1. Twin Peaks (1990-1991)
Sebuah serial misteri dari sutradara eksentrik David Lynch tentunya tidak akan kamu lewatkan begitu saja. Berawal dari penemuan mayat seorang wanita, ternyata kota kecil dengan populasi rendah ini menyimpan banyak rahasia. Dari penduduknya yang aneh, sampai scoring musik ikonik dari Angelo Badalamenti, Twin Peaks langsung menjadi sebuah tontonan esensial dan cult pada masanya. Season 1 adalah sebuah drama misteri bersetting ‘90an, dengan sedikit humor dan karakter yang sengaja dibuat agar terlihat seperti opera sabun. David Lynch berganti genre di season 2, dengan adanya elemen supernatural horror yang surreal dan disturbing seperti film-film David Lynch pada umumnya. Jadi siapakah pembunuh Laura Palmer?
2. Curb Your Enthusiasm (2000-2020)
Larry David, kreator dan penulis serial komedi Seinfeld kali ini membintangi dan berakting menjadi dirinya sendiri. Seorang kakek tua pemarah yang sompral dan kesal melihat perilaku orang-orang disekitarnya. Interaksi kehidupan sehari-hari ini dibalut juga dengan dialog yang di-improvisasikan oleh aktor-aktornya. Serial ini bermain dengan pengalaman sosial konvensional dan ekspektasi seseorang. Larry David ingin membahas soal tata cara berperilaku di antrian, membayar parkir dan berpamitan lebih dari sekali. Seberapa keras kita harus mengklakson mobil di depan kita? Siapa yang harus masuk duluan saat di ruang tunggu dokter? Ya, serial ini membahas daily life tersebut dengan balutan komedi khas Larry David.
3. Cowboy Bebop (1997-1998)
Disebut-sebut sebagai salah satu serial anime terbaik oleh kritikus dan jutaan penggemarnya, pesona dan keunikan Cowboy Bebop terbukti sulit untuk ditandingi. Bersetting pada masa dystopia futuristik tahun 2071, Cowboy Bebop memperlihatkan banyak adegan action tanpa melupakan pengembangan karakter-karakternya. Peleburan influence bisa terlihat disini, dari film noir, spaghetti western, cerita ala novel Phillip K. Dick sampai pertarungan ala film-film Bruce Lee klasik. Dengan visual yang renyah dan latar yang terlihat detail, animasi yang fluid dan soundtrack funky jazz/hip-hop yang disupervisi Yoko Kanno, there’s just no other anime like this. Jangan lupa, jika menonton anime, pilihlah subtitle daripada dubbing bahasa Inggris-nya yang buruk.
4. True Detective (2014-2019)
Season 3 dari True Detective bisa dibilang keren, tapi lupakanlah season 2. Disini kami hanya membahas season 1 True Detective yang dimainkan dengan sangat ikonik oleh duo Matthew McConaughey dan Woody Harrelson. Bersetting southern gothic di pedalaman Louisiana, True Detective season 1 adalah sebuah tontonan yang indah sekaligus menyeramkan disaat yang sama. Performa dan kharisma Matthew memainkan Rust Cohle, seorang detektif yang terobsesi oleh filosofi nihilisme, bertemu dengan karakter Marty Hart, seorang detektif klasik yang temperamental. Chemistry kedua karakter tersebut berhasil membawa True Detective menjadi salah satu serial TV terbaik yang pernah dibuat, seolah kedua aktor tersebut memang terlahir untuk memerankan Rust dan Marty. Sebuah roller-coaster emosional mengenai 2 detektif yang menyelidiki serial killer, sekte penculik anak dan kepercayaan terlarang.
5. The Last Dance (2020)
Serial dokumenter yang menceritakan karir Michael Jordan dan Chicago Bulls ini menggunakan arsip dan footage yang tidak pernah dipublish sebelumnya, dari season 1997-1998, season terakhir Michael Jordan bermain di Chicago Bulls. Diproduksi oleh Netflix dan ESPN, serial ini juga menampilkan Scottie Pippen, Dennis Rodman, Steve Kerr dan Phil Jackson. Kamu bisa melihat bagaimana Jordan terlihat psikopat saat berkompetisi, seperti Daniel Plainview di film There Will Be Blood. Serial ini bisa diapresiasi siapapun, bahkan kami yang tidak terlalu menyukai basket saja melahap serial 10 episode ini dalam 5 hari.
6. Black Mirror (2011-2019)
Antologi sci-fi karya Charlie Brooker ini adalah representasi gelap dunia modern. Dimana teknologi dan perilaku manusia menciptakan dystopia yang mengerikan. Beberapa episode Black Mirror pun sudah terjadi di dunia nyata seperti ramalan Nostradamus. Cek juga Bandersnatch, sebuah film interaktif persembahan Black Mirror dimana kamu bisa memilih jalan cerita yang menghasilkan beberapa ending yang berbeda. Black Mirror memang merubah medium TV menjadi inovasi tanpa batas. Black Mirror adalah Twilight Zone untuk generasi baru.
7. Sweet Home (2020)
Apartemen besar dan kumuh di invasi oleh monster-monster yang muncul mendadak. Sebuah home invasion horror dari Korea dengan monster memang selalu menarik. Remake live-action yang di adaptasi dari webtoon ini layak ditonton. Uniknya, bagi kami cerita dan dinamika para karakter penghuni apartemen di serial ini lebih menarik daripada monster-monsternya. Plot-twist dan elemen-elemen cerita yang unik bisa membuat kita memaafkan tim produksinya yang membuat monster CGI-nya terlihat seperti grafis game PS3. Siapkan popcorn, turunkan standar kamu dan nikmati serial horror Korea ini tanpa ekspektasi.
8. Better Call Saul (2015-2020)
El Camino yang menceritakan Jesse Pinkman (murid Walter White) yang dikejar kartel narkoba. Di prekuel Better Call Saul, Vince Gilligan ingin menceritakan karakter Saul Goodman dan transformasinya dari seorang lawyer jujur menjadi penjahat yang berkerjasama dengan kartel narkotika Meksiko. Estetika dan sinematografi Better Call Saul malah terlihat lebih baik dari Breaking Bad secara produksi.
9. Don’t F**k With Cats: Hunting an Internet Killer (2019)
Lupakanlah Tiger King. Jika kamu ingin melihat dokumenter kejahatan, Don’t F**k With Cats adalah pilihan terbaik. Dokumenter mini-seri produksi Netflix ini memang bukan untuk semua orang, tetapi sangat layak dan menarik untuk ditonton. Kisah nyata ini menceritakan sebuah grup Facebook yang berhasil mengungkap identitas seorang serial killer, yang pada awalnya posting video dia membunuh kucing di Youtube dan Facebook. Keberhasilan orang-orang kurang kerjaan ini dalam bermain detektif akhirnya berhasil mengungkapkan misteri sang pembunuh. Internet wins. Siapakah dan apa motif pembunuh itu?
10. Alice in Borderland (2020)
Apa yang terjadi jika Battle Royale bertemu Saw? Sebuah permainan survival dengan konsep escape room memang menarik. Para protagonis yang terjebak di Tokyo versi post-apocalypse ini harus bertahan hidup dengan mengikuti permainan berbahaya. Set-pieces tiap episode dibuat fresh, sehingga penonton benar-benar disuguhkan dengan sesuatu yang baru dan tidak membosankan. Sutradara Shinsuke Sato patut diacungi jempol, bisa menyuguhkan tontonan dengan produksi dan visual yang tidak menyerupai sebuah serial TV melainkan sekelas film layar lebar. Hanya di film ini penyebrangan Shibuya bisa dibuat kosong melompong.