Pernah pengen terlihat stylish dengan pakaian mahal tapi duit pas-pasan? Mungkin gaya hidup La Sape cocok buat kamu. La Sape adalah sebuah gaya hidup yang tumbuh di Congo, dimana ada beberapa orang disana yang lebih suka memiliki pakaian bermerek dengan harga jutaan meskipun untuk makan sehari-hari aja susah.Â
Â
Â
La Sape ini merupakan singkatan dari bahasa Prancis Societe Des Ambianceurs Et Des Personnes Elegantes kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya masyarakat yang menaikan atmosfer suasana dan orang elegan. Kira-kira gitulah. Sapeur atau orang yang menganut gaya hidup La Sape ini mempunyai stelan jas dengan brand-brand terkenal seperti Dolce Gabana, Chanel, Loui Vitton, Gucci, dan lainnya. Semua pakaian itu tertata rapi di sebuah rumah kecil sempit bukan di walking closet.Â
La Sape sendiri diyakini telah hadir pada masa penjajahan Prancis dan Belgia di Congo. Pada masa itu para penjajah suka menghadiahi pakaian-pakaian mewah dari eropa ke para pekerjanya. Kalau dari penelitian Steinkopf-Frank, Hannah Rose yang berjudul La Sape: Tracing the History and Future of the Congos’ Well-Dressed Men bahwa pada tahun 1976 ada pemuda dari Congo bernama Jean Marc Zeta yang merantau ke Paris dan membuat perkumpulan remaja Congo di Prancis. Mereka berpakaian fashionable seperti layaknya orang Paris. Dan mereka memakainya ketika mudik kembali ke Congo agar terlihat sukses. Hmmm nampak familiar yah dengan ceritanya.Â
Â
Para Sapeu ini mengharamkan untuk memakai barang KW. Karena, bagi mereka itu merupakan sebuah penghinaan. Untuk mendapatkan pakaian mewah ini tidak sedikit dari mereka yang rela tidak makan berhari-hari, berhutang atau menjadi pengedar narkoba. Apapun akan mereka lakukan untuk menjadi terlihat elegan meskipun tidak makan.Â
Â
Words by Firman Oktafiawan