“Saya hanya ingin sebanyak mungkin pemain mengalami kegembiraan yang datang dari mengatasi kesulitan†-Hidetaka Miyazaki (Elden Ring creator)
Setelah memainkan (dan menamatkan) Elden Ring selama ± 150 jam, menurut saya Elden Ring adalah sebuah masterpiece yang absolut. Bayangkan saja betapa epic nya sebuah open-world Souls game. Hidetaka Miyazaki (CEO FromSoftware, game director, creative director, designer dan scriptwriter) pernah mengakui kalau Elden Ring terpengaruh juga oleh aspek eksplorasi open-world dari game Elder Scrolls dan Zelda: Breath of the Wild. Aspek design pun dipengaruhi oleh game Shadow of the Colossus yang cukup ikonik lanskap nya. Pengalaman pertama saya memainkan “Souls†game dari FromSoftware bukanlah Demon’s Souls atau Dark Souls 1, melainkan Dark Souls 3. Cukup berkesan rupanya pengalaman saya memainkan DS3. Karena sebagai gamer yang dibesarkan dengan game “menantang†semacam Contra, Castlevania 2, Zelda, Metroid dan Megaman series, ternyata DS3 pada awalnya cukup membuat stress. Tidak ada hand-holding disini. Dari awal kalian langsung dilempar ke sebuah dunia yang dipenuhi musuh-musuh yang bisa membunuhmu dalam 1-2 hit. Dan dalam mayoritas waktu selama saya bermain, saya tidak tahu harus kemana dan tujuan akhir game ini apa. And that’s fun. Uniknya, dalam Souls Series tidak ada map. Lupakanlah navigasi dan kompas, game ini membutuhkan kalian untuk menggunakan memori dan sense-of-direction yang canggih. Untuk menambah kesulitan, game ini tidak bisa di pause dan memiliki checkpoint yang jaraknya sangat berjauhan (lupakanlah checkpoint sebelum ruangan boss, kalau kalah, biasanya kalian harus ulang area tersebut dari awal).
“Untuk cerita dan world-building, kali ini Hidetaka Miyazaki selaku director dan owner FromSoftware dibantu oleh George R.R. Martin, penulis dari Game of Thronesâ€
Untungnya Elden Ring sedikit lebih “memaafkan†dari Souls Series: Kalian bisa menggunakan map dan ada sistem fast travel yang lebih seamless dari DS3. Ketika saya memainkan Elden Ring, game ini terasa lebih aksesibel untuk pemain-pemain yang tidak pernah memainkan Souls Series sebelumnya. Mari kita lihat dan bahas semua elemen nya: Grafik dan visual sudah tidak perlu diragukan. Art direction yang menggambarkan dunia medieval yang sudah rusak (apocalypse wasteland versi medieval?), dengan konsep keindahan yang dikelilingi oleh kegelapan, struktur-struktur megah yang hampir runtuh, gunung, hutan dan danau semua divisualisasikan dengan detail yang menakjubkan. Menurut Miyazaki: “Cahaya terlihat lebih indah dalam kegelapan.
Ketika ada sesuatu yang indah di tengah gurun, kita bisa lebih menghargainya. Satu permata tidak terlihat indah di antara tumpukan permata lain, tetapi jika Anda menemukan satu permata di tengah lumpur, itu jauh lebih berharga.” Bayangkan saja hampir setiap frame game ini terlihat seperti lukisan. Belum lagi desain karakter, armor, senjata, kastil dan detail-detail lain nya yang bisa saya bahas seharian disini. Sound? Coba saja memainkan game ini dengan headphone. Dari opening title saja kalian sudah dimanjakan oleh orkestra yang megah nan epic dari komposer Tsukasa Saitoh (yang juga mengerjakan musik latar untuk Bloodborne dan Sekiro). Belum lagi sound efek suara pedang yang menghantam tameng great shield dan transisi suara kuda yang berlari dari rumput ke air, semua itu terdengar sangat detail dan menakjubkan, seolah kamu benar-benar berada di “the lands betweenâ€.
“Cahaya terlihat lebih indah dalam kegelapan. Ketika ada sesuatu yang indah di tengah gurun, kita bisa lebih menghargainya. Satu permata tidak terlihat indah di antara tumpukan permata lain, tetapi jika Anda menemukan satu permata di tengah lumpur, itu jauh lebih berharga.” -Hidetaka Miyazaki (Elden Ring creator)
Untuk cerita dan world-building, kali ini Hidetaka Miyazaki selaku director dan owner FromSoftware dibantu oleh George R.R. Martin, penulis dari Game of Thrones. Lore dan narasi cerita Elden Ring tidak se-obscure Souls Series sebelumnya yang menurut Miyazaki adalah environmental storytelling, layaknya sebuah jigsaw puzzle dimana cerita keseluruhan akan kita dapatkan dari deskripsi items yang kita temukan, dialog NPC yang cryptic, musuh yang kita kalahkan dan lokasi yang kita kunjungi. Dalam 17 hari sejak rilis, game ini terjual 12 juta kopi. Tidak aneh, karena Elden Ring memiliki semua nya: gameplay yang tidak linear (kebebasan untuk pergi kemanapun, melawan siapapun), sistem pertarungan yang sempurna, visual yang surreal & hyper-realistic disaat yang sama, sound dan musik latar yang bagus, dan tentunya world-building yang keren.
Memang tidak semua orang “sabar†untuk menamatkan game yang susah seperti ini (konon jika semua optional boss dihitung, ada sekitar 200 boss battles yang harus kamu kuasai). Untuk melawan salah satu boss di awal game pun saya harus mencoba grinding sekitar 10-15 jam untuk bisa mengalahkan nya. Kebanyakan players game ini mungkin akan menyerah setelah bertemu boss sulit seperti Margit atau Godrick. Kalian pun akan terjebak untuk meng-eksplorasi lanskap yang masif untuk beberapa items yang (mungkin) tidak akan kalian gunakan. Tapi bagi kalian yang berhasil menamatkan game ini, selamat! Kalian telah memainkan salah satu game terbaik di abad ini. Mungkin di kehidupan ini. Mengutip quotes Miyazaki mengenai tingkat kesulitan game-game yang dia buat, menurutnya: “Saya hanya ingin sebanyak mungkin pemain mengalami kegembiraan yang datang dari mengatasi kesulitanâ€. Ya, sebuah karya seni memang tidak selalu dimaksudkan untuk setiap orang.
Words by Aldy Kusumah