Pria yang dikenal sebagai vokalis D’Masiv ini sekarang aktif membuat konten di channel Youtubenya dan seringkali berbagi info mengenai passion-passion nya terhadap collectible items seperti vintage band T-Shirts, jersey Sepak Bola sampai vinyl-vinyl langka. D’Masiv pun bisa dibilang aktif kembali seperti puber kedua: rekaman di Abbey Road, lalu tour ke Amerika, Inggris sampai Eropa. Mereka collab dengan berbagai band independen seperti Perunggu, Pure Saturday, The Sigit dan Efek Rumah Kaca. Mari berbincang dengan Rian mengenai kecintaan nya terhadap kultur ‘90an, hunting kaos Bjork dan rela tidak makan seminggu biar bisa beli CD..
“Kita gak pernah nyangka ya sebuah band dari Gang kecil di Ciledug bisa bertahan 20 tahun, bisa bikin 7 album dan manggung keliling dunia, bahkan terakhir kita merekam lagu kita di Abbey Road London.â€
Halo Mas Rian! Apa kabar? Lagi sibuk ngapain aja nih?
Halo baik. Sekarang lagi sibuk manggung dari festival ke festival. Terus persiapan September kita akan tour ke beberapa negara, kita akan berangkat ke Amerika untuk manggung di Times Square New York, lalu Philadelphia dan Los Angeles. Oktober kita berangkat lagi ke Inggris untuk main di Manchester dan Liverpool, lalu lanjut ke Eropa untuk main di Belanda, Jerman dan Austria. Lalu mempersiapkan materi album ke 8 yang mungkin akan kita rilis di tahun depan.
Dengar-dengar suka koleksi barang hobby yang berbau vintage ya Mas? Gimana tuh hobby mulai nya?
Kalau ngomongin vintage memang selalu suka dengan barang-barang hobby yang berbau vintage. Seperti rilisan fisik kaya kaset dan piringan hitam. Gitar-gitar juga banyak yang vintage, bahkan audio seperti speaker, ampli, turntable, tape deck dan CD player vintage semua. Semua itu saling terkait karena musik itu pasti gak jauh-jauh dari rilisan fisik, T-Shirt band dan merchandise. Intinya sih apa yang dikoleksi tuh lebih mewakili perjalanan waktu kecil sih.. Dan jaman sekarang karena mungkin sudah punya kemampuan untuk membeli dan mengoleksi.. Jadi akhirnya lebih fokus ke hal-hal yang dulu sering dilihat atau didengar waktu kecil..
Top 6 kaos musik lokal & luar favorit Mas Rian apa saja? Bisa elaborasi sedikit mengenai kaos-kaos tersebut?
Kalau luar yang mungkin punya cerita itu kaos nya The Sundays, band dream pop asal Inggris. Mereka adalah salah satu band yang dikenalkan sama istri saat itu, dan saya dan istri semakin yakin kalau dia itu pasangan saya pas dia ngasih rekomendasi The Sundays. Lalu T-Shirt Electric Light Orchestra tahun 1977, band asal Birmingham yang dulu sering didengerin bokap waktu saya kecil, lagunya “Mr. Blue Skyâ€. Gue sempet nonton Jeff Lynne waktu ke London dan akhirnya mendapatkan tanda tangan dan pick gitar ELO. Dia sempat mengomentari kaos ELO yang gue pakai soalnya itu T-Shirt dia dari tahun 70an. Satu lagu T-Shirt The Smashing Pumpkins yang kover album “Siamese Dreamâ€. Salah satu album Smashing yang iconic dan membekas buat gue. Entah kenapa gue selalu suka kover album yang ada anak kecilnya, entah kenapa selalu jadi album-album yang everlasting.
Kalau yang lokal mungkin Guruh Gypsy. Ini adalah salah satu T-Shirt yang iconic karena ada tulisan sansekerta atau apa, unik lah pokoknya. Musiknya kan psychedelic dan ada world musicnya, salah satu album yang magis, almarhum Chrisye main bass disini dan mas Guruh Soekarnoputra mengisi gamelan dan membuat lagunya. Yang kedua Chaseiro group vokal tahun ‘70an yang di era itu sudah banyak membuat lagu-lagu bernuansa funk/jazz mungkin kalau kata anak sekarang city pop ya. Gue kebetulan dapet T-Shirt nya tahun ‘81 dari personilnya langsung, jadi itu salah satu T-Shirt yang gue sayang. Satu lagi Godbless yang album “Semut Hitamâ€, salah satu album yang bokap sering dengerin dan membuat gue juga pengen jadi anak band pada saat itu.
“Tapi karena saling respect itulah kita bisa saling berkolaborasi, kita juga pernah collab dengan Fariz RM, Pure Saturday, The Sigit, Efek Rumah Kaca & Perunggu.â€
Shout outs untuk toko-toko penjual kaos vintage, langganan Mas Rian dimana saja? Ada yang sampai cari ke Malaysia ya? Kaos apa yang paling susah didapatkan dan apa aja yang masih jadi wishlist?
Sebenarnya kalau di era 2009-2010 sering beli di Instagram nya @Nostalgeec , banyak koleksi dia itu dari indiepop sampai shoegaze dan britpop, banyak kaos-kaos yang jarang gue liat yang ada di toko dia tapi memang sekarang sudah mahal-mahal. Yang terbaru itu baru kemaren tuh mungkin @altr_store koleksi nya sih keren banget. Gue baru dateng ke opening nya kemaren, koleksi nya bagus-bagus tapi harga ya relatif lah karena memang sudah barang-barang langka. Kemarin sempat thrifting di Malaysia Johor Baru dan di Kuala Lumpur. Kalau yang paling enak tuh di Los Angeles, cuma sudah dikurasi. Sepanjang jalan Melrose isinya toko-toko vintage dan bikin pusing ya, selain bagus-bagus harganya mahal-mahal.
Kalau yang paling susah didapatkan mungkin Bjork “Post†yang longsleeve. Salah satu yang gue cari dari dulu dan baru kesampaian dapet kemarin. WIshlist banyak banget, sekarang lagi nyari Cocteau Twins “Four Calendar Cafeâ€, tapi yang berwarna bukan yang monokrom.
“Waktu SMP itu bahkan saya rela ga jajan dan lebih memilih untuk mintain makanan temen-temen biar uang jajan gue ga kepake dan bisa beli CD atau Kaset.â€
Kalau berbicara mengenai vinyl, mulai kapan Mas Rian koleksi vinyl dan membeli sebuah turntable?
Nahh kalau ini sebenarnya meneruskan hobi gue dari SD yang udah ngumpulin kaset, SMP itu bahkan rela ga jajan dan lebih memilih untuk mintain makanan temen-temen biar uang jajan gue ga kepake. Setiap weekend gue pakai uang jajan gue untuk beli kaset-kaset di Taman Puring atau Aquarius Mahakam Jakarta. Sekarang keduanya sudah tutup dan banyak pedagang yang dulu dagang di Taman Puring pindah ke Blok M Square. Saat itu memang sudah pengen banget koleksi vinyl. Kalau album yang gue suka tuh biasanya punya berbagai format dari kaset, CD sampai piringan hitamnya. Mulai sekitar tahun 2010 pas udah punya penghasilan sendiri, lalu beli turntable, ampli dan speaker vintage. Pelan-pelan mulai mengoleksi album-album yang gue suka dari kecil, standar lah Beatles, ELO, Chicago, Koes Plus, Chrisye. Mulainya dari situ dulu..
Koleksi vinyl Mas Rian kalau boleh disebutkan ada berapa Mas? Hahaha.. Top 5 album yang wajib dimiliki vinylnya versi Mas Rian apa aja?
Sampai sekarang bisa dibilang udah keracunan dan addicted banget, sampai bingung ngitungnya mungkin di ruangan saya ada 2000an vinylnya. Terakhir ngitung sih segitu udah termasuk album-album lokal dan luar. Sekarang mulai membeli musisi-musisi dari Filipina dan Malaysia ternyata banyak yang keren dirilis di era ‘80an itu.
Top 5:
Badai Pasti Berlalu OST (1977): Ini peringkat pertama kali, tahun 1977. Diisi sura Chrisye, lagu diciptakan oleh Eros Djarot. Musiknya dibuat oleh om Yockie Suryo Prayogo. DIsitu ada 2 penyanyi Chrisye dan Tante Berlian Hutauruk.
Sheila Majid – Emosi (1986): Kalau gak salah ini album kedua. Dari kecil sampai sekarang gak pernah bosan karena ada lagu “Sinaran†dan “Antara Anyer dan Jakartaâ€.
Godbless – Huma Di Atas Bukit (1985): Kovernya itu kaya ilustrasi kartun dari Ahmad Albar, wajib dimiliki para kolektor.
Guruh Soearnoputre – Pagelaran Karya Cipta: Ada lagu-lagu yang bagus banget kaya “Melati Suci†terus “Cinta Indonesia†dan “Seniâ€. Bagus banget sih album ini.
D’Masiv – Time: Karena disini kita keluar dari zona nyaman dan memainkan musik yang bisa dibilnag gak biasa, ada nuansa city pop, indie pop dan RnB nya juga. Jadi cukup berani aja di album ini. Vinylnya wajib dipunya tuh karena artworknya lumayan nyeleneh juga, pertama kali kita bikin cover yang benar-benar pake sketch, biasanya band mainstream kan pake kover muka-muka gitu haha..
Jika berbicara mengenai D’Masiv, perubahan terbesar apa yang dialami D’Masiv sekarang? Setelah ngeband selama 20 tahun, apa sih bedanya ngeband pas awal-awal dulu dengan D’Masiv yang sekarang?
Perubahan terbesar sih yang pasti kita gak pernah nyangka ya sebuah band dari Gang Ciledug, Gang Kamboja, mungkin di jaman itu orang gak akan nyangka band dari sebuah gang kecil bisa bertahan 20 tahun, bisa bikin 7 album dan manggung keliling dunia, bahkan terakhir kita merekam lagu kita di Abbey Road London. Kita bisa manggung di negara-negara yang gak pernah kita bayangkan dulu. Sekarang semua itu bisa kita rasakan. Yang bikin kita kaget sih sebenarnya band ini bukan hanya sebuah band tapi menjadi tempat bernaung untuk banyak orang mendapatkan rejeki, untuk crew-crew, staff dan karyawan kita. Kita bertransformasi dari band 17 Agustusan dan bisa jadi tempat bernaung untuk banyak orang.
Kita mungkin umurnya sudah 20 tahun tapi selalu merasa seperti band baru terus ya. Bahkan desire bermusik kita berkali-kali lipat, dan gairahnya itu gak habis-habis ya. Malah pengen explore dan bikin sesuatu yang out of the box. Seperti kemarin konser 20 tahun dan berkolaborasi dengan band-band sidestream dan cross sekali dengan genre D’Masiv. Tapi karena saling respect itulah kita bisa saling berkolaborasi, kita juga pernah collab dengan Pure Saturday, The Sigit, Efek Rumah Kaca. Dan kita juga sempat mengajak beberapa musisi indie label. Beberapa waktu lalu sempat ramai tentang major vs indie. Tapi buat kita major dan indie itu bukan sesuatu hal yang perlu diperdebatkan dan buat kita musik adalah musik, dan kita bisa berkolaborasi dengan siapapun.
D’Masiv sudah berkolaborasi dengan Fariz RM, Fiersa Besari sampai Perunggu. Kenapa memilih para kolaborator tersebut? Ada keinginan untuk kolaborasi dengan siapa lagi yang belum terwujudkan?
Seperti yang tadi gue sampaikan ya, buat kita musik itu bisa menjadi alat komunikasi yang baik, termasuk dengan musisi-musisi yang lain. Jadi ketika sudah menaruh respect maka sekat sudah tidak ada, mau genre apapun itu bukan masalah. Kita bisa berkolaborasi dengan siapapun ketika kita semua saling respect. Seperti om Fariz mungkin sudah menjadi pahlawan para musisi Indonesia. Fiersa Besari juga salah satu muissi yang punya pergereakan tidak biasa. Perunggu juga punya semangat yang berbeda ya, mereka seperti bermusik tanpa nothing to lose, tanpa berkespektasi tinggi tapi karyanya bisa menyentuh banya orang.
Pengen nya sih kolaborasi sama band yang agak nyeleneh yah. Mungkin sama band punk mungkin, D’Masiv kolaborasi sama Dongker mungkin seru juga ya hahaha. Yang belum kesampaian sih sama Koil, padahal sering kabar-kabarana sama kang Otong tapi belum sempat kolaborasi di panggung. Pengen sama White Chorus kali ya? Seru juga kali ya kalau D’Masiv bisa kolaborasi sama White Chorus. Karena dia musiknya elektronik gitu, sempat beberapa kali menonton mereka, kayaknya akan ada warna baru kalau berkolaborasi.
5 lagu yang merubah hidup mas Rian apa saja?
Sudah pasti Chrisye yang berjudul “Sabda Alamâ€. Itu adalah salah satu lagu puitis dengan lirik indah dan juga notasi yang luar biasa. Tidak bisa dipungkiri mungkin lagunya Sheila on 7 yang “Anugerah Terindah Yang Pernah Kumilikiâ€. Dulu nyokap tuh sering bilang pas gue kecil. Mamah sering bilang suara gue kaya Duta kalau nyanyi lagu ini. The Beatles yang “The Long And Winding Roadâ€. Lagu ini bisa membuat gue merenung dan meneteskan air mata kalau sedang di perjalanan jauh. Boleh ya lagu D’Masiv ya? Hahaha. “Jangan Menyerahâ€. Lagu itu gue tulis ketika berada di kondisi yang sangat sulit pada saat itu, tapi ternyata banyak orang-orang yang mungkin lebih sulit beban hidupnya dari gue pada saat itu dan mereka bisa lebih mensyukuri hidupnya. Lagu itu masih menjadi penyemangat gue dalam kondisi apapun, terutama saat lagi capek dan banyak pikiran. Terakhir mungkin Koes Plus “Bunga Di Tepi Jalanâ€, salah satu lagu yang indah dan ternyata makna nya sangat dalam ya, sampai saat ini gak pernah bosan gue dengerin sih.
Pertanyaan terakhir: Seperti mas Rian sedang asik ngulik dan membuat konten di Youtube ya? Apa aja sih hal yang membuat mas Rian terjun juga jadi content creator? Apakah sekedar sharing soal passion aja, just for fun atau channel ini nanti mau dibawa ke arah yang lebih serius?
Baru mulai punya channel Youtube sekitar tahun 2018 atau 2019, awalnya cuma mendokumentasikan beberapa kegiatan aja sih. Cuma ternyata ada beberapa konten yang views nya banyak terutama kalau konten bola ata ngobrol. Sebenarnya bukan content creator, ya tapi dari dulu juga kita udah jadi content creator kan sebagai musisi ya konten nya adalah lagunya. Cuma memang kalau di Youtube itu gue sendiri lebih ke pendokumentasian pribadi aja sih, jadi apa yang kita lakukan itu terekam dan semua bisa kita kenang 10 atau 20 tahun lagu.
Kalau ngomongin cari uang di Youtube nggak juga sih, walaupun ada endorse-endorse yang masuk ke Youtube gue, cuma gue lebih mengaktifkan lagi konten-konten gue di Youtube yang membahas T-Shirt band atau jersey. Dan pengen aktifkan lagi podcast gue yang isinya gue ngobrol sama musisi atau pemain bola. Ternyata banyak yang suka ketika gue ngobrol dengan musisi lain. Atau membahas hobby. Intinya sih kalau mau dibawa serius atau engga ya ngalir aja. Tapi lebih ke pendokumentasian aja, tapi konten hobby dan podcast (The Rep Show) itu biar orang ga boring aja nonton nya. Gitu sih..
Words & interview by Aldy Kusumah
Photo by Rakasyah Reza