Yudi ‘Ryuka’ Setiawan, atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Baruz, adalah vokalis yang sudah malang-melintang bermain di beberapa band. Dari unit hardcore era Saparua-nya, Balcony, sampai proyek-proyek metal-nya seperti Konfliktion dan Godless Symptoms. Mari berbincang dengan Baruz mengenai reissue diskografi Balcony, album baru Godless Symptoms dan alasan kenapa Baruz resign dari Konfliktion. Here goes…
“Saya juga gatau ya kenapa tiap ketemu orang atau teman mereka bilang album (“Metafora Komposisi Imajinarâ€) ini tuh masterpiece pisan. Saya juga sempet bingung dan ga ngerti kenapa orang punya penilaian seperti itu. Materi yang kita buat saat itu berarti masih relevan untuk didengarkan sekarang.â€
Halo baruz! Sekaranglagi aktif main band apa aja? Bisa elaborasi sedikit?
Halo Aldy alhamdulillah damang. Sehat-sehat? Sekarang aktivitas band yang saya jalananin full cuma Godless Symptoms. Setelah Balcony bubar di tahun 2017 dan baru saja resign dariKon:flik:tion di Maret 2021 kemaren..
Â
Bisa ceritain sedikitproses reissue Balcony dengan Grimloc Records?
Balcony album “Metafora Komposisi Imajinar†bakal di reissue sama Grimloc dan Disaster records. Rencananya dibikin vinyl. Sebenernya ini rencana dari tahun 2016. Saya sempet punya source agak lumayan terus di remaster ulang di Red Studio. Tapi hasilnya masih jauh dari harapan. Waktu berlalu dan kita cari sumber yang paling bagus. Akhirnya Febby (Drummer Balcony, Kidsway) sempet nemu file-file lama Balcony album Metafora Komposisi Imajinar†itu. Lalu Grimloc kasih ke Hamzah Kusbiyanto yang orang Semarang itu. Hasilnya agak lumayan. Lalu di share di hearing session ke temen-temen. Dan itu sudah paling maksimal. Alhamdulillah hasilnya layak untuk dibikin vinyl.
Â
Susah banget euy ngumpulin datanya. Waktu itu nemu master tapi CD nya bermasalah, dari lagu awal sampe lagu akhir ada featuring scratch dari DJ Eone. Tapi lagunya terus muter. Sudah diakalin scratch-nya masih tetap kebawa. Setelah hampir 6 tahun kita akhirnya bisa menyelesaikan remaster-nya. Mudah-mudahan lancar lah untuk dirilis ke dalam bentuk 12 inch vinyl. Lalu ada Balcony x Homicide 7 inch vinyl, karena sudah 2 kali kolaborasi dengan Homicide di “Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhanâ€, dan juga di album reuni Balcony (Februari 2013) yang lagu “Memoar 98â€. Setelah 2 vinyl ini rilis rencana-nya mo rilis CD complete discography. Karena baru minggu kemarin ini saya juga nemu master album “Terkarbonasi†(1999) yang hasil audionya masih sangat aman. Sambil mencari master album-album atau single-single yang tercecer diluar.
Â
Bisa ceritakan sedikit tentang materi-materi album baru Godless Symptoms; “Satir Getirâ€, yang baru dirilis Disaster Records?
Â
Prosesnya itu selepas 2017 kita merilis album keempat “The Deaf and the Wastedâ€, dan melakukan promo dan tur pendek. 2018 Tommy (founder dan eks-gitaris Godless Symptoms) yang juga adik saya, keluar. Setelah 15 tahun bareng dan dia keluar agak berat juga, jadi saya sempat memvakumkan band ini. 2020 awal pas masa pandemi saya pikir band ini harus tetap menghasilkan sesuatu. Pas awal-awal pandemi studio-studio pada tutup dan kita hanya bisa ketemu via video call. Tapi karena sudah diniatkan akhirnya bisa menyusun materi-materi yang dibikin dari jarak jauh via sharing Whatsapp.
Â
Memang Febi (bassist) dan Ryan, gitaris baru kita, saya kondisikan untuk berkumpul di rumah Febi untuk membuat recording digital, dengan materi-materi yang sebelumnya sudah dibuat oleh gitaris lama kita Dicky. Kemudian di share ke saya dan Goestie drummer kita. Setelah lagu-lagu-nya fix saya masukin vokal dan coba bikin demo. Akhirnya 8-9 lagu fix kita record di Red Studio dengan kondisi workshop cuma 3-4 kali. Ga terlalu banyak waktu di studio rehearsal. Album ini cukup berbeda dari yang sebelum-sebelum-nya karena kita sempat membuang 20 lagu yang saya pikir sudah pernah ada di album-album sebelumnya. Dengan ada gitaris baru dan tuning gitar yang semakin rendah, jadi lebih low dan heavy sound-nya sekarang.
Â
Menurut Grimloc album “Metafora Komposisi Imajinar†layak dijadikan vinyl karena ini album esensial dan mercusuarnya Balcony. Kalau personal favorite lo sendiri dari diskografi Balcony yang album mana? “Instant justice†yang lebih hardcore tradisional atau “Terkarbonasi†dengan sound yang lebih modern mungkin?
Jelas “Metafora Komposisi Imajinar†karena di album ini melebur semua komponen. Album satu straight hardcore, di album kedua banyak referensi band-band mainstream, kaya kita mengadopsi Snapcase dan Refused. Jadi lebih variatif dan dark. Nah di album ketiga semua komponen ini melebur di dalam satu karya. Ya saya juga gatau ya kenapa tiap ketemu orang atau teman mereka bilang album (“Metafora Komposisi Imajinarâ€) ini tuh masterpiece pisan. Saya juga sempet bingung dan ga ngerti kenapa orang punya penilaian seperti itu. Materi yang kita buat saat itu berarti masih relevan untuk didengarkan sekarang.
Â
Album reuni juga sangat berkesan buat saya. Dibuat setelah ga ketemu 8 tahun. Karena Red Studio menawarkan membuat EP saat itu. Ada 4 lagu baru dan 3 lagu lama yang kita rekam. Sesama personil jarang ketemu pas recording kecuali pas take vokal. Kesibukan masing-masing pada saat itu ya Febby di Noah, almarhum Jojon jadi road manager Geisha dan d’Masiv. Ramdan di Burgerkill, dan saya di Godless Symptoms. Awalnya dari panggung reuni sih jadi ngobrol dan ketemu lagi, lalu keluarlah album reuni itu.
Â
“Dulukan jaman analog ya mau ga mau harus briefing pake gitar kopong, direkam pake walkman yang ada recorder. Jadi semua emang kumpul. Tapi karena saya masih ngeband sampai era sekarang berarti saya juga menikmati semua perubahan tersebut. Ya mau gimana lagi. Teknologinya udah deras kaya gini.â€
Bagaimana rasanya ngeband di era digital dengan adanya sharing file Whatsapp, Zoom, Google Drive, virtual concert dan streaming Spotify? Mengingat lo udah ngeband dari era Saparua, apakah sulit untuk beradaptasi?
Akhirnya kita semua harus beradaptasi dengan itu. Dulu kan jaman analog ya mau ga mau harus begitu kalau mau punya karya. Briefing nya pake gitar kopong direkam pake walkman yang ada recorder. Jadi emang ga sekedar share gitu aja, semua emang kumpul. Lalu kita bawa ke studio latihan buat merealisasikan apa yang kita udah briefingkan. Sekarang sebenarnya kerjaan-kerjaan dipermudah dengan adanya file sharing dan lain-lain. Tapi karena saya masih ngeband sampai era sekarang berarti saya juga menikmati semua perubahan tersebut. Ya mau gimana lagi. Teknologinya udah deras kaya gini. Tapi bagi saya menarik-menarik aja karena kita juga bisa spread musiknya lebih luas, orang dimana aja bisa dengar musik kita. Kalau jaman analog kan ya kaset kita emang harus beredar sampe ke temen-temen di Malaysia, Eropa, Singapur, Amerika agar mereka bisa dengar. Buat saya ya plus minus, selama saya masih bisa enjoy dengan itu semua sih ga ada masalah.
Lalu bagaimana dgn Kon:flik:tion? Saya juga melihat lo suka perform pakai topeng di panggung? Lalu kenapa akhirnya memutuskan untuk resign dari Kon:flik:tion?
Emang saya bikin Kon:flik:tion pengen beda dengan Balcony dan Godless. Musiknya lebih fresh dan heavy. Kenapa saya pake topeng sebenernya saya pengen orang liatnya itu bukan saya haha. Akhirnya jadi keterusan. Setelah 2 EP, 1 LP dan 1 kaset live dan DVD “The First Two Yearsâ€, saya memutuskan untuk keluar karena udah ga se visi dengan personil yang ada. Saya memutuskan untuk fokus lagi di Godless. Kon:flik:tion saya bikin pas Godless vakum setelah Tommy resign dari Godless. Karena ada ketidak cocokan lagi yang terjadi di Kon:flik:tion itu sendiri jadi akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari band
itu.
Lo tadi nyebutin Refused dan Snapcase sebagai pengaruh besar untuk Balcony. Kalau band dan album-album yang nge-shape musikalitas lo dari dulu sampe sekarang apa aja?
Selain main band sedang sibuk kerjain apa aja? Denger2 siaran juga ya di ext moshpit?
Menjual merch import / lokal dari vinyl sampe kaos di Krow Music Dealer. Dari dulu dijalanin sampe sekarang. Siaran juga di Extreme Moshpit hari kamis jam 4 s/d jam 6 nama acara-nya Rebel Yell, sebuah acara yang dirancang almarhum Ebenz untuk memutarkan lagu-lagu klasik angkatan kita. Saya ngebahas album Minor Threat bersama sejarahnya, juga movement si Ian MacKaye misalnya. Ngebahas The Clash, atau ngebahas thrash Bay Area. Atau grindcore awal-awal era Earache records.
Personal fave saya dari Balcony adalah “Terkarbonasiâ€, karena pas tahun 1999 beli kasetnya, cukup berbeda dengan band-band hardcore lokal lainnya. Mungkin ada sound yang sekilas terdengar seperti peleburan dari Refused, Deftones, dan Korn, yang jauh dari musik hardcore tradisional. Bisa cerita sedikit tentang album “Terkarbonasiâ€?
Sebenarnya setelah “Instant Justice†kita masih berlima. Pas mau buat album kedua bassist yang lama dan gitaris yang satu lagi cabut dari band. Cuma ada 3 orang tersisa dari 5 orang yang ada di album pertama. Kita punya rasa yang sama saat itu, apalagi ada gejolak-gejolak reformasi tahun 1998, terus ditambah banyak faktor lainnya, jadi mengalir begitu saja. Setelah 2 personil keluar, kita bertiga jaid lebih intens bertemu dan keluarnya seperti itu, sebuah album yang lebih dark.
Rencana-rencana selanjutnya dengan Godless Symptoms?
Yang jelas bakal terus promo, mau bikin music video dan beberapa projek lainnya yang juga udah saya susun. Ada juga projek solo saya udah jadi sekitar 4 lagu, cuma masih belum yakin apakah materi-nya sudah matang atau belum. Ada beberapa lagu yang udah jadi sih. Yang pastimah saya bakal terus main band aja. Ya sudah disini aja saya, main band aja total dan bisnis yang masih ada hubungannya dengan band atau musik. Masih menjalankan Krow Music Dealer juga. Tetap yakin aja dan konsisten, insyaallah semua bakal ada jalannya.