Brand outdoor sports yang lahir di Pegunungan Alpen ini sebenarnya dibuat untuk olahraga ski, trail-running dan hiking. Tetapi bagaimana brand outdoor sports ini bisa “bergerak†dari gunung sampai dipakai para konsumen nya untuk “mendaki†kerikil-kerikil di coffee shop favoritmu? Let’s find out.
HISTORY
Salomon didirikan pada tahun 1947 di kota Annecy di jantung Pegunungan Alpen Prancis. François Salomon meluncurkan perusahaan tersebut dengan memproduksi ski-edges di sebuah bengkel kecil, hanya dengan bantuan istri dan putranya, Georges. Georges Salomon dikreditkan dengan mengambil alih perusahaan dan mengembangkannya menuju brand outdoor sports global yang kita kenal seperti sekarang ini. Lahir pada tahun 1925, Georges Salomon bertahan hidup selama pendudukan Nazi di kampung halamannya di Annecy di Pegunungan Alpen Perancis. Pasca perang dunia 2, pada tahun 1947 ia berbisnis dengan ayahnya François, seorang produsen mata gergaji. Dia meyakinkan Salomon yang lebih tua untuk beralih ke pembuatan pinggiran dan suku cadang ski untuk industri ski pasca-perang yang baru lahir di Eropa, dan revolusi industri ski sedang berlangsung dipimpin oleh garda depan Salomon. Ketika Salomon dan ketiga putranya menjual perusahaan tersebut ke Adidas pada tahun 1997, keterlibatannya dengan perusahaan tersebut berakhir dengan penjualan tersebut, namun etika dan brand identity yang di develop keluarga ini masih mendorong perusahaan tersebut. Kini, Salomon SAS merupakan bagian dari Amer Sports, yang dimiliki sejak 2019 oleh grup Tiongkok ANTA Sports dengan merek sejenis Wilson, Atomic, Precor, dan Arc’teryx.
SALOMON DI ERA KONTEMPORER
Selama beberapa dekade berikutnya sejak didirikan, Salomon mulai beralih ke kategori outdoor sports lainnya, yang akhirnya berfokus pada pakaian dan alas kaki yang dirancang untuk trail-running, hiking, ski, dan snowboarding. Namun baru-baru ini, Salomon lebih disukai oleh orang-orang yang menghadiri fashion week ketimbanghiking di gunung. Crowd ini sebagian besar disebabkan oleh munculnya ‘Gorpcore’ — nama yang diberikan untuk trend pakaian outdoor yang digunakan sebagai street fashion, yang diciptakan oleh The Cut pada tahun 2017 — tetapi hal ini juga berasal dari Salomon yang meluncurkan program Sportstyle dan bekerja sama dengan berbagai brand yang memiliki visi dan nilai-nilai yang sama. Sebuah langkah maju yang besar terjadi ketika JP Lalonde bergabung dengan Salomon untuk memimpin divisi Sportstyle pada tahun 2016. Lalonde membantu me-rebranding brand Salomon seperti brand yang kita kenal sekarang ini di era kontemporer, dengan bantuan Boris Bidjan Saberi.
Kolaborasi-kolaborasi Salomon pun selalu on point dan mereka memilih brand-brand dengan core values yang kurang lebih sama. Sebut saja: Palace, and wander, Beams, The Broken Arm, Hidden NY, Sandy Liang, Bodega, dan Dover Street Market. Dominasi Salomon masih jauh dari selesai. Brand Perancis ini mengikuti gelombang tech-wear dengan selama beberapa tahun terakhir, mulai dari merek yang dikenakan ayah kamu saat mendaki hingga seragam tidak resmi di fashion week. Highlight ini sebagian besar disebabkan oleh siluet XT-4, XT-6, dan XT-Wings yang, setiap musim, diberikan beberapa colorways terbaik. Namun, itu bukanlah keseluruhan cerita, karena kolaborasi Salomon adalah kolaborasi-kolaborasi terbaik di skena footwear global. Bahkan ex-karyawan Salomon membuat brand baru juga yang tidak kalah menarik bernama Hoka One One. Perusahaan ini didirikan oleh Nicolas Mermoud dan Jean-Luc Diard, mantan karyawan Salomon, pada tahun 2009, ketika mereka berusaha merancang sepatu yang memungkinkan mereka berlari menuruni bukit lebih cepat, dan menciptakan model dengan sol luar berukuran oversized yang memiliki lebih banyak bantalan, dibandingkan sepatu lari lainnya pada saat itu. Nama sepatu ini diambil dari bahasa MÄori yang secara berarti “terbang di atas bumi”.
EPILOG
Salomon memiliki sepatu untuk berbagai aktivitas tetapi lebih mengkhususkan diri pada sepatu untuk outdoor sports seperti ski, snowboarding, hiking, dan trail running. Meskipun sepatu hiking Salomon pada awalnya dirancang dengan konsep outdoor sports, pada tahun 2023, industri fashion mengadopsi sepatu trail-ready XT-6 sebagai salah satu sepatu kets yang wajib dimiliki pada tahun 2023. Fashion it-girls seperti Bella Hadid, Hailey Bieber, dan Emily Ratajkowski terlihat memakai sepatu tersebut. Musisi seperti Dev Hynes (Blood Orange) sampai A$AP Rocky juga terlihat menggunakan Salomon pada beberapa acara. Menurut kita, design-design Salomon terlihat effortless jika dipakai untuk situasi apapun. Tidak seperti hiking shoes dari brand-brand outdoor seperti Columbia dan TNF, Salomon masih bisa dipakai untuk sekedar ngopi di coffee shop atau ke gigs lokal favoritmu. Tidak seperti sepatu dari brand-brand outdoor lainnya, Salomon bisa nge blend dengan kaos band sampai pakaian semi-formal. Belum lagi jika kita membicarakan colorways mereka yang unik dan detail dan kualitas produknya. Maka tidak heran jika Salomon adalah sepatu favorit kebanyakan orang untuk sekarang ini. So while this gorpcore trends still exist, let’s just embrace it shall we?
Words by Aldy Kusumah