JEURNALS
  • HOME
  • LATEST
  • INTERVIEW
  • EVENT
  • SHOP
No Result
View All Result
JEURNALS
  • HOME
  • LATEST
  • INTERVIEW
  • EVENT
  • SHOP
No Result
View All Result
JEURNALS
No Result
View All Result

La Sape, gaya hidup high-fashion di Congo.

Jeurnals by Jeurnals
11/01/2022
in Review, Event, Program
0
La Sape, gaya hidup high-fashion di Congo.
Pernah pengen terlihat stylish dengan pakaian mahal tapi duit pas-pasan? Mungkin gaya hidup La Sape cocok buat kamu. La Sape adalah sebuah gaya hidup yang tumbuh di Congo, dimana ada beberapa orang disana yang lebih suka memiliki pakaian bermerek dengan harga jutaan meskipun untuk makan sehari-hari aja susah. 
 

 
La Sape ini merupakan singkatan dari bahasa Prancis Societe Des Ambianceurs Et Des Personnes Elegantes kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya masyarakat yang menaikan atmosfer suasana dan orang elegan. Kira-kira gitulah. Sapeur atau orang yang menganut gaya hidup La Sape ini mempunyai stelan jas dengan brand-brand terkenal seperti Dolce Gabana, Chanel, Loui Vitton, Gucci, dan lainnya. Semua pakaian itu tertata rapi di sebuah rumah kecil sempit bukan di walking closet. 

 


 

La Sape sendiri diyakini telah hadir pada masa penjajahan Prancis dan Belgia di Congo. Pada masa itu para penjajah suka menghadiahi pakaian-pakaian mewah dari eropa ke para pekerjanya. Kalau dari penelitian Steinkopf-Frank, Hannah Rose yang berjudul La Sape: Tracing the History and Future of the Congos’ Well-Dressed Men bahwa pada tahun 1976 ada pemuda dari Congo bernama Jean Marc Zeta yang merantau ke Paris dan membuat perkumpulan remaja Congo di Prancis. Mereka berpakaian fashionable seperti layaknya orang Paris. Dan mereka memakainya ketika mudik kembali ke Congo agar terlihat sukses. Hmmm nampak familiar yah dengan ceritanya. 
 

 

Para Sapeu ini mengharamkan untuk memakai barang KW. Karena, bagi mereka itu merupakan sebuah penghinaan. Untuk mendapatkan pakaian mewah ini tidak sedikit dari mereka yang rela tidak makan berhari-hari, berhutang atau menjadi pengedar narkoba. Apapun akan mereka lakukan untuk menjadi terlihat elegan meskipun tidak makan. 
 
Words by Firman Oktafiawan
Previous Post

Romantisme Lewat Pengarsipan Rilisan Dan Flyer Gigs

Next Post

Noni a.k.a Amaranggani (solois & produser R&B)

Next Post
Noni a.k.a Amaranggani (solois & produser R&B)

Noni a.k.a Amaranggani (solois & produser R&B)

Categories

  • Cool Spots
  • Essay
  • Event
  • Flash News
  • Hot Stuff
  • Interview
  • Program
  • Review
  • Uncategorized

Popular News

  • LEIPZIG

    LEIPZIG

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dongker

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gorpcore: Estetika Street Fashion Yang Terinspirasi Brand Outdoor dan Para Hiking Enthusiast

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ZIP

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Dare

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Categories

List :
  • Cool Spots
  • Essay
  • Event
  • Flash News
  • Hot Stuff
  • Interview
  • Program
  • Review
  • Uncategorized

Advertise

Please contact us at :

[email protected]

Recent News

Prejudize: Suara Keras dan Penuh Makna dari “Echoes of Life”

Prejudize: Suara Keras dan Penuh Makna dari “Echoes of Life”

15/12/2024
Tiga Hari yang Menyenangkan di Joyland 2024

Tiga Hari yang Menyenangkan di Joyland 2024

02/12/2024

Jeurnals – Purveyor Alternative News © 2022 Alright Reserved | Powered by GALAXIA

No Result
View All Result
  • HOME
  • LATEST
  • INTERVIEW
  • EVENT
  • SHOP

© 2023 Jeurnals - Powered by GALAXIA.