Bleach adalah salah satu band hardcore yang selalu menjadi sorotan akhir-akhir ini, bahkan dari awal mereka menelurkan EP self titled mereka pada tahun 2020 Bleach already started making waves. Fast forward ke tahun 2023, dengan formasi yang semakin solid, Bleach merilis EP Chrome yang merupakan aktivasi “pemanasan†sebelum debut album mereka rilis. Mari berbincang dengan mereka mengenai proses rekaman dan rencana epik mereka membuat 10 video klip untuk debut albumnya
Masing-masing bisa ceritakan sedikit tentang EP Chrome yang baru dirilis dan upcoming album si Bleach?
Mike: Project album ini buat saya itu adalah satu cara kami mengekspresikan musik hardcore dengan cara kami sendiri. EP Chrome merupakan sedikit bentuk dari eksplorasi musik yang kita lakukan.
Kevin: Sebenarnya full album tuh bakal rilis Februari, tapi karena Maret dan April bulan puasa, jadi biar gak kepotong puasa dan materi tetap “hangat†kita rilis EP dulu. Yang ada di EP ini juga nanti masuk semua ke album. Dari segi materi sebenarnya ini semua sudah dibikin dari tahun 2020. Pertama kita bikin EP self-titled, lalu ktia bikin EP bareng Couch CLub dan single “Treat The Diseaseâ€. Dan setelah itu recording materi album ini udah beres, tinggal take vokal aja. Drum di Funhouse sama Pak Yoni Gayot. Untuk gitar, bass, mastering dan vokal di Homestrack, operator nya si Faris. Secara kreatif ya color musiknya ya musik-musik tahun segitu, seperti Higher Power, Expire, Backtrack, Turnstile dan Trapped Under Ice masih.
Proses ngerjain materi lagu di Bleach biasanya seperti apa?
Kevin: Biasanya demo awal dari gue, dulu tuh gue dan Krisna belum married jadi sore-sore suka ngerjain materi dirumah Krisna. Proses ngerjain materi album ini cuma sekitar 3 bulan. Sehari bisa beres 1 lagu. Kaya yang collab sama Dika juga cuma sehari, lirik dari dia. Sebenernya ada 3 collab di album ini tuh, sama Austino (vokalis Prime, bassist Lost Sight), lagu terakhir ada yang sama Jamrud. Balik lagi ke proses penggarapan materi biasanya gue kerumah Krisna, ga bawa lagu, tapi bikin riff mendadak disitu, ngalir aja. Jadi pas masuk studio anak-anak ngasih input dan aransmen, poles-poles. Kalau departemen lirik gue percayain sama Mike semua. Awal-awal lagam vokal gue ga ngelepas si Mike, tapi untuk album Mike sudah datang ke studio dan explore sendiri. Sampai vokal-vokal clean si Mike yang nyari nada nya sekarang.
Bleach sudah eksplor genre-genre musik diluar hardcore itu sendiri dari kolaborasi sama Couch Club di Intermezzo, cover “Coklat” PS yang sedikit berbau grunge sampai single “Scales” yang jazzy. Bahkan katanya ada pengaruh dari King Krule. Apa yang ngebuat lo semua eksplor genre-genre yang tidak umum di hardcore tersebut?
Mike: Simple aja, karena saya sendiri suka dengerin berbagai macam genre. banyak aspek-aspek keren dari genre-genre tersebut yang bisa dicampurkan dengan musik hardcore yang kami mainkan.
Kevin: Kaya lagu “Overcast†aja ada elemen perkusi yang di highlight. Dan karena basic nya kita juga suka genre-genre musik lain diluar hardcore itu sendiri, jadi kenapa tidak dimasukkan aja elemen-elemen nya. Dan gue juga ga mikir sejauh apakah kita akan mengalienasi penggemar Bleach dengan eksplorasinya, ya kita bikin aja dulu dan semoga semua menerima.
Kenapa memilih di co-release oleh Oblivion dan Disaster Records? Bagaimana awal prosesnya?
Kevin: Sebenarnya udah ngincer mereka dari lama. Dari pas rilis videoklip pertama udah ngebahas sama anak-anak pengen dirilis sama Disaster dan Oblivion. Nah pas Oblivion ngeborong merch kita, kita sekalian pitching soal album, gow katanya. Terus nanya ke Ody Disaster juga mereka kasih lampu hijau. Gatau kenapa lama ya, mungkin gara-gara kita nya gak ngerjain aja, gara-gara tour dan manggung jadi sedikit terhambat. Yang “Scales†itu kan alternatif, terinspirasi Drug Church dan Diamond Youth yang album “Don’t Lose Your Coolâ€.
Mike: Buat Oblivion dan Disaster sendiri sebenarnya ruang lingkupnya masih dalam circle pertemanan Bleach. kami pun sangat menilai tinggi apresiasi mereka di dalam musik. Jadi untuk proses rekaman EP dan Album ini bisa dibilang sangat smooth karena mereka juga bisa keep pace dengan bleach.
Apa yang kalian kejar dari sound dan aransmen Bleach untuk EP dan album?
Upy: Drumming di album Bleach tuh banyak pake beat-beat heavy metal 90an..
Mike: untuk vokal sih di album ini saya ingin mencoba di beberapa bagian diisi dengan tune vokal ala-ala Chino Moreno dari Deftones.
Kevin: Gue terinspirasi gitar-gitarnya si Culture Abuse, asik flanger-flanger basah yang cepat. Leeway juga gue dengerin yang album “Born to Expireâ€. Kalau gue sih ingin gitar nya dapet sound si Mizery, tight nya masih ada tapi terdengar sedikit vintage. Chorus nya asik juga. Kalau TItle Fight dia banyak main open chords chorusnya. Warzone yang album Warzone juga gak kaya Warzone, enak banget gitarnya.
Denger-denger semua lagu di album kalian mau dijadiin video klip ya? Bisa ceritakan sedikit dari sudut pandang masing-masing?
Kevin: Iya nih 10 track mau dibikin music videonya. Mulai shooting tanggal 12 sampai 27 Februari ini kita kerjain. Sebenarnya pengen bikin film. Rangkaian dan aktivasi nya tuh banyak sebenarnya, tapi nanti details nya off the record aja hehehe. Durasi full album cuma 21 menit, harusnya masih make sense untuk dibikin film pendek. Gue ketemu sama directornya, Putt April. Dia tuh biasa ngerjain anak-anak hiphop kaya Cito Gakso, Belva. Dia juga pengen bikin short film juga dan selalu cari modal. Alhamdulillah akhirnya kita dapat dananya dari label untuk merealisasikan short film ini. Rilisnya Juni kalau ga ada halangan.
Mike: Iya bener, sebenarnya pembuatan semua lagu dijadikan video klip ini biar orang-orang yang mendengar lagu-lagu di album ini bisa merasakan experience lain salah satunya dengan memvisualkan semua lagu di album ini.
Mike, gimana proses kreatif lo untuk mengisi departemen lirik dan lagam vokal pada saat penulisan lagu? Ceritain juga transisi lo dari bassist jadi vokalis..
Mike: Untuk lirik di album ini sendiri sih sebenarnya tidak jauh-jauh dari hal-hal yang sedang relate di hidup saya setahun belakangan ini. Hal-hal ini saya coba kumpulkan dan jadiin dalam beberapa lagu yang dipakai di album ini. Untuk transisi dari bass ke vokal tuh lumayan challenge sih di awalnya. Karena vokal sendiri merupakan hal yang baru bagi saya selama ngeband dan saya sendiri ngerasain perkembangan saya dari awal saya pegang vokal di Bleach sampai sekarang.
Upy, selain di Bleach, lo juga bermain di beberapa band yang berbeda genre seperti Lowlines, sempat ngedrum di Couch Club dan Eazz. Apa lo juga mencoba memasukan referensi dari berbagai genre tersebut ke style drumming lo di Bleach? Oh ya kabarnya lo juga mau bikin buku not balok album Bleach ya?
Upy: Kalo untuk mencoba memasukan dari genre genre di atas itu nggak sih, style drumming di Bleach tuh banyak pake beat beat heavy metal 90s. Di sini juga gw mempertahankan dengan single pedal ditambah touch yang dibuat full power.
Untuk project buku not drum itu sebetul nya goals gw adalah pengen orang bisa baca not dan mengenal basic drumming di music hardcore. Ini versi gw, jadi nanti isi nya tuh basic-basic beat hardcore versi gw sama ada beberapa teknik dasar aja itu sih.
Krisna dan Axel, kenapa memilih instrumen gitar dan bass dan ga mengikuti ayah kalian (Om Krisyanto dan Om Azis MS) yang sudah ikonik sebagai vokalis & gitaris Jamrud?
Krisna: Awal nya saya ingin jadi arsitek, cuma ga kesampean. Dari kecil emang udah hobi gambar gunung dan sawah. Kenapa pilih instrumen gitar, dulu SD kelas 6 pertama kali denger lagu nya A7X “Unholyâ€. Terus di sekolah ada yang bisa mainin lagu itu, kesan pertama wow “keren†sampe pada akhir nya ngulik. Pertama tertarik dengan gitar SD kelas 4 lihat film dokumenter nya Slipknot lihat Jim Root, walaupun awalnya sempat ketakutan nonton-nya, kaya sekte setan kegelapness…
Axel: Dari kecil sebenarnya tertarik ke drum sampe ikut-ikut perlombaan tapi waktu pandemic mulai ga ada kegiatan apa-apa akhirnya nyobain ngulik bass ternyata suka banget dan mulai mendalami lebih jauh…
Kevin: Si Axel baru maen bass 6 bulan pas gabung Bleach, dan langsung diajak tour hahaha.. Padahal DJ dia aslinya..
Words & Interview by Aldy Kusumah
Photos taken from Bleach archives