Dengan premis road rage yang bernuansa komedi, episode 1 Beef dimulai dari premis yang cukup simple. Pertemuan “tidak sengaja†antara Danny (Steven Yeun) dan Amy (Ali Wong) dikarenakan mereka hampir saling menabrak di parkiran toko peralatan rumah tangga. Dari adegan klakson timbul lah chase scene yang dipenuhi adrenaline. Tetapi Beef lebih kompleks dari semua itu. Beef adalah sebuah efek bola salju: dimana sebuah road rage bisa berakibat fatal untuk para pelaku sampai keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Pertemuan 2 orang ini pun membuka trauma masa lalu. Tema-tema yang dipresentasikan show creator Lee Sung Jin disini sebenarnya cukup heavy, karena meliputi depresi, PTSD, class-struggle, bullying, toxic positivity, gap antar generasi, jeleknya komunikasi dalam rumah tangga sampai krisis identitas. Tetapi semua itu dikemas dengan “ringanâ€, lengkap dengan dark jokes, durasi yang padat dan soundtrack yang tepat. Menariknya, pelukis David Choe (yang juga berperan sebagai Isaac) menyumbangkan 9 lukisannya untuk opening setiap episode serial tersebut.
Soundtrack Beef pun yang dipilih oleh Tiffany Anders (music supervisor) adalah radio hits ‘90an akhir sampai ‘2000an awal. Beberapa ada yang cheesy seperti Hoobastank (The Reason), The Offspring (‘Self Esteem’) atau Incubus (Drive). Beberapa ada yang benar-benar nostalgic seperti Bjork (‘All is Full of Love’), Bush (‘Machinehead’) dan Smashing Pumpkins (‘Mayonaise’). Tetapi semua lagu yang tampil disini, apalagi beberapa yang ditaruh di ending credits setiap episodes terasa sangat pas, bahkan berhasil meng-elevate serial TV ini. Mungkin hanya di scene ending Beef episode 1 kamu bisa mendengar Hoobastank yang terasa begitu pas dengan adegan slow motion dan latar ceritanya. Scoring pun dibuat oleh Bobby Krlic yang pernah berkerja dengan Bjork, Goldfrapp dan membuat scoring Midsommar (2019). Overall, menonton 10 episode Beef terasa nyaman dan ringan. Walaupun ada 1-2 episode yang sedikit bermasalah dengan pacing, story arc para karakter disini diliput dengan lengkap dan tidak bertele-tele. Episode 10 mungkin sedikit berat dengan dialog filosofisnya, tetapi you’ll be glad seeing the ending. Tontonlah semua episodenya jika sempat, and tell us what you think.
Text by Aldy Kusumah