Blunt Razors – Early Aught
Siapa sangka Deathwish Records mempunyai rilisan slowcore seperti ini? Proyek dari Gared O’Donnell dan Neil Keener (Planes Mistaken For Stars) ini menawarkan 6 lagu slowcore di debut LP nya “Early Aughtâ€. Untuk para penggemar Red House Painters, Codeine & Galaxie 500, cek lagu mereka “Speeding†atau favorit kami “Begging Calming.
Â
Â
Touché Amoré – Lament
Lament adalah album paling aksesibel dari Touché Amoré. Diproduseri Ross Robinson, tentunya Touché Amoré dapat memberi hasil yang lebih maksimal. Post-hardcore dengan piano? Kenapa tidak. Dalam lagu “A Forecast†Jeremy Bolm menunjukan sensitivitasnya dengan menyanyikan bait “I found the patience for jazz / i still love the coen brothers / i lost more family members†diiringi piano, yang hampir masuk ke teritori The National sebelum gitar dan drum masuk. Easily my favourite Touché Amoré album.
Phoebe Bridgers – Punisher
Album tersedih tahun 2020 bernuansa emo-folk / indie-rock ini memang layak mendapatkan 4 nominasi Grammy, selain produksi-nya yang matang, ada interval-interval kecil diantara lagu yang membuat flow album terasa sebagai satu kesatuan. Tidak ada satu lagu pun yang terkesan seperti filler dan dapat di-skip. Yep, “Punisher†adalah kumpulan aransmen musik cerdas yang bertemu dengan lirik fantastis.
Â
Â
Freddie Gibbs & The Alchemist – Alfredo
Sebenarnya kami lebih prefer kolaborasi Freddie Gibbs dan Madlib di Bandana, tetapi itu rilisan tahun kemarin. Kali ini The Alchemist bertindak sebagai produser dan beatmaker. Flow smooth dan sensual Freddie berhasil mengambang tanpa effort diatas beat-beat Alchemist yang menghadirkan nuansa boombap rap & soft-rock. Dalam track “Baby Shit†tampaknya Freddie ingin menonjolkan sisi ke bapak-an nya disini tanpa menghilangkan image gangsta-nya: “Rabbit potty training every morning, ho, I’m cookin’ dope and cleaning baby shit.â€
Fleet Foxes – Shore
Setelah turun gunung kembali, Robin Pecknold CS menghadirkan album untuk kamu-kamu yang kangen Fleet Foxes era Helplessness Blues. Album ini terasa ringan, natural dan tanpa beban. Disini Fleet Foxes membuat lagu tanpa ekspektasi berlebih. Coba saja putar track “Maestranza†sambil berkendara dengan kecepatan rendah dan kaca mobil yang terbuka lebar…
Â
Â
Run The Jewels – RTJ4Â
Menurut kami, ini adalah salah satu rilisan hip hop terbaik di 2020. Produksi yang epic, lirik tajam yang relevan dengan situasi politik kontemporer dan juga disertai visual packaging dan video klip yang keren. Track single “Ooh LA LA†terdengar seperti beats ’80s hip hop yang melebur dengan hip hop kontemporer: sebuah track yang bisa menyenangkan para oldschool hip hop aficionados dan juga membuat crowd teenagers di Coachella untuk berdansa. Dari opening track “Yankee and the Brave EPs 4â€, “Just†dan sampai track penultimate “Pulling the Pin†album ini terdengar bombastis. Inilah anthem untuk berpesta seakan tidak ada hari esok. This album is all killer, no filler.
Â
Â
The Strokes – New Abnormal
This is The Strokes return to form. Album ini mengingatkan kita kenapa kita menyukai mereka pertama kali mendengar “Is This It†di tahun 2001 dan kenapa mereka bisa menjadi besar pada saat itu. Dengan kover yang menggunakan lukisan Basquiat sampai judul album yang relevan dengan situasi tahun ini, The Strokes akhirnya meninggalkan jauh-jauh referensi Guided by Voices mereka, dan kini musikalitas mereka lebih teruji dengan lagu-lagu seperti “The Adults Are Talking†dan “Selflessâ€. Kemampuan Julian Casablancas sebagai vokalis dan pembuat lirik handal pun terlihat di lagu penutup “Ode to the Metsâ€.
Â
Â
Waxahatchee – Saint Cloud
Katie Crutchfield meninggalkan distorsi gitar dan influence punk dari masa mudanya (yang mendominasi di album Out in the Storm), dan kembali ke roots Americana-nya di Saint Cloud. Ini bukan sebuah album country, Americana ataupun indie-rock, melainkan gabungan yang pas dari ketiga genre tersebut. Key tracks: “The Eyeâ€, “Can’t Do Muchâ€, “Oxbowâ€.
Napalm Death – Throes Of Joy In The Jaws Of DefeatismÂ
Setelah 30 tahun grinding dan beberapa-kali mengganti line-up, pionir grindcore dari Birmingham ini tidak menunjukkan tanda- tanda untuk berhenti. Sebaliknya, Barney dan kawan-kawan tetap intens dan penuh amarah seolah baru kemarin saja merilis Scum (1987). Cek track pembuka “Fuck the Factoid†atau single “A Bellyfull of Salt and Spleenâ€, yep, ini adalah salah satu album terbaik mereka, dibawah Scum dan Harmony Corruption (1990).
Westside Gunn – Pray for Paris
Pray for Paris adalah sebuah instant favorite, apalagi setelah kami mengetahui ada keterlibatan beatmaker handal seperti DJ Premier, The Alchemist dan DJ Muggs. Tyler the Creator dan Freddie Gibbs hadir juga menyumbangkan rhyme, dan tentunya membuat album ini semakin berwarna. Sound vintage yang dipilih Westside Gunn di album ini memang bukan untuk semua orang, tapi menurut saya ini masih aksesibel. Beberapa lagu malah memiliki elemen jazz-hop ‘90an ala Tribe Called Quest. Dengan kover art lukisan David with the Head of Goliath yang diedit oleh Virgil Abloh, album ini sudah pasti akan mencuri perhatian.
Â
Loathe – I Let it in and it Took Everything
Sebelum album ini rilis pun, band Liverpool ini sudah memiliki fanbase dan rangkaian tour yang cukup intens. Walau sound dan album ini banyak dibandingkan dengan early Deftones, Loathe tetap memiliki karakter yang kuat. Dinamika keras-ke- pelan dan riff gitar downtuned mereka sudah menjadi ciri khas. Cek saja single “Two Way Mirror†yang catchy. Menggabungkan nu-metal, shoegaze dan emo medio 2000an, album ini adalah racikan yang tepat untuk menjadikan Loathe salah satu band underground paling menarik dari Inggris saat ini.
Â
Deftones – Ohms
Tidak mungkin memasukan Loathe tanpa memasukkan album ke-9 Deftones di list ini. Setelah menambah senar gitarnya menjadi 9 senar, Stephen Carpenter kembali dengan riff-riff yang akan membuatmu ingin berhenti main gitar. Mungkin banyak yang tidak setuju dengan pernyataan ini, tapi menurut saya “Ohms†lebih bagus dari “White Ponyâ€. Oh ya, album ini juga menandakan reuni mereka dengan produser Terry Date (Adrenaline, Around the Fur, White Pony). Cek saja track-track berikut: “Ohmsâ€, “This Link is Deadâ€, “Pompeji†dan “The Spell of Mathematicsâ€
Hum – Inlet
Salah satu pionir space-rock dengan “You’d Prefer an Astronaut†(1995) dan “Downward is Heavenward†(1998), Banyak band terinfluence oleh Hum, dari Cave-in, Deftones (yang pada saat itu sedang membuat White Pony), sampai Deafheaven. Setelah hiatus selama 22 tahun, mereka kembali dengan Inlet. Groove melodius yang dibalut dengan sound heavy dan tekstur yang mengawang sudah menjadi standar Hum di setiap rilisannya. Indahnya lagu “Cloud City†seperti mengambil elemen-elemen terbaik dari Helmet dan Ride. Album ini adalah salah satu hal terbaik di 2020 bagi kami.
Â