“Instinct of survival: ajaib ketika kita sadar punya kemampuan luar biasa dengan segenap keyakinan bahwa kita akan baik-baik saja. Shit happens anytime tapi kita tetap bisa bertahan.â€
Â
Ken Terror adalah seorang ilustrator (Mayhem Studio) yang karya-karyanya banyak terlihat di kover-kover band punk dan metal. Selain membuat logo-logo band dan mengerjakan beberapa komisi untuk record label dan brand, Ken juga pernah menabuh drum di Hark! It’s a Crawling Tar-tar dan menjadi bassist Kontrasosial. Mari berbincang dengan Ken mengenai Rachel Goswell, ilustrasi pointilisme nya, band alternatif baru nya Sunbath dan tips relaksasi selama pandemi agar tidak overthinking dan burnout…
Â
Apa kabar Ken! Kemana saja selama ini? Sedang sibuk mengerjakan proyek ilustrasi apa saja?
Â
Kabar baik! Mengurung diri menjadi anti-sosial di ruang kerja, sama seperti biasanya bahkan ketika belum ada istilah PPKM. Sedang disibukkan oleh overthinking. Kidding! Haha. Selain komisi ilustrasi band dan brand, juga personal project merch – Mayhem Studio.
Â
Ternyata PPKM tidak terlalu berpengaruh ya untuk orang-orang seperti kita yang anti-sosial dan banyak berkerja dirumah? Hahaha. Gimana efek positif dan negatif pandemi yang elo rasakan dari sisi profesional dan personal lo?
Â
Betul! Tapi ada sedikit keanehan, justru ketika orang-orang mulai terbiasa di rumah, saya yang introvert dan pemalu, mempunyai keinginan untuk keluar rumah yang kadang lumayan meronta. Haha. Efek positifnya bisa lebih fokus mengerjakan berbagai pekerjaan dan hobi karena tidak ada pilihan lain selain tinggal di rumah, cuma ada kala nya burnout. Lalu bisa lebih relax dengan berbagai hiburan rumahan sebagai penyeimbang kesehatan hati dan pikiran.
Â
Â
Bagaimana situasi relax terbaik versi Ken Terror?
Â
Dalam konteks bekerja dengan metode manual, bekerja secara digital pun menjadi salah satu cara untuk berelaksasi. Ujung-ujungnya kerja lagi, haha. Short trip, hiking manja, hotsprings, vinyl spinning, Netflix, dan bermain musik adalah kebahagiaan tersendiri. I need a break from my singleness…
Â
Bagaimana dengan sisi musikal lo? Ceritain dong sedikit tentang band alternatif baru lo, Sunbath…
Â
Iya, setelah lepas dari band punk yang satu, yang ini mulai diseriuskan. Saya dan teman-teman ingin mengajak beromantisme ke dekade 90an. Secara musical kami mengambil referensi dari Throwing Muses, The Juliana Hatfield Three, The Cranberries, Hole, L7, Lemonheads, dan The Smashing Pumpkins. Tercatat dalam voice note, lagu-lagu kami mulai dibuat tahun 2017. Awalnya kami hanya bertiga yaitu Moyan yang juga bermain gitar di Bananach dan Zali, drummer Ancient yang memutuskan untuk bermain bass. 3 tahun kemudian seiring bertambahnya personel yaitu Zulfi yang banyak malang melintang di band-band metal. Setelah 3 tahun berjalan, kami kemudian menyelesaikan rekaman dengan budget seadanya yang kami mampu dengan rencana awal mau self-release. Kemudian tawaran datang dari Oblivion Records, setahun kemudian resmilah CD EP kami bertajuk ‘Strange Day’ yang dirilis oleh label tersebut.
Â
Karya lo yang ada di cover “Dasawarsa Kebisingan†terlihat terpengaruh poster Rusia konstruktivist. Apa saja influence-influence lo dalam departemen design dan ilustrasi?
Â
Itu tidak terlepas dari sang penggagas kompilasi, saya hanya meng custom dengan style saya sendiri. Yang pasti Pushead, dari awal selalu terpengaruh karya-karyanya. Dari sini lah saya mulai tertarik dan belajar pointillism dengan pengetahuan seadanya. Lalu flashback ke masa remaja, dari sisipan komik di Majalah Remaja Hai saya dulu menemukan Don Lawrence. Komik Letnan Blueberry! Haha urang nyimpen keneh. Alus gambarna jon. Itu ejaan terjemahan bahasa Indonesia. Judul aslinya Lieutenant Blueberry. Lalu dari komik Letnan Blueberry saya menemukan Jean “Mœbius†Giraud. Kemudian terperangah oleh karya Todd McFarlane dengan Spawn nya, dimana saya terobsesi oleh ilustrasi hitam putih high contrast. Semakin kesini seiring arus informasi mulai melimpah ruah, begitupun dengan influence yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena banyak, haha. Tapi beberapa di antaranya adalah Jim Phillips, Virgil Finlay dan Dan Seagrave.
Â
“Getting older is weird. Amazing how time turns out to be the most expensive thing.â€
How’s getting older feels like to you?
Â
Haha, yes. Getting older is weird. Amazing how time turns to be the most expensive thing. Tapi bagaimanapun juga tetap menyenangkan, hanya sedikit merubah perspective and you’re good.
Â
Orang-orang terobsesi dengan pola hidup sehat sekarang ini, dan itu semakin terlihat di sosial media. Apakah menurut kamu itu adalah sebuah coping mechanism to feel in control in these tough times?
Â
Bisa jadi, sebagian orang juga memang lebih aware akan kesehatan mereka. Saya Pun demikian dengan power walk tiap weekend. Berolahraga dapat memancing rasa bahagia. Sepertinya orang-orang perlu melakukan aktivitas yang bisa membuat bahagia. Tentunya aktivitas-aktivitas yang bisa menghasilkan hormon endorphine, dopamine, oxytocin, dan serotonin.
Â
Apa hal-hal positif yang baru kamu temukan di saat krisis 2020-2021 ini?
Â
Menggali instinct of survival, ajaib ketika kita sadar punya kemampuan luar biasa dengan segenap keyakinan bahwa kita akan baik-baik saja. Shit happens anytime tapi kita tetap bisa bertahan.
Â
“Rasanya seperti mimpi walaupun sekedar say hi atau sharing tentang kucing hilang dengan Rachel Goswell (Slowdive).â€
Â
Pertanyaan terakhir: Bagaimana rasanya bisa keep in touch dengan seorang Rachel Goswell (Slowdive)? Dari seorang fans menjadi sahabat pena?
Ini sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan, haha. Rasanya seperti mimpi walaupun sekedar say hi atau sharing tentang kucing hilang dan topik lainnya yang ringan atau berat. Yang pasti kita harus tau waktu dan kondisi kapan berkomunikasi dengan mempertimbangkan privacy.Â
Â
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Ken Terror archives
Â
Â
Â