Â
Mari berbincang dengan Merdi, ½ dari Diskoria dan juga sempat tergabung di band shoegaze “urban legend†dari Jakarta, Sugarstar. Simak perbincangan kami mengenai single baru Sugarstar, kolaborasi dengan Iwan Fals, spot-spot hangout terbaik di Jakarta dan Bandung versi Merdi, dan tentunya proses penggarapan album Diskoria…
Halo Merdi! Apa kabar? Sepertinya sedang sibuk mengerjakan proyek Studio Pop ya? Ceritakan sedikit tentang Studio Pop dan kolaborasi-kolaborasinya
Â
Halo Aldy, kabar gue baik, semoga lo dan keluarga juga dalam keadaan baik ya. Studio Pop iya nih, tapi sebenarnya untuk season 2 sih itungannya sudah rampung ya, tinggal tunggu lagunya rilis secara resmi aja di kanal digital. Jadi untuk Studio Popnya sendiri sekarang paling dalam tahap preliminary membahas rencana season berikutnya aja. Untuk detail kolaboratornya jujur masih dalam pembahasan sih, jadi belum ada nama pasti. Sekedar info Studio Pop itu kaya wadah kolaborasi antar musisi, seniman, penyanyi gitu dan kebetulan Diskoria adalah host-nya. Untuk pemilihan kolaborator memang bisa datang dari industri yang diluar musik juga, asal dirasa cocok spirit dan karakternya.
Sudah sampai mana nih proses pengerjaan album Diskoria?
Diskoria sekarang masih dalam tahap menyicil lagu buat album sih, masih tahap awal banget hitungannya. Setiap minggu sebisa mungkin kita kumpul untuk update progress lagu-lagunya. Tapi kita juga masih harus menyelesaikan beberapa project yang harus rampung sebelum album sih, masih berhubungan dengan single-single yang sudah rilis sebelumnya, semacam follow up promo setelah rilis gitu lah kira-kira.
Setelah berkolaborasi dengan Dian Sastro, Joe Taslim, Eva Celia dan Afifah Yusuf, siapa lagi yang sedang diincar untuk kolaborasi? Dengar-dengar sedang mengerjakan proyek dengan om Iwan Fals juga ya?
Â
Untuk di beberapa lagu yang akan datang memang banyak nama yang rencananya mau diajak kolaborasi
Bagaimana dengan single yang dikerjakan dengan FLEUR! dan Tara Basro? Ceritakan sedikit mengenai konsep dan proses awal mula kerjasamanya
Â
Â
Kalau Tara lebih karena kita semua selalu suka dengan karya dia di film-film yang dia kerjakan, dan kalau kita pantau di media sosialnya, kelihatan juga kalau Tara juga punya passion di musik, dia suka nyanyi dengan referensi yang ada elemen retrospective-nya, jadi kayaknya seru kalo diajak isi vokal di lagu gitu. Untuk FLEUR! karena sebelumnya kita sudah pernah kerja bareng Yuli (bassist Fleur!) di penggarapan single Simfoni Rindu yang featuring Joe Taslim dan Fathia Izzati. Jadi kebayang bakal seru kalau kolaborasi dengan mereka full band. Akhirnya kita masuk studio bareng aja, ngobrol referensi musik dan akhirnya kebayang mau dibawa kemana musiknya gitu.
Selain Diskoria, ada kesibukan apa lagi nih? Club-club ditutup, bagaimana lo sebagai musisi dan selektor menyikapi ini?
Â
Sekarang ini gue bersyukur banget masih ada kerjaan sampingan jadi music director salah satu grup FNB di Jakarta, jadi walaupun ga ada DJ gigs/events, gue masih bisa kerja seperti mengkurasi playlist untuk di outlet-outlet restoran. Selain itu juga ada beberapa kerjaan lepas yang masih berhubungan sama musik sih, jadi untungnya walaupun di rumah tapi masih bisa beraktivitas yang tetap berhubungan sama musik gitu.
Kabarnya Sugarstar baru rilis single baru ya? Congrats! Apakah ini sesi rekaman baru atau stok lagu lama yang dirilis dan di mastering ulang?
Â
Thank you! Jadi sebenernya ini lagu lama yang dirapihin lagi sound nya sama Joseph (frontman Sugarstar), sama beberapa lagu lain juga. Judulnya “Tellabye”, tapi sebelumnya lagu ini kesebutnya dalam judul “Bitter Kissâ€.
Kemana aja Sugarstar selama ini? Gimana ceritanya Sugarstar terbentuk sampe jadi urban legend di skena shoegaze lokal?
Â
Sugarstar itu terbentuk di tahun 2001 atau 2002, personilnya rata-rata teman sekolah di SMA (beberapa saling kenal dari SMP juga). Waktu lulus SMA di tahun 1999 kita sempat bikin semacam tribute band untuk Smashing Pumpkins gitu (maklum anak SMA 90an hahaha). Tapi kemudian bandnya sempat berhenti karena Joseph (vocal/guitar) dan Sulung (guitar) di tahun 2000 itu pergi ke luar negeri untuk sekolah. Selang 1 atau 2 tahun kemudian mereka kembali ke Indonesia dan langsung membuat materi lagu bareng. Di situ gue (bass) dan Haryo (drums) yang juga tergabung dalam band sebelumnya akhirnya ikutan lagi. Selang beberapa waktu juga akhirnya gue ajak seorang teman di band gue yang lain; Christ (guitar) untuk melengkapi formasi jadi 3 gitaris biar soundnya lebih rame gitu. Bedanya dari band yang dulu, di band yang ini kita langsung mengulik lagu sendiri. Dan karena Joseph sepulang dari Jerman juga bikin studio Sinjitos, akhirnya lagu-lagu ini sekaligus bisa direkam juga, dan jumlahnya banyak banget sih, kalau tidak salah sampai 60 lagu sudah terekam.
Â
Kalau akhirnya sampai jadi bahan omongan itu bisa dibilang karena faktor “apes†band-nya kali ya, hahaha karena hard disk Joseph crashed dan tidak ada backupnya. Jadi tidak ada official release apa-apa selain ikutan di 2-3 album kompilasi. Sedangkan materi lagu yang saat itu sudah terlanjur beredar di antara teman-teman dekat malah dapet respon yang bagus. Nah waktu itu impactnya ke band jadi kaya ada sedikit pergantian direction music; semacam mau bikin fresh start lagi gitu, yang akhirnya membuat beberapa personel memilih untuk tidak ikut melanjutkan (termasuk gue) dengan alasan karena keterbatasan skill kali ya hahaha. Akhirnya band ini jadi stagnan aja, dan jadi tenggelam di kesibukan masing-masing. Padahal orang yang saat itu udah denger demonya jadi pada ngobrolin lagu-lagunya, malah sampai ada yang ngebuatin myspace tribute page gitu, dari situ akhirnya malah jadi dibilang “band mitosâ€; band yang hanya diobrolin di tongkrongan saking minimnya informasi selain beberapa foto dan lagu yang beredar di internet hahaha.
Ada beberapa cool spots favorit untuk hangout?
Â
Kalo gue dulu sebelum pandemi selalu ke Zodiac atau ke Slits sih, weekdays gitu abis meeting-meeting mampir dulu sebelum pulang. Kalo lagi di Bandung gue suka banget ke Peels sih. Selain karena kenal sama orang-orangnya, di tempat-tempat tadi itu kaya gue bisa dapet knowledge baru soal music gitu juga. Kaya di Zodiac, gue kan ga begitu dengerin jazz, tapi pas kesana hari Selasa biasanya ada acaranya Bergas (Insound) yang muter macem-macem jazz dan turunan interpretasinya, jadi seru denger musik baru yang gue belum pernah denger sebelumnya sambil ngobrol sama temen gitu.
Â
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Merdi archives , Wahyuacum & Diskoria.Selekta
Layout by Prita