Mendengarkan mini album ‘Pesona Destruksi Diri’ dari Hallam Foe membawa saya ke era tahun 2000an dimana metalcore/chaotic sedang menjamur di bawah naungan Ferret Records atau Trustkill Records. Jika kalian menyukai Curl Up And Die, Norma Jean, Fear Before The March Of Flames, dan Heavy Heavy Low Low, mungkin kalian akan jatuh cinta pada trio metalcore dari Malang ini. EP ini dibuka dengan sebuah track yang berjudul “Kemungkinan Mungkin Memungkinkanâ€. Track yang intens ini dipersembahakan dengan aransmen dan komposisi musik yang tight. Trio Nisa (vokal), Lewi (drums) & Gilang (gitar/vokal) juga sepertinya memiliki tendensi untuk tidak terlalu serius dan sedikit bercanda. Seperti menulis “band pop punk†di bio Twitter & Instagram mereka atau pun menyelipkan skit dialog dengan sedikit dark joke di intro track kedua “Saku Berisi Debuâ€. Track yang padat karya ini hanya berdurasi 1:30 detik saja, dan mereka memainkan musik seakan tidak ada hari esok.
Lagu ketiga di mini album ini adalah “Aku Untukmu Selamanyaâ€, yang menjadi instant favorite. Di track ini Hallam Foe berkolaborasi dengan Andrean Giovanni. Diawali dengan intro riff gitar yang sangat catchy, plus that clap sound at the intro was pure genius. Tentunya mereka bersedia untuk mengajak penonton berdansa seolah ini adalah tahun 1999. Hmm saya mencium juga sedikit riff nu-metal diselipkan disana-sini, disambut oleh gang vocals yang meneriakan lirik “Selamanya!â€. Dan kejutan pun belum berakhir karena ada part “spoken words†di akhir lagu yang cukup bombastis. EP ini ditutup oleh sebuah lagu berjudul “Sebuah Seni Untuk Bersikap Morbidâ€. Oh betapa catchy nya riff gitar di lagu ini, dibuka dengan lirik “Ku menari di antara apokalips / Ku sisih waktu / ‘Tuk tuang sloki / Dan harakiri†kalau mereka membawakan lagu ini secara live saya yakin crowd akan sedikit menggila. Outro lagu ini menyelipkan sebuah beat dancey ala The Blood Brothers lalu Nisa kembali mengucapkan scream nya yang repetetif “Gali makam diri sendiri / Gali makam diri sendiri†sampai lagu berakhir. Ya, durasi EP ini terasa kurang cukup untuk memuaskan dahaga kita, cause we’re askin’ for more. Full album soon maybe?
Words by Aldy Kusumah