Tentunya brand ini sudah tidak asing lagi, apalagi jika kalian adalah penggemar brand-brand outerwear. Dengan bermodalkan menyukai dan mengkoleksi produk-produk dari Neighborhood, WTAPS, Nonnative, Visvim, OAMC, Braindead dan Undercover, Ginar Satria pun secara tidak langsung “belajar†untuk membuat produk yang berkualitas bagus dan memiliki teknik craftmanship tinggi seperti brand-brand favoritnya tersebut. Mankind selain dikenal lewat produk-produk jaket dan outer nya yang eksklusif, sempat juga merilis banyak kemeja aloha / Hawaiian. Mari berbincang dengan Ginar mengenai Mankind dan brand-brand favoritnya…
“Gua juga baru sadar sekarang ketika punya brand, gua ga buang-buang uang selama ini sering belanja jaket. Gue jadi tau apa yang gue inginkan.â€
Sudah berapa lama Mankind beroperasi? Orang-orang yang terlibat menjalankan siapa saja?
Hahaha.. Panjang sih. Gue sebenarnya mulai dari tahun 2015 cuma bikin quantity sedikit. Sudah kepikiran dari dulu kalau punya brand namanya mau Mankind. Masih bermain dengan konsep. Gue mulai serius 2016 akhir pas ngeluarin full collection. Launching 2017 awal Maret. Dulu sih banyakan sama Dimas Kokom, Chaka, Inez dan Chicha.
Sebenarnya gue ga ngitung dari tahun 2015 sih, cuma benar-benar serius itu baru 5 tahun. Dulu sih belum jelas label woven juga belum ada. Dulu pengen bikin lookbook yang proper pada saat itu. Kalau sekarang tinggal gue aja sendiri, ada partner baru, baru join. Dia support kapital.
Apa yang membedakan Mankind dari brand-brand lain yang sejenis?
Kasarnya sih dari 2015 sampai sekarang gue ga ke konveksi, gue memilih pakai tailored. Semua tailored jacket, celana, kemeja, kecuali T-Shirt sablon. Sebenarnya yang bisa menilai perbedaan Mankind dari brand lain bukan gua hahaha… Gue sih paling pakai manual embroidery. Di sketch di kertas kalkir lalu di bordir. Jadi tidak masif. Kalau dari 2017 sampai sekarang juga sebenarnya design gue tapi sekarang ada team dan designer 2 orang. Team sekarang ada 11 orang, yang terdiri dari marketing, designer, photographer in-house, orang produksi, orang yang ada di showroom.
Kita lihat Mankind dari awal sampai sekarang desainnya banyak diaplikasikan di kemeja ya? Apa yang membuat lo lebih tertarik untuk membuat kemeja?
Naahh.. Awalnya gue juga belum look up ke brand kaya Wacko Maria. Cuma gue dari awal sudah pengen banget bikin brand outerwear. Dari awal bikin Mankind yang cuma bikin 5 piece jaket dan lain-lain, gue rasa gue juga butuh varian lain. Kaya untuk keperluan foto lookbook yang head to toe jadi nya gue juga bikin koleksi yang lengkap dari jaket, kemeja, T-Shirt sampai celana. Hawaiian / aloha shirt ini juga dibikin awalnya dari iseng karena konsep lookbooknya spring/summer. Season berikutnya jadi gue bikin kemeja dan melupakan jaket. Demand si Mankind sekarang kebetulan balik lagi ke outerwear. Gue cukup happy karena apa yang gue pengen di awal kembali lagi, kalau dulu pas bikin kemeja gue sempat kemakan trend. Walaupun sekarang bikin kemeja lebih menonjolkan hand stitching dan manual embroidery. Prints udah ga terlalu gue up.
Dari dulu aplikasi di kemeja nya sudah main prints di bahan cotton rayon atau sublimasi?
Dari dulu sudah rayon print, ga ada yang sublim. Karena itu price point si Mankind dari dulu juga sudah lumayan. Dari awal sudah pengen orang nyaman pakai kemejanya. Apalagi print rayon tahun 2016 itu masih jarang. Orang-orang juga cukup kaget gue jual kemeja dengan harga 700 ribuan sampai 1 jutaan. Bukannya mengada-ngada, tapi karena kita pake tailor, bayar jahitnya saja 1 piece jaket bisa 200 ribu, belum aksesoris dan bahan.
Kelebihan dan kekurangan memakai tailor?
Ya gue ga bisa se-masif itu. Gue suka konsep artisan nya aja sih, Tang. At least saya bayar buruh dengan benar sih.
Brand lain kan bikin basic wear, tapi lo memberanikan diri dari awal membuat outerwear yang lebih rumit tanpa ada background pendidikan fashion. Bagaimana teknisnya?
Tapi gue teh dari dulu sering banget belanja jaket hahaha. Sekarang mah jaket udah gak kepake. 2 tahun kebelakang sih udah ga pake jaket. Cuma pakai celana pendek dan kaos aja. Hidup saya cuma dari rumah ke kantor. Hahaha aneh ya gua jual jaket tapi gak pernah pakai jaket.. Ya mungkin momen-momen tertentu ada pakai jaket. Cuma balik lagi awalnya sering ke Jepang jadi suka brand-brand Jepang kaya Neighborhood, WTAPS. Sekarang lagi suka Nonnative, Visvim cuma kadang-kadang gua ga mampu beli jaketnya hahaha.. Sejujurnya gue belajar karena sering belanja sih. Gua juga baru sadar sekarang ketika punya brand, gua ga buang-buang uang selama ini belanja. Beda lah lihat di internet sama memegang barangnya. Bukannya saya ngajarin orang belanja ya, tapi lo bisa handfeel, bisa cek fitting nya kalau beli barangnya.
Berarti lo bikin pola dan develop dari nol?
Sebenarnya gue ga pernah bawa sample ke tempat produksian. Cuma jadi tau aja apa yang gue inginkan. Untungnya ketemu kepala produksi yang ngerti apa yang gue pengen. Sebenarnya cuma brief verbal aja. Pokoknya cutting di brief misal agak boxy, drop shoulders, cuttingnya misal saya pengen numpuk di tangan. Cuma gitu aja sih briefnya. Pola ya jadi dari nol. Tiap season selalu ada pola baru yang ngemix dari pola-pola base sebelumnya.
Pendapat lo tentang trend diskon dan harga coret?
Gue ga peduli hahaha! Gue orang yang gak percaya sama ads. Tapi bukan berarti kedepan nya gue gak akan pakai. Pernah sekali coba doang sebulan untuk ngereach ke luar negri terus gak pakai lagi. Gue pengen lebih organik aja growthnya. Misal gue pernah meeting sama digital marketing, lalu saya tanya apa yang bisa dia janjikan? Gak ada. Ah mending untuk produksi. Kayaknya kalau di Mankind ga works si ads.
Balik lagi ke harga coret, yang gue sayangkan itu ya harga balik lagi ke tahun 2000an. Kalau di kepala saya daripada diskon 70% terjual 1,000 pcs. Profitnya sama aja mungkin dengan diskon 30% dan terjual 200 pcs. Jadi sama fenomena ini gue agak bingung gitu. Menurut gue kalau mereka tetap stick di trend diskon ini ekosistem ya bisa hancur. Jeleknya orang ga akan mau beli produk lo kalau ga ada diskon misalnya. Prosesnya kan panjang bukan sekedar menjual. Dari order bahan, mendesign, designer yang mendevelop produk, nah dengan fenomena ini cuma dihargai segitu produknya, ya sayang aja. Mudah-mudahan kedepan ga gini lagi trend nya.
Rencana kedepan?
Ada collab cuma belum bisa disebutkan, karena baru chat semata haha. Doain aja kita mau buka offline store, diatasnya ada wine bar namanya Fondness (diambil dari nama campaign Mankind juga). Pengen fokus ke signature wine dan natural wine karena grafik botolnya lucu-lucu padahal mah saya si ngerti dan expert wine hahaha. Pengennya sih ada listening roomnya, karena ada platform Mankind radio juga kan.
Pertanyaan terakhir: Top 5 brand favorit lo?
Braindead. Meraka movement nya keren, rapid banget. Logonya enak banget ditempel dimana-mana walaupun collab dengan brand lain logonya masuk aja.
Nonnative. Suka cuttingnya, dan N. Hollywood, mereka tuh sama-sama neat dan plain sebenarnya. Bukan yang full graphic. Tapi clean look dan neat aja kedua brand itu. OAMC karena mereka mikir banget. As a product gue suka. Dan tiap season judulnya itu wording dari singkatan OAMC yang mereka rubah terus. Cek aja Instagramnya. Jadi dari awal udah mereka pikirkan itu nama brandnya bisa jadi apa aja. Undercover kali yah? Kalau look up ke embroidery nya. Maharishi juga keren cuma kadang-kadang too much. Ada bordir naga sebesar celana misalnya. Beberapa brand yang tadi gue sebut pasti gue ada produknya walaupun cuma satu, jadi sambil belajar juga.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos by Feri Alan