Morrgth atau Indra Wirawan adalah seorang grindrocker dan seniman otodidak dari Pekanbaru. Menghabiskan hampir 18 tahun di Bandung, menyelesaikan studi di UNIKOM dan juga mengisi departemen layout/grafis di Ripple Magazine. Sebagian besar karya-karyanya menggunakan tinta dan cat air di atas kertas. Bersama Rekti Yoewono (The SIGIT) Morrgth membuat studio kolektif bernama MÃ¥nstrÃ¥le (Diucapkan “mon-stro-laâ€). Morrgth bersama sahabatnya, Alexander Benedict / Mayatschism (Aneka Ria Petaka, Muntah, Distorsi Mulut Setan) membangkitkan semangat sinergi dalam Quest For Money, duo ilustrator yang melakukan live drawing untuk orang-orang di sebuah gigs atau event. Sebagai seorang musisi, Morrg mendirikan dan menulis musik di bandnya Rajasinga yang memainkan Grindcore, Vlaar yang bermain di wilayah blackmetal dan juga Kastil yang sedikit eksperimental. Kini, Morrg tinggal di Pamulang – Tangsel. Ia masih aktif memproduksi lebih banyak lukisan dan karya, mengerjakan commision untuk ilustrasi cover art, ilustrasi untuk merchandise band, brand lokal dan beberapa event musik. Let’s talk a bit with this dude…
“Dari dulu sebenarnya saya orang yang kurang nyaman jika berada di luar atau keramaianâ€
Halo Morrgth! Kemana aja nih? Lagi sibuk ngerjain proyek apa aja?
Halo Jeurnals. Sejak 2018, kebetulan hijrah ke Jakarta untuk berkehidupan. Blablabla trus pandemi, sehingga… here we are. Sekarang sedang sibuk dalam sebuah project bible dan IP character untuk sebuah cerita silat lokal di sebuah rumah produksi di bilangan Senayan, Jakarta. Selain itu, disela-sela waktu sebagai freelance artist di studio (Morrgsferatu Studio), rutinitas hanyalah membereskan pekerjaan dan tetek bengek dengan link relasi terdekat serta beberapa project personal.
Denger-denger lo ada proyek bernama Kastil yang single nya berjudul “Renfield†ya? Apa yang lo sukai dari nover Dracula nya Bram Stoker? Bisa ceritakan sedikit tentang konsep Kastil dan historinya?
Hahaha. KASTIL adalah project bebas dua orang Ekyno dan Padok [Dr.Abi borneo] bentuk kecintaan mereka berdua terhadap Bram Stoker Dracula, yang memang semua track di album nanti adalah persembahan balada kepada karakter-karakter yang ada didalam cerita tersebut. Awalnya saya cuma ikut membantu project visual single dan album mereka, tapi ketika sedang meeting di studio ketika mereka merekam materi, langsung ditodong untuk ikutan mengisi part bass dan back vocal untuk single Reinfield di Doors Studio di bawah arahan pakde Giox (Superglad) waktu itu, hahaha. Jadi aja…
Kalo personal saya memang senang membaca, dan sangat menyenangi karya sastra klasik gelap dan gothic seperti Bram Stoker salah satunya, yah…sampai sekarang masih misterus juga ya kebenaran kalo itu ternyata based kisah nyata ya?
Sekarang lo sedang sibuk manggung dengan unit blackmetal VLAAR ya? Itu gimana awalnya lo bikin band tersebut? Lalu kenapa nama band nya Ular, apa lo takut terhadap ular?
Yak, Vlaar baru saja merilis album kedua, bertitel BlekMetal dan sedang melakukan show dan mempersiapkan planning tour promo dalam waktu dekat.
Oke, sejauh mengingat pada awalnya mengisi posisi bass di Vlaar ngga ada sebelumnya terlintas di kepala saya. Karena beberapa bulan sebelumnya, saya dan Oces Rachmat (Carnivored, Hurt Em, Disinfected) dan Elvan Zaenal (Deadkrokodil) sepakat untuk sibuk menggarap materi project Black Metal kita, NANSURAM yang sempat merekam beberapa materi demo nantinya. Berjalannya waktu, Mitra dari Blackandje mengontak pengen minjem bass ketika saya lagi di rumah duka di Pekanbaru 2022 ceritanya. Ketika pulang kembali ke Jakarta waktu itu, saya datang membawa bass maen ke Blackandje tiba tiba ditodong sama mitra buat mendengarkan materi Vlaar. Merasa ada klik dengan musik yang didengarkan waktu itu, saya iseng maenin bass mengikuti lagu Vlaar yang diputar. Yang ternyata direkam oleh Mitra dan dikirim ke Kvli Arit yang langsung dimasukkan ke grup wa satanikasboncirle yang mana juga didalamnya ternyata sudah ada Oces juga didaulat sebagai MenantuBiadab untuk Vlaar.. (entah itu pertanda resmi masuk ato gimana, tidak ada kejelasan, aku ngikut aja hahaha)
Vlaar sendiri sudah merilis album pertamanya di 2012 silam, oleh Kvli Arit sebagai side projectnya diluar BVRTAN. Panggung kembalinya Vlaar setelah lama hiatus, tampil dengan formasi bertiga di acara Intimate Show Blackandje di House of Darktones pada Juli 2022 yang kemudian materi ini dijadikan EP Vlaar Pemuja Setan Live yang berisikan 4 track live, 1 coversong dari Darkthrone dan single baru, Anton Blekmetal sebelum masuk ke album kedua kemarin.
Apa kabarnya Rajasinga sekarang? Pada kemana Revan dan Biman? Bakal bikin album lagi kapan?
Rajasinga baik-baik saja dalam kevakumannya yang kebetulan para personilnya sedang pada pencar beda kota. Sempat ada keinginan kita untuk jalan lagi diawal tahun ini, tapi sepertinya masalah komunikasi jarak juga kesibukan kita masing-masing, belum bisa teratasi. Mungkin nanti.
Mari bahas seni sedikit. Akhir-akhir ini baru garap kover album Gergasi Api ya? Kover-kover album siapa aja sih yang sudah pernah lo garap untuk pembaca yang belum tahu? Dan favorit lo dari segi pengerjaan yang mana aja?
Iya ‘Red Knight’ album pertama dari Gergasi Api, penggarapan tepatnya itu tahun lalu, dimulai dengan trilogi single mereka yang dirilis berkala di 2021. Menyenangkannya adalah proses kreatif dan konsep kover art ini menjadi katalis saya untuk mengeksplore pendekatan teknis dan style yang pelan akhirnya saya dapat memasuki keinteresan dengan style lukisan klasik yang sudah lama. Sebelumnya, ilustrasi kover untuk solo project Sayiba Von Mencekam (Kelelawar Malam) bernama Gloom Wanderer (untuk style kitsch painting)
Beberapa kover art yang pernah di garap yang mungkin tidak terlalu berada di permukaan adalah ilustrasi untuk Jakarta Pseudo Blues/Rock/Stoner, TAMRA. Di 2021 mereka melepas EP dalam format kaset bertitel ‘Sandstone’ dibawah bendera Darnoc Records. Di produksi dengan sangat terbatas memang.
Kemudian, The Flowers ‘Roda Roda Gila’ yang tahun ini menginjak usia ke 4 semenjak dirilis di 2019 silam. Proses yang menyenangkan adalah karena seringnya mendengarkan lagu dari album mereka di waktu dulu untuk menemani beresin pekerjaan di studio kalo sedang buntu begitu atau bosan dengan hening, jadi ketika mengerjakan project album mereka ini, seperti yang sudah terbiasa saja begitu. Tanpa beban mengingat timeline yang pendek, dan ini termasuk dalam pengerjaan ilustrasi tercepat untuk sekelas kover album yang pernah saya bikin.
Top 5 album dengan kover favorit versi lo apa aja? Lokal / Luar dengan alasan nya
Akan ada banyak sekali kover favorit untuk sepanjang masa, seperti Iron Maiden ‘Fear of the Dark’, atau ‘Altars of Madness’-nya Morbid Angel…
Tapi saya akan mencoba mengambil yang benar menggugah perspektif seiring berkembangnya interest musik dan art saat sekarang, beberapa adalah karya foto yang dijadikan cover art.
Satyricon Munch. Konsep photografi yang simple tapi ngena dengan visual pesan yang disampaikan.
Komunal ‘Panorama’. Ilustrasi yang benar2 ‘jadi’ tapi catchy dari seorang Doddy Hamson yang mana adalah frontman Komunal itu sendiri, (bukan ilustrator layaknya pro) bisa jadi bentuk kegigihan dan ambisi memenuhi isi kepala tentang bagaimana visual yang diinginkan untuk band yang dibuatnya sendiri.
Liar dan straight.
Ghost ‘Impera’. Album terbaik dengan kover artwork yang megah, luxury! ..dari semua diskografi Ghost setelah Opus Eponymous.
Rotor ‘Behind the 8th Ball’. Album ngotot pembuka jalan arus musik thrash metal waktu itu, bertemu dengan ilustrasi kover yang stylenya sudah layaknya standar band thrash metal dunia waktu itu. Termasuk yang menginspirasi.
Deicide ‘Once Upon The Cross’. Dari pertama kali lihat, ilustrasi kover ini sangat catchy sekali. Dibuat oleh Trevor Brown, image yang sangat eksplisit kemudian mengalami sensor, tetap menjadi artsy, aku sangat penasaran dengan momen ketika mendapatkan ide brilian itu. Killer art, killer music.
Pilihan terakhir adalah berat, keduanya sangat penting dan catchy bagi saya personal, Plastik ‘Dengarkan Pada Saat Tenang’ dan The Flowers ‘17 Tahun Keatas’.
Dengar-dengan lo dulu di Pekanbaru waktu muda pernah bikin band black metal juga ya?
Hahaha, Ya. Itu medio ‘98 bentukan tiga remaja belia bernama SATAN memainkan musik Black Metal sempat membuat beberapa lagu sendiri selain membawakan cover song Marduk, Naglfar, Dissection dan menjajal beberapa panggung underground di Pekanbaru sekitarnya dan Padang. Tapi band itu engga berumur panjang karena setamat SMA di 2000 saya memutuskan untuk merantau dan melanjutkan studi di Bandung.
Proyek kolektif art print poster lo dengan Rekti yang bernama Manstrale gimana ceritanya? Apa akan aktif kembali?
Personal, masih ada kegigihan dan keinginan untuk menjalankan Manstrale sendiri, hanya saja screenprinting poster dan teknisnya membutuhkan konsentrasi total sehingga masih menjadi keinginan yang sementara ini lagi saya tunda karena kesibukan pekerjaan lainnya di studio.
Quest For Money lo jalankan dengan sahabat lo Alexander Benedict. Selain live drawing mau dikembangkan jadi apa lagi nih si QFM? Event-event apa aja yang pernah kalian ramaikan?
Quest For Money adalah style kita berdua untuk membuang waktu dengan penuh manfaat. Tercetusnya QFM sesimple saya yang sering nongkrong bareng Alex, nemenin dia habisi malam di OJ tavern waktu itu, dan kita iseng gambarin dalam bentuk sketsa cepat, teman dan kenalan yang datang hangout kesana dari meja kasir, akhirnya diajakin mengisi event-event teman dekat waktu itu seperti Omuniuum dan Keep Keep sampai ke beberapa event promo korporat dan dealer mobil, komunitas dog lover begitu… hahaha.
Pengembangan QFM selain ranah live drawing sebenarnya sudah dilakukan sebelum pandemi dulu tepatnya di 2018 kita menginisiasi acara market yang dinamakan Paid Dues di Keep Keep, yah bisa dikatakan kita sebagai event organizer yang pengen ngumpulin teman-teman illustrator yang mempunyai usaha mandiri duduk bareng dan bersilaturahmi saja.
Kemudian dari segi brand, sempat merilis tshirt dalam bentuk PO waktu itu yang ingin sekali dijadikan sebagai brand yang serius kita garap kan untuk waktu mendatang hanya saja sekarang kita masih kompromi mencocokkan jadwal saya dan alex yang kebetulan sekarang kita beda kota, Alex di Bandung, dan saya sementara ini masih kemana mana.., hahaha.
Untuk live drawing lo paling cepat gambar orang berapa menit? Apa kendalanya dalam melakukan live drawing?
Kendala dalam melakukan live drawing secara teknis, engga ada keknya. Lebih ke usaha mendapatkan spot karakter yang bisa ditonjolkan dari orang yang kita gambar untuk menjadi garis yang penuh keyakinan, kalo ini guratan sketsa yang pas dan dekat dengan bentukan rupa orang yang digambar.
Live drawing (dalam bentukan sketsa, dengan pensil, charcoal dan penghapus) tercepat, mungkin antara 10-20 menit.
Apa lo tipe orang yang sering datang ke gigs / konser? Akhir-akhir ini apa lo lebih memilih untuk diam di rumah atau berpergian dan hangout?
Dari dulu sebenarnya saya orang yang kurang nyaman jika berada di luar atau keramaian, jika ditanya bagaimana dengan urusan panggung semasa Rajasinga atau Vlaar sekarang, masih sama saja sepertinya.. lebih memilih mencari spot yang sepi ato sekedar cari angin jalan kecil di sekitaran venue. Maen terus pulang, udah begitu aja. Untuk event gigs yang ngga ada urusan biasanya lebih netapin ke- ‘sepenting apa dulu’. Hahaha. Biasanya, untuk band yang memang saya sukai untuk disimak, pasti menyempatkan datang untuk melihat performnya.
Apalagi masa masa seperti sekarang, semakin selektif saja. Lebih banyak berdiam di studio, bepergian lebih untuk pemenuhan kebutuhannya Ruby, seekor dachsund berumur 3 tahun, itupun sekedar mengajaknya jalan keluar rumah saja. Hangout lebih banyak dilakukan di studio saja sejauh ini, keluar hanya bila stuck ide di studio dan jika direncanakan bersama teman yang benar-benar dekat.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Rendha Rais, Irfan Nasution & Morrgth’s Archives