Selain menjadi frontman band space rock n’ roll bernama Polyester Embassy, Elang juga menekuni industri garment, lebih tepatnya untuk produksi topi. Karena memang musik dan fashion selalu beririsan, diluar segala tetek bengek “passion before fashion†atau apapun itu. Elang sudah aktif di industri ini dari tahun 2010, dengan membuat brand dan tempat produksi sendiri. Mari berbincang dengan Elang mengenai Capslock, Polyester Embassy dan trend fashion retail…
“Kalau melihat sekarang, mungkin ini analisa gembel gue ya: pasar menengah itu engga ada, yang ada sekarang mungkin cuma pasar bawah banget atau pasar atas banget.â€
Brand headwear lo, Capslock, gue liat makin kesini semakin menjadi sportswear ya?Â
Emang diawali nya dari running caps dan cycling caps, kalau ngomongin pakaian yang di bawah kepala kan belum. Sportswear emang teknologi nya harus lebih advanced sih. Kalau sebatas headwear sudah cukup pede lah.
Berarti riset dan develop produk lo sebagai headwear yang dipakai olahraga harus lebih advanced ya?
Karena gue diawali dari topi, ketika bikin topi running atau cycling tuh harus dengan Bahan dry fit yang lebih tipis dari bahan topi biasa. Inner line nya dibikin lebih nyaman, menyerap keringat. Dan tentunya langsung di tes ke yang melakukan nya. Gue juga emang suka olahraga dan memakai topi sih. Produksi Capslock untuk topi nya udah jelas develop nya cukup lama. Performance tuh level untuk develop produk nya lebih dari produk biasa. Karena Capslock itu brand topi pada awalnya, walaupun kita ada jaket, celana, kaos dan sarung tangan sepeda, buat kita itu semua jadi produk aksesoris, karena tetap yang main nya itu topi. Ya tapi kedepan nya ga ada yang tahu ya. Kita lebih ke ngalir aja planning nya. Kita juga sekarang mulai develop lagi produk-produk casual untuk daily basic
History lo bikin Capslock dan vendor produksi topi awalnya gimana?Â
Sebenarnya dulu gue buat nya barengan: si brand dan tempat produksi. Dulu nama nya Cool Caps. Jadi awalnya gue develop 2 tempat yang berbeda, karena kebutuhan brand dan tempat produksi itu beda ya. Dulu tuh awalnya pengen punya brand topi. Kalau brand yang dulu sih dari 2010. Trus kalau Capslock ini starting mulai seriusnya 2015.
Berarti lo dari hulu ke hilir ya, punya tempat produksi topi dan punya brand topi juga? Apa terkadang 2 kepentingan yang berbeda itu memecah fokus lo?
Sebenarnya keduanya punya porsi masing-masing. Bisa 50-50 atau ingin berat kemana dulu. Tapi memang yang utama nya sih si produksi. Lebih sibuk di produksi, cuma ga sampai keteteran sih.
Lo kan olahraga banget nih, dari tennis, lari sampai sepeda. Brand sportswear favorit lo apa aja?Â
Kalau sekarang ya tetep sih kalau ngomongin sportswear pasti Nike. Apalagi yang seri Gyakusou nya Jun Takahashi dari Undercover, dia memang selalu gila untuk develop dan detailing performance product nya. Ciele kali yah kalau untuk headwear nya. Si Patagonia juga sebenarnya untuk outdoor dan sports nya lumayan detail produknya. Apa lagi ya? Oh iya kalo produk Tennis selain Nike Court saya suka Babolat dan Sergio Tacchini.
Trend budaya diskon menurut lo bahaya ga kedepan nya untuk brand-brand?
Jir gue teh selalu membahas ini dengan beberapa orang hahaha. Kalau ngomongin perjuangan brand di satu sisi mungkin ya, jaman dulu gue kerja di Airplane menjual kaos dari 65,000 dan semakin naik. Kita teh udah susah proses naikin harga menuju sekarang, tapi sekarang harga nya turun lagi. Sekarang semua lebih masif dengan ada nya marketplace dan social media. Pandemic teh emang merubah banyak hal secara cepat. Brand gue beban pegawai nya ga terlalu banyak, kita mungkin masih bisa bertahan. Beban operasional kita ga sebesar brand-brand yang banyak orang bergantung di dalamnya. Dan ketika kompetitor mereka melakukan itu akan lebih sulit bagi mereka untuk tidak melakukan itu.
Memang jauh berbeda ya kultur fashion retail 5 tahun yang lalu dan sekarang ini..
Jaman dulu kalau kita bikin brand itu punya duit, 80% untuk produksi, 20% untuk promo. Sekarang bisa 50:50 atau malah sebaliknya karena ada kebutuhan ads dan digital marketing yang cukup besar. Kalau melihat sekarang, mungkin ini analisa gembel gue ya: pasar menengah itu nggak ada, yang ada sekarang mungkin cuma pasar bawah banget atau pasar atas banget. Pasar menengah pindah ke bawah, dan yang menengah sok-sok an mending pilih keatas. Kalau mau up ya mending up sekalian dengan meningkatkan detail atau kualitas misalnya, kalau mau dibawah ya siap quantity.
“Kalau ngomongin perjuangan brand di satu sisi mungkin ya, jaman dulu gue kerja di Airplane menjual kaos dari 65,000 dan semakin naik. Kita teh udah susah proses naikin harga menuju sekarang, tapi sekarang harga nya turun lagi jadi hpp lebih dikit hahahaâ€
Jadi posisi lo di situasi ini gimana?
Kalau sebagai tempat produksi kita harus lebih siap sih dengan kebutuhan quantity yang di order sama brand-brand yang serius di marketplace tadi sih, karena speed jualan mereka cepet banget. Kalau gue pribadi di sisi produksi gue banyak memproduksi brand-brand yang melakukan itu. Tapi kalo untuk brand Capslock ga terlalu ngejar kesana malah cenderung lebih santai dan lebih ngulik detail sambil terus belajar develop yang belum pernah kita develop sebelumnya aja sih. Jadi sekarang tuh kayaknya momen vendor dan momen konsumen marketplace yang terus dimanjakan untuk terus berbelanja haha.
Kalau ngomongin musik, apa kabarnya Polyester Embassy?
Kayanya album yah Tang? Tadinya mau EP 4 lagu, dan gak beres-beres. Sekarang lagi rekaman dan garap materi di rumah si Prama (drummer). Rumah kosong, tapi ada drum dan grand piano. Ada ruang akustik. Jadi tinggal bawa speaker dan laptop. Kemarin cuma nambah 3 lagu baru di sesi itu, tapi sekalian retake beberapa file rekaman EP yang hilang. Up and down seperti kepergian drummer kita Givari yang sangat mendadak ketika itu, proses kreatif nya juga kepotong pandemic. Pengen nya beresin dulu ini dan di compile. Baru sesudah ini beres kita mau bikin follow-up nya dengan formasi sekarang. Dan sekarang kehadiran Prama sebagai drummer pengganti lumayan menambah energi. Kita udah nyaman sama dia sebagai drummer, banyak involved dan sense of belonging nya udah kaya personil. Lumayan kebantu sama energi dia, karena masih muda mungkin ya jadi semangat.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Elang’s Archives