CAL adalah proyek solo dari Gilang Hade (vokal & gitar) yang juga diperkuat 3 orang sahabatnya: Jordy (drums), Dwiki (bass) & Thian (gitar). CAL akhirnya merilis debut album bertitel “Notionâ€. Sebenarnya album ini masih memiliki warna yang CAL sudah persembahan di “Anthracite Grey†EP dan juga single ‘Spending’. Hanya saja, di debut album ini, seluruh track benar-benar tergarap lebih detail dari produksi sound hingga aransemen. Track pembuka ‘The Art of Eye Contact’ menggiring pendengar ke “dunia†CAL yang muram, mengawang dan membius. Dengan lirik “More of a friend and non-toxic†mungkin menceritakan sebuah hubungan platonik tanpa ekspektasi. CAL cukup menarik dan fresh. Jika rekan-rekan shoegazers “seangkatan†mereka seperti EAZZ lebih mengambil sound era Creation Records, atau Enola yang lebih droning, CAL lebih mengambil sound nu-gaze ala My Vitriol, Whirr dan Amusement Parks on Fire.
‘Logical’ adalah track kedua yang menurut saya masih melanjutkan mood yang dibangun oleh track pembuka. Track mid-tempo ini sedikit lebih repetitif, dengan sedikit kejutan pada akhir lagu. ‘The City Debt’ adalah track favorit saya di album ini. Lebih noisy dan up-tempo jika dibandingkan dengan dua track sebelumnya. Penggalan lirik “Bullshit at the beginning of the month / another invoice†mungkin membicarakan kondisi finansial yang sedang buruk, dan rutinitas keuangan yang selalu terulang di setiap bulan nya. Track ini diakhiri oleh saxophone ala John Zorn. ‘Wisata Individu’ adalah lagu berlirik Indonesia, dan menurut saya CAL lebih menarik saat membawakan lagu berbahasa Indonesia dibandingkan lirik Inggris. ‘Conformance’ adalah track yang sangat catchy dan bisa menjadi gateway untuk penggemar baru. Single material indeed.
‘Malam Atma’ melanjutkan tongkat estafet lirik berbahasa Indonesia yang sudah dimulai oleh ‘Wisata Individu’, dan ya, sekali lagi saya benar, at least menurut saya sendiri. CAL memang terasa pas dan Gilang sudah terdengar nyaman melantunkan lirik berbahasa ibu. Tanpa sound reverb dan wall of sound yang ada di departemen gitar, lagu ini bisa saja menjadi sebuah track emo tahun 2000an. And that’s a good thing. ‘Exit Dream’ sedikit lebih moody dibandingkan lagu lainnya. Tetapi jika dibandingkan dengan lagu lainnya di album ini, this has to be the weakest song here. ‘Musim Berseri’ adalah sebuah track yang langsung mengingatkan saya pada My Vitriol saat mendengar intro gitarnya. CAL langsung memperlihatkan warna dan ciri khasnya pada saat vokal masuk di verse awal. Jika dilihat dari liriknya sebenarnya ini adalah lagu dengan mood bahagia, tetapi jika sudah diselimuti wall of sound ala CAL, pendengar mungkin menyangka ini adalah lagu “galau†jika tidak membaca lirik “Menikmati indahnya kota Bandung.. Wooo berbagi oh senangnya..â€. ‘Megahom’ memiliki isian gitar yang menarik dan drumming pattern yang groovy. Track penutup ‘Color Motion’ adalah lagu paling noisy di album ini. Cocok sekali menjadi track penutup. Overall, album ini memiliki susunan tracklist yang bagus. Entah kenapa, sebuah album berisi 10 lagu selalu terasa pas bagi saya. Jika kamu menyukai satu lagu CAL, saya yakin kamu akan menyukai seluruh lagu di album ini, begitu juga sebaliknya. Mungkin yang CAL butuhkan di album berikutnya adalah sedikit variasi pada lagu-lagunya, dan lebih banyak lagi lirik berbahasa Indonesia.
Key Tracks: ‘Wisata Individu’, ‘City of Debt
Text by Aldy Kusumah