Suatu saat saya membaca sebuah tulisan dari salah satu portal berita online yang terkemuka sedang membahas lagu yang banyak diputar di sebuah platform digital music. Ada kalimat kalau pop punk ternyata Kembali digandrungi para pendengar. Salah satu pemicu nya adalah MÃ¥neskin, band rock asal Italia. Potongan kalimat itu membuat ada dua genre music yang berbeda disebabkan oleh penulisnya untuk satu band. Jadi MÃ¥neskin ini band rock atau pop punk?
Dan ketika mendengarkan album barunya Deafheaven “Infinite Granite†yang terdengar sangat berbeda dengan album-album sebelumnya. Terus ketika ada yang bertanya Deafheaven tuh genre music nya apa? Sebagai penikmat kita pasti sedikit bingung, atau mungkin kalo nggak males dan butuh bahan untuk obrolan dijelaskan secara terperinci kalo di album ini genre music mereka gini, kalo di album berikutnya jadi gitu dan seterusnya.
Dari dua kejadian itu saya pun menjadi penasaran dan menanyakan pertanyaan “Masih Perlukah Pelabelan Genre Musik Kepada Suatu Band Atau Musisi?†kepada lima orang kawan saya. Dan inilah jawaban mereka.
Pertanyaan simple tapi berat. Kalau saya melihatnya dari banyak faktor sesuai kebutuhan musisi mencantumkan genre tersebut untuk keperluan apa dulu. Untuk kebutuhan marketing atau identitas atau branding dan konsumsi musik para pendengarnya. Cuman untuk membicarakan perkembangan musik atau trend memang eranya tuh udah “hybridâ€. Kayak ada musik Afrika yang ada unsur musik rock-nya udah mulai bisa diterima di media-media besar, jadi dalam artian itu sudah sangat lebur dengan campuran sana sini jadi makin beragam. Kalau dari sudut pandang si musisi mereka jelas perlu kebebasan untuk mengekspresikan karyanya. Kalau kita telaah sejarah penyebutan genre music itu selalu datang dari media, dari jurnalis atau bahkan dari industri itu sendiri. Karena di era sekarang statement itu penting meskipun tidak bisa sesederhana mencantumkan rock, jazz, pop dan sebagainya. Sekarang udah punya keleluasaan untuk bisa bilang psychedelic southern metal misalnya. Hal seperti itu tetap butuh karena cara berpikir manusia itu lewat informasi, otak tuh banyak memproses informasi. Jadi kalau kita melihat sebuah band tapi kita tidak punya informasi tentang music band tersebut rock, pop, atau apapun itu. Salah satu penyampaian informasi tersebut adalah lewat statement genre music yang memang di klaim oleh musisi itu. Tapi pada satu sisi kalo kita bicara tentang genre music itu sudah tidak relevan, ya bisa jadi juga. Karena spotify pun sudah tidak menyebutkan atau melabeli sebuah genre music. Kalau diperhatikan mereka lebih menjual nuansa Seperti, music galau, music senja, music olahraga atau untuk menemani belajar. Spotify melihat genre music Sekarang ini udah tidak relevan dan yang lebih relevan itu suasana. Kalau kita mau mendengarkan musik ya pasti kita lebih beli rilisan fisik yang bener niat untuk didengarkan. Kecenderungan platform ini memang menjual suasana. Tapi pada satu sisi kalo menurut saya tetep band tuh butuh klaim. Karena bingung juga yah kalo ada satu band yang membebaskan genre musiknya apa. Malah jadi akan membingungkan audience jadi klaim itu penting. Mau musiknya jadi berbeda tapi sebuah klaim itu bisa datang. Karena itu tadi manusia tuh berpikir melalui informasi. Jadi kalau kita nemu satu benda terus benda itu asing terus kita mengetahui informasi tentang benda itu, pasti orang akan bingung dan orang akan menjauh dari benda itu. Mungkin dengan adanya pelabelan genre akan membuat relate antara musisi dengan fansnya.
Istilah mereka mau label tertentu dengan genre musik yang mereka usung saat ini, itu sebenernya dikembalikan ke musisinya itu sendiri. Ada yang fanatik dengan jalur musik tertentu misal hardcore, metal, punk dan pop gitu. Tapi pada prinsipnya nanti kedepan mereka tidak tahu influence apa yang akan memasuki musik mereka. Tapi tidak berubah ekstrim seperti Pantera dari hard rock berubah menjadi metal misalnya. Cuman sebenarnya dikembalikan kepada band dan musisinya itu sendiri. Dia mau se-elastis apa mengakui roots musiknya, kalo misalkan dia rock nanti ada influence-influence lain. Misalkan jadi prog, art atau ada asupan musik lain. Kalo pop pengen lebih berkembang lebih jazzy misalkan, atau mungkin soul r&b bisa lebih menjelajah kemana lagi. Jadi sebenernya dikembalikan ke musisinya. Kalo menurut saya penting nggak penting lagi, karena kedepan kita tidak tau genre musik apa yang mereka pilih sesuai dengan update yang terjadi sesuai zamannya. Walaupun tetap saja ada yang tetep mengusung satu genre itu terus.
Kalau menurut saya sebagai pemain band, sekarang sebetulnya genre tuh jadi bias. Namun kenyataannya bila orang telah dihadapkan dengan media, band akan menjelaskan genre musik apa yang dia usung. Penyebutan genre itu asih perlu sih yah, karena untuk menjelaskan roots-nya band atau musisi itu sendiri. Hal itu akan menjelaskan basic roots nya musisi tersebut darimana. Meskipun nggak mau dilabelkan, itu jadi urusan belakangan. Tapi roots-nya dan pelabelan pasti akan tetap kebawa.
Ekrig (Avhath, 630 Records)
Menurut gw nggak perlu untuk ngelabelin satu warna musik terhadap band atau musisi tertentu. Karena, reference makin banyak dan makin cepat datangnya lewat ke telinga lo hampir perdetik lebih cepat informasi yang didapat dan informasi yang dicari. Ketika orang sudah meng-crossover genre yang sebelumnya belum di-crossover sudah tidak lagi bisa dilabeli dengan genre A atau B. Karena it’s just a matter of how you experiment with your reference sih kalo menurut gw. Nggak penting sih jadi nikmatin aja.
sebenernya buat aku pribadi pelabelan genre itu sendiri untuk sekarang ini udah ga begitu perlu sih, soalnya dari musik-musik yang aku dengerin sendiri juga dalam sebuah band atau musisi itu mereka mencampur berbagai macam genre dari referensi mereka sendiri. Itu yg membuat sekarang pelabelan genre itu bisa aku anggap kurang relatable dengan kapasitas musik-musik yang sekarang ada, yang dimana pengemasannya itu sangat sangat keren hingga dapat membuat warna baru yang belum pernah kita dengar sebelumnya.