang umum tapi somehow kemarin pas Enola jadi opening act Senyawa, tempat itu jadi semacam.. Venue? Untuk ekosistem scene Surabaya mungkin temen-temen lain bisa jawab hehe..
Ayiz: Dari sudut pandang saya dari kota yang jauh ini, scene musik di Surabaya akhir-akhir ini perlahan mulai menunjukkan keberagaman genrenya. I mean, kalau dulu waktu saya SMP mungkin yang cukup nonjol, sering terdengar di tongkrongan dan bisa berbaur dengan kawan-kawan lain hanya musik heavy stuff, tapi kalau sekarang, apapun genrenya bisa. Dan justru sekarang bisa bersanding dengan band lintas genre sih. Pergeseran generasi dan perkembangan zaman juga cukup berpengaruh dalam hal tersebut. Kalau band Surabaya sejauh ini kami cukup dikelilingi masyarakat yang lumayan gila dan kreatif parah dalam bermusik, contohlah Yellow Flower Living Water yang barusan rilis EP terbaru (songwriting mereka untuk band dengan genre pop cukup mengagetkan), Thee Marloes yang baru sign dengan Big Crown Records, lalu ada the almighty Cotswolds, Shrine (unit shoegaze baru yang patut dinantikan), Timeless, Brunobauer. Venue favorit sejauh ini susah untuk ditentukan, since beberapa dari tempat tersebut ada yang tidak berumur panjang juga. Cukup sedih.
Adi: Layaknya issue di kota lain mungkin perihal venue ga ada yang tetap sih karena Surabaya sendiri kekurangan venue hehehehe, untuk ekosistem musik sendiri kami dikelilingi orang-orang hebat seperti Yellow Flower Living Water (YFLW), Humi Dumi, Hecht, lalu ada band-band baru seperti Pixie Plum, Brunobeuer dan banyak band keren lain sih, tapi jujur saya orangnya kurang membaur (sangat) jadi kurang up to date perihal apa fenomena yang terjadi di Surabaya..
Oh iya, Humor self-deprecating dan dark jokes di social media kalian cukup khas dan kalian juga cukup aktif dalam bersosial media di IG dan Twitter. Apakah admin nya bergantian?
Ayiz: DAMN, pertanyaan ini hahahaha. Bruh, trust me, we’re all the admin. Tapi paling aktif ya si Adi. And also we have the same taste in memes.
Adi: Kebetulan saya yang paling aktif sih hehehe, since ga punya Twitter pribadi jadi hampir setiap buka sosmed pasti itu saya apalagi Twitter hehe, coping mechanism aja jadinya sih, yang ternyata menentukan persona band BANGET.
Dwiki: Aaah aku malah ga sadar kalo itu kesannya dark. Hal yang kami upload emang hal yang kami ketawain tiap hari sih jadi ya…. Gatau yak hahahahaha
Ayiz: HAHAHA THIS ONE SPEAK THE TRUTH!!
“Seperti petuah dari Sunn O))), Maximum Volume, yields maximum results.â€
Apakah kalian gearheads? Bagaimana kalian mengakali kekurangan personil dan membuat sound live kalian menyerupai sound di album kalian?
Ayiz: Waduh, mungkin untuk sebutan gearheads cukup berat juga bebannya ya HAHA. Nah, kidding. Kalo saya pribadi, mungkin nyebutnya not-really-gearheads, tapi saya cukup gila jika digging suatu gear HEHE. Kalo mengakali malah kita ga pernah mengakali bagaimana sound live bisa sama dengan sound album kami, karena kami bukan Coldplay 🙁 Justru dari live tersebut, kami ingin pushing ourself, sejauh mana sih kita bisa eksplorasi suara agar lebih bagus dari albumnya, karena saya cukup percaya bahwa live performance adalah suatu pengalaman untuk penonton melihat band yang mereka senangi. Jadi bagi saya sendiri, ga ada aturan untuk bagaimana sound pada saat live bisa persis seperti album.
Dwiki: Wah, kalo gearheads gatau ya nih barometernya apa hehe. Soalnya aku pribadi juga meraba raba banget sampe hari ini masalah gear. Yang jelas selama ini kalo explore gear ya yang kami rasa bisa mengisi dan memuaskan kami bertiga. Ngakalin sound? Kencengin aja ampli sama outnya HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!! And bring yourself a good sound engineer..
Adi: Hehehe kurang lebih apa yang dikatakan Dwiki dan Ayiz sudah terwakilkan sih, karena masih perlu banyak explore seperti masih banyak tanya-tanya juga ke Mas Rembo )Nearcrush, Throne Room), Mas Raka (Thee Marloes), Mas Joni (Timeless), dan perihal drum masih sharing ke sesame drummist kalo saya sih kaya Mas Ferry (Timeless), Subadie (Radlads), Mas Tommy (Thee Marloes) gitu sih.. Apalagi aku pingin banget masukin Guitar Pedal buat Drum kaya session This Will Destroy You di Walrus Audio Session.
Ayiz: OH IYA, GOOD SOUND ENGINEER YANG BERANI MENTOKIN LEVEL, VOLUME, DIATAS RATA-RATA BAND YANG MAIN JUGA CUKUP MENUNJUANG. Seperti petuah dari Sunn O))), Maximum Volume, yields maximum results.
Top 5 pedal efek dan gear favorit masing-masing apa saja?
Ayiz: Top 5 ini apakah boleh yang ada di wishlist (alias belom kebeli)? AHAHAHA! So sad man, I’ll go first:
1. Earthquaker Devices Swiss Things (Pedal reconciler)
Wishlist pedal favorit, karena bisa eksperimen pedal dan bebunyian lebih jauh pake Swiss Things.
2. Earthquaker Devices Sunn O))) Life Pedal V3
3. Shin Ei FY-2
The gnarliest Fuzz.
4. EHX Stereo Memory Man with Hazarai
My most favorite pedal on my pedalboard, favorit ya karena sudah ingin punya pedal itu dari SMA, semenjak tau tuh pedal di pake Kerry Mccoy Deafheaven dan jadi pedal paling penting bagi semua wall of soundnya Deafheaven, lalu ada Emma Ruth Rundle, Algiers.
5. TC Electronic Polytune 3 Mini Noir
A Good Tuner yang bisa provide display terlihat terang pada saat siang hari, built in buffer, dan kecil bisa menghemat tempat.
Dwiki: Kalo top 5 pedal nih ya:
1. Acapulco gold EQD
Karena kencengin aja gan..
2. Darkglass Hyper Luminal
Sampe hari ini belum nemu compressor mewah selain Hyper Luminal.
3. Darkglass A.D.A.M
Sesuai namanya AGGRESSIVELY DISTORTING ADVANCED machine. Maha agung Darkglass.
4. Eventide H9 Max
All in one package, kayak masukin satu IKEA ke satu pedal. Jadinya H9 max ini.
5. JB-2 Angry Driver by Boss & JHS
Pedal ini dipake sama Ayiz, pertama kali kebeli dulu bener-bener langsung suka BANGET sama suaranya.
Nambah satu kalo boleh selain pedal aku pengen banget punya Ibanez ATK 305. Bassnya biasa sih bukan yang legendary equipment atau signature terbaik tapi pickup placement sama bentuknya unik aja HAHAHAHA dan tone nya enak dikupingku.
Ayiz: FUCK I FORGOT THE H9..!
“Waktu kita bikin perilisan merch untuk penggalangan dana gempa Cianjur sih, itu laku di kisaran 330-335an pcs. Alhamdulillah sekitar 300 Baju terjual dan 30an Juta keuntungan semuanya benar-benar untuk korban terdampakâ€
Kalian cukup prolifik dalam merilis merchandise. Rekor pernah bikin berapa pieces nih per design? Kabarnya merch kalian bisa habis dalam hitungan jam ya?
Ayiz: Kalo rekor ya, waktu kita bikin perilisan merch untuk penggalangan dana gempa Cianjur sih, itu laku di kisaran 330-335an pcs, kalo lagi manggung kemana gitu ya cukup membawa 100 pcs sudah bisa ludes selama kita di venue. Tapi kadang ada yang ngebegal kita sebelum berangkat manggung, langsung ngetodong beli sebelum acara haha. Not even ordal, malah kaya ketemu kita lagi loading alat atau jalan dari parkiran ke venue, lgsg “kak mau merch dong” while we’re nenteng alat wkwkwk..
Dwiki: Ini bener sih kalo rekor paling banyak gempa Cianjur sampe 335 pcs an. Kita bbrp kali dibegal untuk stiker wkwkwk
Adi: Dibilang rekor alhamdulillah iya dan bermanfaat, satu penjualan yang sangat berkesan waktu itu bareng temen Husted Youth kami perjalanan ke Soundrenaline 2022 di Bus lalu ada berita Cianjur gempa dan longsor trus waktu baca beritanya aku terenyuh karena salah satu korban dari sekian banyak yaitu Guru SD dan Muridnya yang terkubur dalam pelukan saat mereka sedang melakukan cocok tanam kegiatan sekolah, innalillahi hati langsung bergerak buat menghubungi Conbini buat design baju yang “Shoegaze Ruined My Life” warna hitam dan dijual via Husted, hasil penjualan langsung ke mereka dan diberikan untuk kebutuhan posko, alhamdulillah sekitar 300 Baju terjual dan 30an Juta keuntungan semuanya benar-benar untuk korban terdampak.
Mungkin bisa ceritakan sedikit bagaimana band shoegaze seperti Enola bisa masuk menjadi roster Greedy Dust yang rosternya dipenuhi band-band punk/HC?
Adi: semua berawal dari keinginan Delpi (Dongker, Greedy Dust) yang ingin mengexplore band diluar HC/punk untuk GD kalo ngga salah, sehingga Delpi menawarkan untuk bergabung menjadi rooster pertama GD yang non HC/punk, masuklah kami Enola, lalu Sugar Thrills, Eastcape, Cotswolds sampai Sunlotus.
Ayiz: Itu dari idenya Delpi juga sih, pada saat itu kita sempet sudah rilis 2 single lewat Maldoror Manifesto dicetak dalam format kaset. Kami kenal Delpi juga cukup lama, lalu dia notice kalo kita punya band shoegaze, lalu dia berinisiatif menjadikan Enola sebagai roster pertama atau jembatan pertama Greedy Dust yang tidak memainkan musik hardcore punk. Walaupun kita sebenarnya juga highly influenced by hardcore punk hahaha.. Lalu disusul berbagai macam band bergenre lainnya.
Dwiki: Betul, maaf aku cuma bagian iya aja hari itu wkwkwk..
Kelebihan dan kekurangan formasi trio menurut kalian masing-masing?
Adi: Kelebihan banyak jatah makan, kekurangan jatah makan sisa tapi kami habisin juga sih.. Bercanda deng hahaha..
Ayiz: Kelebihannya, kita sangat kuat bisa memainkan musik berdurasi panjang dengan 3 member personil saja. Kekurangannya ya kalo lagi bawa alat membernya cuma 3, jadi lebih susah haha. Kadang malah saya kurang ajar ke Adi sama Dwiki, soalnya saya biasanya nitip bawain pedal atau gitar yang dari Surabaya buat dibawa ke Jkt
Adi: Kebetulan Enola band punk yang tour atau main tanpa crew jadi orangnya ya cuma bertiga angkat-angkat bareng barangnya gitu sih..
Dwiki: Aku pribadi kelebihan berat badan.. Kalau kekurangan kita cuma kurang angkat angkat aja huhuhu. Karena band nya band kecil UMKM jadi kami swa-angkat.
Pertanyaan terakhir: Pengalaman nonton konser musik terbaik favorit kalian dan rekomendasi tempat makan favorit masing-masing personil..
Adi: Kayanya konser musik terbaik saya pribadi Coldplay 2017, kalau bareng Enola sih pas sama Senyawa di Surabaya itu surreal parah, sama Soundre ada APTBS, insane.
Oh sori kebanyakan, sama comeback Collapse di Bandung + pertama kali main di Bandung, trus makanan disana enak-enak kaya Batagor pake kuah karena kalo di Surabaya ga ada yang pake kuah (???). Tapi enak POL, lalu ada sate apa gitu yah di bandung enak parah di dekat pasar, satenya tanpa tusuk, sate pelana apa ya.. Sama Dim Sum 9 Ayam sama resto vegan Kehidupan Tidak Pernah Berakhir tentu saja dan DOMA..
Dwiki: Konser favorit nonton White Shoes and the Couples company di Folk Music Festival 2018. Tempat makan favorit? Special shoutout: Kehidupan Tidak Pernah Berakhir. They sell a whole package of everything dan tentnunya DOMA FOREVER.
Ayiz: Konser favorit so far American Football di Jakarta sih, sepanjang set nangis sama bengong. Kalo konser favorit Enola selama ini di Bandung yang diadain sama kawan-kawan Futura Free sama Lisdia records, sama Paguyuban Crowd Surf pas saya pake topi koboy itu sih, seru banget animo masyarakat sama kawan-kawan. Benar-benar berkesan dan ga bisa ilang euforianya. Duh sorry jadi 2 ya jawabannya.
Duh kalo tempat makan fav sih banyak banget disini, apalagi di tempatku tinggal Jakarta Barat, tapi kalo tempat makan favorit aku paling deket sama rumah ya Soto Mie di Taman Semanan Jakarta Barat, buka nya dari jam 10an, tutupnya cepet banget, that’s the best soto mie ever. Fuck hard choice, konser Senyawa juga sampe lupa.
Adi: COK LUPA KITA NONTON AMERICAN FOOTBALL DAN KNOCKED LOOSE!! kita nonton bareng loh itu wkwkwk..
Text by Aldy Kusumah
Photo by Ayughia & Enola’s archives