Mandy CJ adalah seorang seniman yang berbasis di Jakarta. Selain mengeksplorasi seni lukis dan menghasilkan karya unik yang sangat berkarakter di atas kanvas, Mandy juga terlibat dan menjadi salah satu founder TFR News bersama sahabatnya, yang kemudian membuat aktivasi seperti Jakarta Doodle Fest. Selain kesibukan Mandy di area creative culture, media dan seni rupa, Mandy juga sangat passionate mengenai fashion dan musik. Let’s dig into her brain and discover her creative ways…
“Mengenai brand yang sedang ramai karena meniru plek-plekan, that’s on them, menurut gue ga ada etika aja. They don’t appreciate other people’s works dan ingin memonetisasi dari karya lain dengan harga yang lebih murah, menurut gue itu lazy capitalism.”
Halo Mandy! Sedang sibuk menjalankan rutinitas apa saja nih akhir-akhir ini?
Pastinya bangun, kerja dan ada goal untuk olahraga sehari sekali, 30 menit sampai 1 jam.. Building empire sih! Hahaha.. Building creative industry.. Ga ada lagi sih, kerja aja langsung. On the weekends sama temen-temen ke pameran untuk support karya temen yang lagi dipamerkan, atau.. Tidur…
Lukisan-lukisan Lo cukup iconic dan berkarakter. Pengaruh terbesar Lo untuk memulai melukis dari mana? Siapa saja pelukis-pelukis favorit Lo?
Pengaruh terbesar untuk lukisan-lukisan gue adalah musik. Musik adalah salah satu happiness in my life.. Gue suka banget musik yang sangat bertekstur, contohnya “Tusk” dari Fleetwood Mac, gue juga suka banget sama System of a Down. RnB dan hip hop juga, seperti SZA, jadi mereka meng-influence mood gua, dan mood gua influence karya yang lagi gue kerjain saat itu. Kalau pelukis-pelukis favorit pastinya Daniel Richter, dia pelukis dari Jerman, gue suka banget cara dia menangkap landscape. Gue juga suka banget Henri Matisse dan penggunaan pattern di karya-karyanya. Gue juga suka Arahmaiani dan Natisa Jones untuk seniman-seniman lokalnya.
Lo juga salah satu founder The Finery Report. Apa yang membuat Lo tertarik dengan creative culture dan industri kreatif? Trigger apa yang membuat Lo bikin TFR?
Kita udah ga lagi pake The Finery Report dan memakai nama TRF News. Kita sering ngebahas creative industry tapi tahun ini kita fokus di visual arts community, karena banyak event fine arts yang audience nya berbeda dengan visual arts. Arts is actually supposed to be enjoyed in your daily life. Dengan cara membuat patterns, prints untuk dipakai di produk sehari-hari. Sayangnya visual artist ini mungkin kurang dibimbing untuk monetisasi karyanya, semoga event TFR bisa menjadi platform tersebut. TFR dibuat bersama partner gue Christine, dulu dia adalah dosen graphic design gue. Tadinya kita mau buat brand tas sebelum TFR. Di luar ada media BOF (Business of Fashion), disini kita susah banget untuk cari data dan riset tentang creative industry, dari situlah TFR lahir untuk menjadi media channel-nya.
Tentunya tidak ada yang 100% original di era kontemporer ini, beberapa brand meleburkan berbagai referensi, influence dengan style mereka sendiri sehingga menciptakan karya atau entitas baru. Tetapi ada beberapa brand yang sedang ramai karena meniru “plek-plekan” dan meng-glorifikasi kultur bootleg. Bagaimana opini atau pendapat pribadi lo soal ini?
There is nothing new under the sun. Menurut gue untuk membuat original product kita harus copy. Di karya gue pun gue selalu cara Basquiat melukis atau cara Henri Matisse melukis. Dan dari situ gue nyontek sampai menemukan gesture gue sendiri dalam karya gue, that is what makes me original. Dengan inspirasi dari mentor-mentor kita. Copying is very normal, tapi kita harus smart dalam our ways of copying, kita harus mengambil fitur-fitur dari inspirasi kita dan jadi original. Kalau misalnya tentang brand yang sedang ramai karena meniru plek-plekan, that’s on them, menurut gue ga ada etika aja. They don’t appreciate other people’s works dan ingin memonetisasi dari karya lain dengan harga yang lebih murah, menurut gue itu lazy capitalism.
Selain menampilkan karya-karya, IG feeds Lo juga dihiasi oleh fashion style Lo yang cukup unik dan berkarakter. Siapa saja inspirasi fashion Lo?
Sebenarnya fashion gue lagi di tahap rebranding dimana gue mencari fashion style yang baru haha. Tapi gue suka banget sama karya-karya Issey Miyake, Yohji Yamamoto, Bottega Veneta, Diesel, Fendi spring 2024 collection.. Pastinya belum bisa direfleksikan dengan style gue sekarang karena kekurangan dana tapi semoga di masa depan gue bisa afford baju-baju high fashion tersebut. Pastinya di setiap fashion style gue pastinya harus incorporate banyak warna dan patterns. Di tahap ini gue masih eksperimen dengan apa yang gue suka pakai, it’s all about confidence.
Last but not least: Rekomendasi 5 tempat makan favorit Lo apa saja?
Gue suka makanan nya Zodiac Bar, i love their food. Ada Kambing Omurice. Pino juga enak gue baru cobain Duck Steak nya kalau gasalah. Chong Qing Hot Pot, itu tempat favorit gue, mala-nya enak banget. Di Bali gue suka Sate Plecing Arjuna.. Itu adalah makanan favorit gua.. Satu lagi gue mikir bentar… Sahaja Padang Restaurant resto nasi padang dengan the best fried chicken hahaha..!
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos taken from @mandycj_ archives