Makoto Shinkai mendapatkan ide untuk “Suzume†saat dia berkeliling Jepang untuk memberikan mempromosikan karya-karyanya. Di Jepang ada kebiasaan untuk mengadakan “jichin-sai†atau upacara peletakan batu pertama, sebelum konstruksi dimulai pada gedung atau rumah baru. Tetapi menurut sebuah wawancara, menurur Makoto Shinkai, orang Jepang tidak melakukan apa-apa saat menutup sebuah gedung, rumah atau konstruksi tertentu. Shinkai memperhatikan bahwa ada banyak daerah kosong dan terbengkalai di Jepang karena angka kelahiran yang menurun dan populasi yang menua, jadi dia pun sepertinya berpikir untuk menulis sebuah cerita mengenai “tempat-tempat sepi yang terlantar” dan mengajak para penonton untuk berkabung bersama. Anggap saja film ini sebagai sebuah homage atau tribute mengenai tempat-tampat terlantar yang di masa lalu penuh dengan kehidupan.
Lalu fim ini pun seketika menjadi sebuah road-movie dengan unsur komedi yang menyenangkan, dan tentunya sedikit lebih ringan, apalagi jika dibandingkan karya-karya nya terdahulu nya. Fase ini mungkin bisa kita sebut “emo phase†nya Makoto Shinkai, dimana tema-tema tentang kehilangan, jodoh dan cinta dia kemas dengan musik dari Radwimps. Fase emo Makoto adalah: The Place Promised in Our Early Days (2004), 5 Centimeters per Second (2007), dan The Garden of Words (2013). Tetapi jika membicarakan genre adventure dan fantasy, Makoto sudah pernah membuat Children Who Chase Lost Voices (2011). Dan sekarang kita sampai ke fase terkini dari Makoto dimana dia menggabungkan “emo phase†nya dengan tema-tema sci-fi, fantasy dan sedikit lebih spiritual: Your Name (2016), Weathering with You (2019) dan Suzume (2022).
Memang Suzume terasa lebih ringan, light-hearted dan bahkan lebih fun dibandingkan Your Name (2016) atau Weathering with You (2019). Untuk visual, sepertinya Makoto sudah nyaman menggabungkan style anime dengan CGI, dan untungnya semua itu berbaur dengan sempurna. Pacing juga sedikit frantic, dimana dari awal film dimulai situasi sudah sedikit intens. Perjalanan kedua protagonis; Suzume dan Souta, dalam “menutup pintu†dan mencegah gempa-gempa terjadi lumayan menegangkan. Editing jump-cuts ala French New Wave kembali diterapkan Makoto di film ini walaupun lebih kental di Kimi No Wawa ataupun Weathering with You. Tema-tema supernatural, kematian, pengorbanan diri dan keluarga sudah pasti akan relate dengan para penonton. PS: Jangan lewatkan montage keren di dekat akhir film. Saya tidak akan menggali lebih dalam mengenai plot nya disini, tetapi jika kamu adalah seorang fan dari Makoto Shinkai, maka segeralah pesan tiket film ini dan tontonlah di layar lebar. Visual indah seperti memang sudah seharusnya ditonton di layar lebar, bukan di laptop.
Words by Aldy Kusumah