Exsport adalah brand heritage yang sudah berdiri dari 1979 (bahkan sebelum Eiger) dan sekarang brand ini tampil lebih fresh dipandu oleh “nahkoda†barunya: Angel Lukito. Setelah lulus kuliah dari Seattle University, Angel Lukito mendapat “tugas†untuk me-rebranding Exsport agar lebih relevan. Dari pop-up store di Grammars, flagship storenya di Bandung yang terinspirasi arsitektur mid-century, sampai kolaborasi-kolaborasi unik dengan illustrator Phantasien, Seroja Bake dan permen Yupi, manuver Angel sudah terlihat lebih edgy dan terarah. Mari berbincang dengan Angel mengenai dituntut oleh perusahaan minyak, trend fashion gorpcore dan fase burnout yang dialaminya…
“Kita pengen mengingatkan orang-orang yang sudah dewasa pas lo kecil tuh lo bebas berekspresi dan tidak takut di judge saat jadi diri sendiri.â€
Halo Angel, Bisa ceritakan background lo dan proses awal lo gabung ke Exsport?
Halo namaku Angel, sekarang umurnya 25 tahun. Sekarang lagi sibuk mengembangkan brand Exsport. Hobinya jalan-jalan ke alam dan main sama doggy hehe. Gue dulu kuliah business finance di Seattle University, sebenarnya masih nyambung kuliahnya sama Exsport karena gue ngejalanin operasional dan branding jadi finance nya kepake banget.
Gue sekarang lebih fokus di product development, marketing, team sales, sama di merchandising. Balik ke Indo tahun 2019 gue masuk ke team finance di Eiger. Awal tahun 2020 bulan Februari dikasih kesempatan untuk mengembangkan brand Exsport. Exsport ini sebenarnya adalah mother brand dari Eiger. Exsport itu lahir tahun 1979, Eiger 1989 sepuluh tahun setelah Exsport. Sejujurnya setelah dikasih kesempatan aku gak terlalu mempertimbangkan good opportunity ini. Kayaknya seru, pas masuk langsung pandemi dan sales drop banget huhu..
Beberapa Kolaborasi Exsport selalu menarik: Phantasien, Seroja Bake dan permen Yupi. Gimana awalnya lo berkolaborasi dengan mereka? Ada cerita dibalik ketiga collab itu?
Memang awalnya kita yang approach duluan. Kalau dari Phantasien (Anindya Anugrah) memang Exsport pengen tap in dengan ilustrator perempuan. Anin itu dulu di hukum sebelum shifting mengejar ilustrator sebagai karir. Keberanian dia untuk berkarya berhubungan dengan Exsport yang mensupport self expression as a woman, dimana seorang perempuan itu bisa berekspresi dengan bebas dan authentic. Dan menurut gue hasil karya dia itu menarik banget. Pada saat itu kita mencoba mengeluarkan produk diluar kebiasaan kita: Tenda, poncho dan totebag.
Kalau sama Seroja Bake aku personally ngefans sama mereka. Awalnya tau dari Instagram dan mau beli hampers Natal buat teman-teman ku. Aku suka konsep strawberry jam mereka yang bekerja sama dengan petani yang memanfaatkan stroberi yang surplus. Bakery with a mission, keren! Kita kolab aktivasi 4 minggu aja sama mereka, kita bikin Exsport picnic collections, dan bikin menu bareng sama Seroja. Sampai food tasting juga. Kita bikin curry sando, sago yang dalamnya ada kelapa, coklat dan mint, dessert favorit aku, sama juice yang mirip es campur versi Seroja. Jadi yang beli Exsport dapet voucher untuk menu tersebut. Seru sih. Personally aku support misi nya Seroja dan emang enak makanan nya.
Kalau untuk Yupi sendiri kita menargetkan brand yang sudah dikenal secara nasional. Relevansi Yupi sama Exsport itu apa, kita adalah brand nostalgic dimana masa kecil kita memakai tas Exsport dan makan permen Yupi. Kita pengen mengingatkan orang-orang yang sudah dewasa pas lo kecil tuh lo bebas berekspresi dan tidak takut di judge, juga jadi diri sendiri. Se-simple itu sih. Produknya ada sling bags, backpacks, airpods pouch, dan iphone sling bag.
Dengan ada trend gorpcore (fashion hiking/camping) apakah Exsport sebagai brand outdoor akan meng-cater market tersebut?
Sebenarnya kita bisa dibilang lebih ke brand lifestyle bukan outdoor. Kita membagi activity brandnya jadi 3 sih: productive, active dan recreative. Jadi lebih ke hal-hal yang kita lakukan setiap hari seperti sekolah dan kerja (productive), active itu lebih ke olahraga dan recreative lebih ke hobby. Jadi trend outdoor itu masuk ke recreative sebenarnya. Kita secara tidak langsung mengadaptasinya dari style-style foto lookbook kita yang di alam, aktivitas alam dan kolab sama Anin Phantasien juga mengeluarkan tenda. Karena ada trend outdoor boom dimana orang-orang lebih senang berkegiatan di outdoor setelah pandemi. Kita mencoba tap-in disitu.
Kalau tidak salah dulu Exsport itu singkatan dari Exxon Sport ya dan sempat diganti singkatan nya? Apa makna dari nama Exsport tersebut sekarang?
Betul! Jadi dulu tuh nama kita sebelum Exsport itu adalah Exxon. Tahun 1983 dituntut sama oil company Exxon dari Amerika. Tapi kita ganti nama jadi Exsport yang artinya sesimpel Exxon dan sporty, gitu aja sih hahaha! Sebenarnya kalau gue sih ga berpatok di namanya yah. Eh btw banyak orang typo yang nulis Exsport ga pake “S†jadi kaya export-import hahaha. Cuma kita punya logotype dan logogram yang punya arti. Logo yang seperti bunga X itu ada artinya kak, yang pertama collaboration (huruf X), exploration dan chromosome X. Kalau chromosome XS itu kan perempuan, dan XY itu lelaki. Secara fitur dan ukuran tas memang fokus ke perempuan, tapi banyak juga kok laki-laki pake Exsport sekarang.
Bisa elaborasi sedikit konsep dibalik design interior flagship store ini?
Oke jadi untuk flagship ini konsepnya seperti semi exhibition, jadi kalau misalnya kakak masuk ke dalam ada banyak pegboard gitu, disitu juga ada semacam penjelasan produknya dan material-materialnya. Tapi tidak semua warna kita pajang, sisanya ada di lemari yang bisa dibuka untuk melihat warna lain. Jadi ada experience nya. Yang kedua tuh kita meng adaptasi arsitektur mid-century. Warna-warna kayunya tuh warna coklat tua, dimana sering ditemukan di arsitektur jaman mid century. Tapi dipadu juga sama DNA Exsport yang quirky. Dengan aksen warna-warna hijau, biru ditambah bentuk-bentuk yang organik. Di Yogya juga ada flagship kita. Ada juga di kota-kota lain di beberapa toko Eiger.
Pada tahun ‘90an gue cuma tau Exsport sebagai tas ransel sekolah. Tapi sekarang lo meng-elevate Exsport dengan banyak varian produk dan lebih colourful. Apa aja konsep yang lo terapkan pada rebranding yang berhasil ini?
Jadi pada saat rebranding memang cukup banyak effort yang dilakukan. Salah satunya dari value dan misi brand nya. Dari sisi product category sampai business modelnya. Jadi cukup holistik sih. Semua nya dirubah hahaha. Kita mencoba relevan dengan lifestyle anak muda sekarang. Gue juga personally suka sama brand-brand yang kita ajak kolaborasi. Gue suka misinya. Kaya misal kita pop-up di Grammars karena hampir tiap minggu gue ke Grammars. Jadi apa yang gue suka juga pada akhirnya dikembangkan jadi kolaborasi. Walaupun ga semua hal yang gue suka juga sih, tetap yang masih ada relevansinya.
Top 3 brand tas favorit lo yang cukup menginspirasi?
Gue suka Bimba Y Lola dia itu dari Spanyol, dia lebih ke high fashion. Secara design detail banget dan perpaduan warnanya menurut gue smart banget. Dia senang memberi aksen detail kecil yang membuat keseluruhan design jadi perfect. Edan pinter banget lu nambah warna kuning disini! Mereka tuh berhasil banget disitu. Baboon to the Moon brand dari US. Dia itu ga banyak varian cuma gue suka sama pemilihan warnanya. Dia mengeluarkan warna-warna yang orang lain ga punya. Mereka tuh edgy dan quirky banget. Keren menurut gue mereka tuh. Kalau Topo Design itu brand outdoor dari Denver Colorado. Dia secara fungsional bagus menurut gue. Detail-detail dan fungsinya cakep banget. Edan kepikiran banget cuttingnya.
Lo juga lagi mengumpulkan tas-tas Exsport tahun ‘80an ya? Gimana tuh prosesnya terus output nya mau jadi apa?
Jadi gue ngumpulin karena penasaran dulu tuh Exsport kaya gimana. Itu tuh produk-produk 40 tahun yang lalu dan papa gak nyimpenin. Dia kaga nyimpenin. Gue sempat nemu di Carousell ada yang jual masih bagus. Durability dan kualitas Exsport itu adalah value utama kita. Jadi memang tas-tas yang berumur 40 tahunan yang gue dapet kondisinya masih bagus-bagus. Dan kita punya lifetime warranty. Kalau ada kerusakan di jahitan atau resletingnya bisa kita repair, tas Exsport dulu pun yang sebelum rebranding bisa kita repair. So far sih baru nemu dari saudara-saudara, Carousell dan teman-teman di Instagram. So far baru sekitar 10 yang terkumpul, susah bro nyarinya haha! Entah gue nanti mau bikin campaign atau gimana. Jadi sebenarnya 10 tas yang gue dapet ini yang benar-benar klasik dari tahun ‘80an.
Dalam menjalankan family business ini apa lo pernah merasa takut mengecewakan dan tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga setelah diberi kepercayaan?
Jadi gue as a human being jujur sempat ngerasa takut mengecewakan. Takut tidak sesuai dengan ekspektasi. Jadinya gue kayak yang keras pada diri sendiri, padahal keluarga santai-santai aja. Karena gue terlalu keras pada diri sendiri jadinya gak “lepasâ€. Gue pada saat itu lulus kuliah 2019 langsung megang Exsport ini dengan pengalaman gue yang bisa dibilang ga ada lah. Pada saat itu masuk ke era pandemi dan langsung rebranding. Cukup menemukan banyak ups and downs hehe. Sempat kaya burn out banget juga. Gue ngerasa ya dalam hidup fase itu adalah fase terberat gue so far, gatau ya entar ada apa lagi. Itu salah satu momen yang cukup challenging. Tapi pada akhirnya gue dapat jawaban yang meringankan dan mindset langsung berubah. Suatu hari gue tiba-tiba nangis cukup kencang karena burn out. Udah gak bisa nahan. Karena memang gue tipe orang yang gak suka cerita masalah pekerjaan ke parents, jadi dihadapi sendiri. Ditanya akhirnya kenapa gue burn out. Gue nanya ke papah “Ekspektasi mu untuk Exsport itu apa?â€. Kata dia ekspektasi nya adalah agar brand ini tetap eksis dan gimana caranya brand ini bisa ngasih impact dan blessing sebesar-besarnya. Gue jadi ngerasa misi brand ini bukan cuma cuan aja, tapi impact apa yang kita bisa kasih. Dari situ terus berproses. Ternyata bukan cuma bisnis aja, it’s bigger than that.
Words by Aldy Kusumah
Photo by Feri Alan