Faizal Budiman, yang lebih dikenal dengan panggilan Bob, adalah salah satu founder Hallway Space Bandung yang terletak di lantai 2 pasar Kosambi. Hallway akhir-akhir ini menjadi ramai dan dipenuhi tenant-tenant yang bervariatif, dari ramen, clothing brand sampai toko musik. Bob juga memiliki banyak usaha lain, 2 diantaranya adalah brand headwear Beatbobe dan Bakmi Badami yang bukanya sesuka hati tapi sempat viral di Tiktok. Bob pun akhir-akhir ini banyak membuat konten yang cukup viral di Tiktok dengan mendokumentasikan tempat-tempat usaha yang sudah berdiri puluhan tahun di Bandung. Simak obrolan JEURNALS dengan Bob…
“Hallway Space dan Bakmi Badami adalah produk-produk yang pada awalnya tidak direncanakan..â€
Halo Bob! Bisa ceritakan sedikit tentang histori awal Hallway Space sampai sekarang ini?
Jadi Hallway ini adalah produk yang tidak direncanakan. Tahun 2018 Bob masuk sewa 1 toko untuk jadi gudang Wearbobe, karena gudang dirumah udah kepenuhan akhirnya sewa di pasar Kosambi. Sebetulnya ada yang lebih dulu sewa di Kosambi, ada partner Bob si Robby. DIa emang anak pasar banget, dari tahun ‘90an keluarganya sudah punya beberapa toko di pasar Kosambi. Akhirnya Robby sewa 1 toko dan ngajak Bob untuk sewa juga disitu. Lalu kita lihat ada potensi lebih di Pasar Kosambi lantai 2. Bisa dibikin sesuatu. Kita coba datengin Gudang Selatan, Pasar Santa, sekarang ada M-Bloc. Kita coba patungan bikin prototype 7 toko Maret 2019, dalam perjalanan pembangunan itu di 2019 bulan Juni pasar Kosambi kebakaran. Kita lanjut Oktober menunggu kelayakan gedung sekitar 3 bulan. Keadaan produk kita sendiri ga bisa terjual. Kita mulai lagi bulan November dan kehabisan modal, akhirnya dari 7 toko jadi 20 toko pelebaran. Pas awal covid berhenti lagi pembangunan. Dan singkat cerita si Hallway Space ini impact-nya lumayan sudah ada 70 toko sekarang. Soft launching di 1 Oktober 2020.
Gimana dulu awalnya kepikiran untuk membuat Hallway Space di lokasi pasar Kosambi?
Awalnya karena dulu pas nyari space toko yang harganya murah di kota Bandung lumayan susah. Akhirnya kita inisiasi bareng Robby. Kenapa ga membangun toko di tempat kita sendiri? Lalu ngajak partner Pampam dan Galih. Akhirnya kita punya toko yang lumayan proper dengan harga sea yang tidak terlalu mahall. Mungkin itu jadi daya tarik buat beberapa tenant yang masuk. 20 toko pertama yang cukup sulit untuk diyakinkan, kita kasih trial sewa 1 tahun gratis 1 tahun. Lokasi pasar Kosambi juga cukup strategis, ada di tengah kota Bandung. Bisa jadi titik temu untuk teman-teman yang bergerak di industri kreatif.
Peran dan aktivitas Bob di Hallway sekarang apa saja?
Memang dari awal Bob yang megang perputaran finance. Dari perputaran keuangan, sewa menyewa, bayar membayar semua masuk ke Bob. Dibantu sama yang lain juga di bagian program dan konten. Selain itu juga membantu di program untuk komunitas atau pameran.
Bisa ceritakan sedikit mengenai “secret spot†Bakmi Badami dan konsep “buka sesuka hati†nya?
Sebetulnya Badami juga adalah produk yang tidak direncanakan. Waktu itu lagi isoman, udah bingung mau makan apa. Beli bahan untuk bikin bakmi ternyata rasanya lumayan. Saya coba upload di story IG. Pada banyak yang nanya untuk PO. Akhirnya beberapa teman banyak yang suka. Dulu namanya ‘Mendadaks Bakmi’. Kita bikin brand dan media sosialnya akhirnya nemu nama ‘Bakmi Badami’. Lalu bikin dine-in yang awalnya cuma untuk teman-teman aja. Karena keterbatasan area rumah. Tapi beberapa teman membuat konten dan jadi viral, jadi mulai banyak yang nanyain. Akhirnya kita bikin sistem reservasi dan setiap orang datang tidak boleh menyebarkan alamat rumah kita. Jadi semacam buka sesuka hati di tempat rahasia.
Apakah ada rencana untuk membuat cabang atau tempat yang lebih permanen untuk bakmi Badami?
Sudah direncanakan, dan membuat second brand namanya ‘Upami’. Karena ‘Badami’ itu memang spesial saya dan istri yang mengerjakan. Nanti akan coba ‘Upami’ di satu tempat dengan menu dan material bahan yang berbeda, dan bisa lebih permanen tanpa reservasi. Mungkin bisa buka tiap hari. Kita masih mencari tempat yang otentik, ga terlalu bagus dan ga neko-neko. Mungkin yang bernuansa jadul.
Lo juga punya brand headwear Wearbobe. Bisa elaborasi sedikit mengenai brand tersebut?
Nah kalau ini adalah brand yang direncanakan hahaha. Sekitar 2014 menemukan penjahit dengan kualitas jahitan yang bagus. Di 2015 sudah mulai develop disitu. Tahun 2008 ada kegelisahan karena rambut saya kribo sendiri pada jaman itu orang lain rambut emo haha, jadi nyari topi yang cocok dan berkualitas itu susah banget. Akhirnya berencana cari penjahit dan buat topi sendiri. Memang sangat segmented, tapi kalau dikerjakan dengan serius dan produknya dibuat dengan baik, mungkin si brand akan bertahan dan produk akan terjual. Jadi Wearbobe ini seperti proses pengalaman dan pembelajaran untuk Bob sendiri untuk mengasah mental ketika usaha gak laku itu harus diapain. Jadi kalau gak kuat-kuat banget dengan produk segmented seperti ini cukup berat untuk bertahan 7 tahun. Dan sekarang sudah bisa menarget penjualan offline dan online sehingga marketnya sudah terbentuk.
Lo juga aktif di membuat reels IG dan Tiktok mengunjungi resto dan tempat-tempat usaha klasik yang cukup hidden gem di Bandung. Apa ketertarikan lo untuk mereview dan mendokumentasikan tempat-tempat tersebut?
Sebetulnya gak tau dari kapan, ada rasa ketertarikan terhadap bangunan-bangunan tua yang muncul. Setiap melihat sesuatu yang berbau vintage atau klasik itu selalu tergugah untuk mendokumentasikan nya. Pengen juga mungkin memilikinya kalau punya duit hahaha. Awalnya sih dari bangunan rumah aja, seiring berjalan waktu kaya mulai suka toko atau tempat-tempat usaha yang mempertahankan bangunan lamanya. Dan keren nya si usaha nya masih bertahan sampai sekarang. Jadinya makin suka dan senang ke produk-produknya. Mungkin ini the real UMKM ya, masih bertahan selama puluhan tahun dan masih berjualan sampai sekarang. Di Bandung itu banyak banget toko-toko yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan belum keangkat. Dari setiap dokumentasi yang diambil, Bob juga selalu menyisipkan hashtag di setiap konten nya #tuamempesona. Biasanya mencari spot-spot tersebut itu suka meluangkan waktu jalan pagi dan menyusuri Google Maps. Sebenarnya konten tersebut lebih ke flashback dan nostalgia untuk membuka memori lama, mungkin ada yang pernah ke situ sama keluarganya dulu. Nostalgia lah, bukan itu membuat tempatnya jadi viral.
6 spot makan / spot vintage favorit Bob yang menarik dan harus dikunjungi?
1. Akiat Layangan. Keren banget dia punya julukan “The Killer†di dunia layangan. Tokonya tidak diubah menjadi modern tapi mempertahankan struktur lamanya yang keren.
2. Susu Murni Ijan. Dulunya itu jadi tempat nongkrong anak muda yang bolos sekolah dan pacaran disitu. Anak muda yang dulu pernah ke Ijan itu mungkin sekarang sudah umur 35 atau 40 keatas.
3. Barbershop Jl. Saad. Kata tukang cukurnya barbershop ini sudah ada sebelum tahun 1949. Sekarang udah dijalankan oleh generasi ketiga.
4. Sumber Hidangan Braga. Sebagian orang mungkin sudah tahu. Tapi menurut Bob ini keren banget. Konon dia ini bakery pertama di Bandung, dan dia mempertahankan kualitas roti-rotinya, bangunan nya sudah tua banget dan yang jaga sudah tua-tua.
5. Toko Diva Jl. ABC. Dia jualan alat lukis yang cukup lengkap. Bangunan masih bangunan lama dan displaynya vintage banget, seperti display di foto-foto lamanya. Kalau ga merhatiin pasti kelewat karena ada di sebelah kanan dan menyatu dengan pedagang-pedagang lain.
6. Toko Selai Negro Brand Jl. Veteran. Kemarin bikin konten ini di Tiktok cukup heboh, akhirnya Bob take down dan akhirnya nama kontennya diganti jadi toko selai aja. Selai nya enak-enak disini. Nama brand nya dianggap rasis oleh netizen, takutnya netizen berpikir negatif toko ini padahal secara produk selai-selai di toko ini tuh enak banget.
Rencana Hallway Space kedepan nya? Dan beberapa hal yang ingin lo upgrade di Hallway?
Rencana kedepan untuk saat ini masih mempersiapkan banyak strategi supaya Hallway bisa sustain. Hal yang di upgrade bisa dari personalitynya entah dari management atau tenant biar bisa lebih maju dan sekarang lagi banyak menggodok kemungkinan-kemungkinan untuk Hallway agar bisa membuka sesuatu yang baru diluar Pasar Kosambi.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Bob’s archive & Sowan Suwun