Ini adalah beberapa single-single yang mencuri perhatian team JEURNALS, dan beberapa juga tentunya layak menjadi heavy rotation kamu. Siapkan speaker bluetooth, koneksi wi-fi dan mari simak beberapa track berikut…
Â
Sugarstar – Tellabye
Â
Unit shoegaze yang selalu menjadi “mitos†dan urban legend skena lokal ini akhirnya kembali muncul dan merilis single baru “Tellabye†bersamaan dengan “Idle Ignoranceâ€. Mungkin ini adalah salah satu lagu dari 60an stok lagu ambisius mereka yang sempat ditulis di tahun 2005. Lagu ini tidak pernah dirilis dan mendekam dalam hardisk para personil Sugarstar: Joseph, Merdi, Sulung, Haryo dan Christ. Band shoegaze yang berkiprah di awal tahun 2000an akhirnya merilis sesuatu secara resmi setelah jejak digital MP3 lagu-lagu mereka sudah tersebar dan leaked di hardisk para penikmat musik. Setelah 2 dekade semenjak terbentuk, tiba-tiba mereka merilis 3 lagu di EP yang berjudul Tellabye (setelah sebelumnya merilis “Delirious†di taun 2017 dengan featuring Anindita Saryuf).Â
EP ini sepertinya adalah sisa-sisa relik yang terselamatkan dari hardisk tempat mereka menyimpan 60 lagu yang rusak pada tahun 2005. Tentu saja single bernuansa MBV-worship ini akan mengembalikan kita ke era 2000an dimana kita menemukan lagu-lagu Sugarstar di dunia maya. Semoga mereka segera merilis sebuah album penuh. Let’s keep our fingers crossed.
Â
Â
Nearcrush – Prizefighter Deathblow
Â
Setelah merilis 2 single, “Tidal Wave†dan “Ocean’s Depth†(yang dirilis dalam format cassingles oleh Disaster Records), band alt-rock asal Kota Kembang ini kembali merilis sebuah single sebagai pemanasan album mereka yang akan dirilis 25 Juli ini melalui Disaster Records.Â
Â
Â
Dibandingkan “Tidal Wave†dengan aroma ’90s shoegaze dan “Ocean’s Depth†yang bernuansa Pumpkins-worship, single “Prizefighter Deathblow†ini lebih rocking-out. Sound gitar yang tenggelam dalam fuzz dan mixing yang stand out dari Adhit Android membuat lagu ini cukup nyaman disetel di volume keras. Synth arpeggio di intro juga cukup membikin single ini memorable. Dengan track “Ocean’s Depth†yang berkolaborasi dengan Andika Surya di departemen drum (Collapse, ALICE) dan upcoming single mereka “The Fountainhead Palace†yang dibantu vokal ethereal dari Alexandra J. Wuisan (Sieve, Gergasi Api), sepertinya debut album mereka yang bertajuk Bloodsports & Modern Arts patut ditunggu di akhir Juli ini.
Â
Â
Perunggu – Biang Lara
Â
Band ini terdengar lebih dari sekedar “band rock pulang ngantor†yang tertulis di bio profil Instagram mereka. Trio yang terdiri dari Adam, Ildo dan Maul ini bernuansa indie-rock modern, dan mereka baru saja mempublish single “Biang Lara†di akhir Juni. Single catchy dengan lirik berbahasa Indonesia ini cukup menjanjikan dan membuat kami penasaran jika mereka merilis album fullnya. Sound gitar drive crunchy yang nyaman menyelimuti seluruh lagu dan menjadi ujung tombak lagu ini.Â
Â
Â
Lagu ini mungkin berada di posisi ideal di antara pop dan indierock ala Sebadoh, Silversun Pickups, Snow Patrol, Death Cab For Cutie atau bahkan Built to Spill. Perunggu adalah salah satu band yang tidak berhenti berkarya di masa pandemi ini. Mari kita tunggu single-single berikutnya dari trio asal Jakarta ini. Simak juga videoklip mereka yang unik dengan aspect ratio vertikal ala pengambilan gambar dari telepon genggam.Â
Â
Â
Iron Voltage – Immortal Crush
Â
Tentunya band trash metal pendatang baru akan lebih stand out diantara melimpahnya band-band stoner/doom metal di skena metal lokal. Vokalis Edy sedikit mengingatkan saya ke Sodom era Agent Orange, and it’s a good thing. Sebelumnya mereka sempat merilis sebuah demo 3 lagu pada tahun 2020 di situs Bandcamp mereka.Â
Â
Â
Dengan single “Immortal Crushâ€, mereka siap menggempur telinga kamu di speaker maupun layar laptop kamu. Sebagai perkenalan, lagu ini cukup catchy dan impresif, baik dari aransmen dan sound. Fans Exodus, Obituary atau bahkan Dismember akan familiar dengan riff-riff dan style yang dimainkan Iron Voltage. Sambil menunggu debut album mereka yang akan dirilis dalam waktu dekat ini, mari kita simak video klip Immortal Crush†yang menampilkan performance mereka dan disutradarai oleh Yowdi Santiar & Amos.Â
Â
Â
Sacred witch – Antara Api dan Gelap
Â
Dengan peleburan sludge/doom dan black metal, Sacred Witch adalah unit metal yang cukup stand out. Sacred Witch terdiri dari personil band-band lain seperti SSLOTHHH, DauD, dan Vrosk.Â
Â
Â
Sepertinya ini adalah materi lama yang sudah mereka tulis tetapi sekarang dirilis ulang dengan Miko (A.L.I.C.E.) yang menggantikan vokalis sebelumnya Agan Ahsan. Antara Api dan Gelap ini juga terdapat di mini album mereka yang bertajuk “Mersault†dan dirilis oleh Disaster Records, Grimloc dan Doom Wood Recordings.Â
Â
Â
Video klip yang di-direct oleh Mega Pamungkas ini juga sangat unik, dengan penampilan Sacred Witch berlatar suasana ritual sebuah sekte, lengkap dengan jubah ala Eyes Wide Shut-nya Kubrick, api-api yang mengelilingi, dan atmosfir gelap. For fans of: Cult Leader, Converge.
Â
Â
Swellow – Gargantua
Â
Setelah Texpack dengan Pavement-worshipnya, ada satu lagi unit indie rock asal Bogor bernama Swellow. Hadir dengan EP perdananya yang berjudul “Karetâ€, band ini cukup memiliki sound yang unik dan menggunakan lirik berbahasa Indonesia pada lagu-lagunya. Idam (gitar) mulai menggarap materi lagu dengan recording ala rumahan, lalu mengajak empat temannya; Bayu (vokal), Afnan (gitar, juga mengisi gitar di Texpack), Miska (bass), dan Opay (drum), lalu mulai menggunakan nama Swellow (Pokemon reference?) dan kembali menjadikan Bogor sebagai kota indie rock setelah sebelumnya ada Red Voltus, Rrag, dan Texpack. Pada track Gargantua, kamu bisa mendengar pengaruh Jeff Tweedy (Wilco) dan Stephen Malkmus pada progresi chord, permainan gitar, dan bahkan lengkap dengan vokal malas-malasan ala ‘90s slacker indie rock.Â
Â
Â
Keseluruhan EP Karet berisi 6 lagu yang all killer no filler, dan selain Gargantua, kami juga sangat menyukai track pembuka “Berita Harian†dan “Asam†dengan tremolo dan gitarnya yang renyah. Kalau di AS ada Seattle sound dan DC hardcore sound, band-band indie rock dengan aroma ‘90s ini semoga bisa juga menjadi ciri khas Bogor “sound†dikemudian hari.Â
Â
Â
Glyph Talk – Objection!
Â
Glyph Talk memang cukup unik. Mereka memainkan musik post-punk / no wave yang akan membuat para penggemar Gang of Four, Wire, Television, sampai Parquet Courts “feel right at homeâ€. Duo yang menyebut musik mereka sebagai art-punk ini terdiri dari Ratta Bill dari band indie-rock Bedchamber dan Omar, frontman band dream-pop ATSEA. Ketiga band ini juga tergabung di roster Kolibri Records yang variatif.Â
Â
Â
Dari segi visual juga band ini tampaknya sangat memikirkan segala aspeknya dari design grafis kover album, style video klip, fashion sampai merch yang mereka buat. Simak beat-beat minimalis, repetisi lirik dan hasil mixing yang top notch untuk single “Objection!†ini di video berikut.
Â
Â
Past Fiction – Serpent
Â
Untuk para penggemar Vein, band asal Bali bernama Past Fiction memiliki nuansa yang sama pada beatdown dan departemen gitarnya, walaupun output akhirnya tetap berbeda. Sound dan permainan yang tight mendominasi single berjudul “Serpentâ€.
Â
Â
Dengan durasi 2 menit, track ini memang singkat, padat dan you’ll be asking for more. Untuk para penggemar metalcore dengan nuansa nu-metal ala Vein, Lotus Eater dan Alphawolf, simak segera band penuh potensi ini.Â
Â
Â
White Chorus – Disappear
Â
Duo asal Bandung ini memainkan musik electro-pop yang catchy dan danceable. Dengan sedikit aroma future-funk dan lo fi beats ala chillhop, track ini lumayan menjadi penyegar di skena lokal yang didominasi band-band keras.Â
Duo yang terdiri dari Clara dan Emir ini juga sebelumnya sudah merilis beberapa single seperti “HEATWAVEâ€, “Telephone Call†dan “Alone Togetherâ€. Mereka merilis “Disappear†sebagai single yang cukup stand out untuk album penuh FASTFOOD yang akan dirilis dalam waktu dekat (atau mungkin sudah rilis ketika tulisan ini dipublish), tepatnya 2 Juli ini. Simak videoklip mereka yang unik dan di-shoot menggunakan kamera laptop di tautan berikut ini…
Â
Â
Gergasi Api – Red Knight
Â
Sebenarnya Gergasi Api sudah merilis 3 single; “Red Knightâ€, “The Flames That We Shared†& “The Ashes That We Sharedâ€, dimana yang terbaru adalah “The Ashes That We Sharedâ€. Tetapi entah kenapa, track “The Flames That We Shared†ini selalu membutuhkan repetisi dalam mendengarnya: Hook-hook dan melodi gitar yang catchy, vokal ethereal Alexandra, drumming ala arena rock dan sound megah yang nyaman untuk didengar di volume keras.Â
Â
Â
Gergasi Api adalah proyek terbaru dari para veteran musisi independen Bandung: Alexandra J. Wuisan (Cherry Bombshell, Sieve) dan Ekyno (Full of Hate, Plum). Setelah sebelumnya Alexandra bermain di band goth-rock Sieve dan Ekyno bermain di area hardcore dan industrial, kini mereka membuat sebuah proyek menarik dengan warna post-metal dengan nuansa dream-pop dan shoegaze. Pada departemen lirik dan tema pun single ini menceritakan mengenai hilangnya harapan dan bencana-bencana yang terjadi di era pandemi ini. Dengan kover single yang digambar oleh Morrght, tentunya semua aspek dari sound dan visual dikerjakan dengan serius. Mari kita tunggu mini album mereka yang sedang dipersiapkan. For fans of: Red Sparowes, Chelsea Wolfe, Emma Ruth Rundle.
Â