Arian 13 sepertinya sudah melakukan semua hal di industri kreatif ini: Main band? Arian sudah aktif di berbagai band mungkin sebelum kamu lahir: Puppen, Aparatmati dan kini Seringai. Di departemen seni rupa ilustrasinya sudah menghiasi berbagai kover album, poster, merchandise dan mengikuti eksibisi di beberapa tempat. Untuk bisnis retail Lawless Jakarta sudah menjual banyak merchandise band, dan bahkan berkembang ke sektor F&B dengan gerai-gerai Burger-nya (Lawless Burgerbar) dan claypot-nya yang hits (Iron Fist). Akhir-akhir ini Arian sedang sibuk mengurusi bar barunya: Ratatat, yang secara konsep sedikit berbeda dengan Duck Down Bar. Let’s chat a bit with this guy…
“Pada dasarnya kami melakukan apa yang kami suka, sesuai passion kami. Kami suka musik, dan untuk F&B, kami juga suka makan”
Halo Arian! Apa kabar? Lagi sibuk ngapain aja nih? BTW masih sering mengerjakan ilustrasi ga sekarang-sekarang ini? Apa aja ilustrasi terakhir atau yang sedang lo kerjakan?
Halo! Nampaknya waktu gue sudah cukup terokupasi dengan segala pekerjaan dari Lawless Jakarta saja, dan jarang membuat artwork. Lebih banyak me-manage para illustrator saja. Ilustrasi terakhir yang gue kerjakan nampaknya untuk Vans.
Dulu lo pas awal-awal ke Jakarta kan aktif sebagai jurnalis sambil ngeband dan kemudian bikin Lawless. Kalau melihat kebelakang, lo nyangka ga dari ngeband sekarang berujung menjadi “mafia” bisnis F&B? Bisa elaborasi ga gimana awalnya lo bisa pindah-pindah “genre” tersebut? Haha..
Pada dasarnya kami melakukan apa yang kami suka, sesuai passion kami. Kami suka musik, dan untuk F&B, kami juga suka makan. Jadi dasarnya itu. Untuk mereka yang tidak tahu, nampaknya sesuatu yang ‘aneh’ atau mengejutkan, tapi bagi kami tidak. Tapi memang ketika akhirnya malah passionate di industri kuliner, nggak menyangka juga sih.
Hal tersulit dalam memanage bisnis F&B itu apa sih? Apakah lo ada background F&B sebelumnya dan apakah ada tips untuk pembaca yang ingin terjun di bisnis ini?
Buat gue yang tersulit adalah menjaga kualitas produk, dan juga mengembangkan brand. Gue nggak ada background F&B, tapi kalau partner-partner gue seperti Medi & Sammy, ada background F&B. Gue di brand mengerjakan desain dan kreatif, sementara untuk menu lebih ke Medi, dan Sammy marketing. Gue pikir cukup penting untuk suatu brand baru berani dan berani berbeda dalam konsepnya, tapi masih tetap masuk ke berbagai pangsa.
Lo baru-baru ini bikin Ratatat Shots Bar. Apa sih bedanya si Ratatat ini dengan Duck Down Bar kalau secara konsep, interior, menu, crowd dan musik? Dengar-dengar sudah direncanakan dengan matang ya si Ratatat ini selama setahun lebih?
Ratatat sudah direncanakan sebelum pandemi, jadi sekitar 3-4 tahun Ketika hendak dibuka. Awalnya ingin membuat bar dengan konsep music Motown, classic R&B dan turunannya, diaplikasikan ke desain interiornya. Ketika desain interior sudah beres, datanglah pandemi. Selama pandemi, kami survei lebih dalam lagi memantau nightlife Jakarta, khususnya di area Blok M ini. Akhirnya kami meng-upgrade konsep Ratatat seperti sekarang, bar proper yang dibuat ‘improper’. Bar, kemudian di-vandalized. Nama juga sesuai dengan konsep shots bar, Ratatat. Ternyata juga disini belum ada bar dengan konsep tersebut. We have the best cocktail shots in the country. Crowd Ratatat pada umumnya sekitar usia 20-30 tahun, tapi tidak jarang crowd usia 30-40 juga datang, tergantung program event harian nya juga. Lawless Jakarta punya share di Duck Down Bar yang dikelola oleh Biko Group, sementara Ratatat murni dikelola oleh Lawless Jakarta. Keduanya berbeda konsep musik, interior, dan juga pangsa. Pangsa Duck Down Bar lebih kepada pangsa konsumen Senopati, sementara Ratatat dibuat lebih ke pangsa Blok M. If you know, you know.
Pertanyaan ini gue tanyakan juga pas interview Sammy tapi dia gak bisa jawab karena pas gabung sudah ada nama Seringai. Pada saat mencari nama Seringai, nama-nama lain apa sih yang ga jadi dipakai? Ada ga nama yang lo pengen pakai jika Seringai boleh ganti nama?
Ah, nggak ingat. Tapi dengan Seringai kayaknya memang langsung sepakat, karena gue mengusulkannya ke anak-anak juga sudah lengkap dengan desain logo dan latar belakang namanya. Hal yang sama terjadi dengan Lawless Jakarta. Gue pribadi nggak pernah kepikiran untuk ganti nama band juga, mending sekalian bikin proyek baru.
Pengalaman terbaik dan pengalaman terburuk saat menjadi personil Seringai apa aja?
Pengalaman terbaik banyak ya, yang mungkin memorable adalah ketika membuka untuk Metallica dan hang out bersama mereka sebentar. Tour singkat bersama Eyehategod. Tour Jepang bersama Kandarivas. Apa lagi ya, banyak sih. Kalau pengalaman terburuk mungkin diintimidasi sebelum dan sesudah manggung oleh ormas sayap kanan di Bogor. Ormasnya sekarang nggak aktif, LOL!
Best 5 food spots di Bandung / Jakarta yang lo rekomendasikan apa aja?
Bandung: Tizi Cake Shop & Restaurant, Mie Tasik Gardujati, Sudirman Street Market, Batagor Kingsley & Ayam Bakar/Goreng Ngudi Rahayu.
Jakarta: Lapo Aisoise Blok M Square, Baji Pamai Kelapa Gading, El Asador Kemang, Eastern Promise Kemang, & Katsutoku Senayan.
Konser-konser terbaik yang pernah lo datangi apa aja?
Banyak. Slayer di Singapura 2006-original line up!, Anthrax di Ancol 2012, Ghost & Metallica di Soundwave Fest 2013, Black Sabbath di British Summer Time 2014, Trash Talk di Sonisphere 2014, Eyehategod di Desert Fest 2015, Gauze/Crudos di Tokyo 2016.. listnya nggak akan kelar kelar nampaknya. Biasanya terbaik bisa macam-macam: setlistnya sesuai selera, sound bagus, musisi/bandnya total, mood pribadi juga pas.
Pertanyaan terakhir: Tontonan terbaik untuk menenangkan anak kecil yang lagi tantrum versi lo apa aja?
Gue nggak suka dengan animasi Cocomelon, warna-warnanya terlalu nyelekit dan buat anak-anak juga kurang baik, terlalu stimulating. Gue prefer Super Simple Songs dan Sesame Street.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photo by Anida Sabrina, @helvi.sj, @ilhamnuriadi & @613medi