Sepertinya seorang pelukis berumur 66 tahun adalah hal terakhir yang kamu pikirkan jika kamu melihat ilustrasi merchandise T-Shirt band Gabber Modus Operandi. Pak Supomo (Fu He Po) adalah seorang pensiunan pabrik garmen kelahiran 1955 yang hobi menggambar. Belajar menggambar secara otodidak sejak kecil tanpa pendidikan seni rupa, Pak Supomo putus sekolah sejak kelas 2 SMP. Setelah pensiun dari pabrik pada tahun 2019, Pak Supomo mulai menggambar dan menjadi full time artist. Pak Supomo mulai menggunakan moniker “Seni Kanji†dan menggunakan alat gambar konvensional seperti spidol dan pulpen gambar diatasmedia kertas karton. Diantara ratusan ilustrasi yang malang-melintang di Instastories, feeds dan retweet-retweet Twitter, sepertinya gaya visual Pak Supomo cukup stand-out dibanding yang lain. Lupakanlah orisinalitas karena menurut salah satu quotes karya Seni Kanji: “Pencipta itu cuma satu, sisanya semua peng-copy†.
Walaupun baru aktif sebagai full-time artist dari 2019, Seni Kanji sudah melakukan beberapa eksibisi yang menuai respon positif. Dimulai dari eksibisi intim di Kedai Juru / Arena pada tanggal 25 Jan-5 Februari 2020, lalu Seni Kanji melakukan “invasi†di Grammars pada tanggal 12-24 Februari dengan tema “Jalinan Kasihâ€. Eksibisi ini berkerjasama dengan Bakmie Tjo Kin, yang juga memiliki karakter asian vintage seperti Seni Kanji. Selain eksibisi, Seni Kanji juga merilis beberapa produk disini seperti Kalender dan Tote Bag, juga persembahan live drawingnya yang menarik. Terakhir Seni Kanji sedang melakukan eksibisi dan lelang karya “Sekalipoen Radja Tetaplah Tamoe†di Satu Pintu Coffee pada tanggal13-14 Maret 2021.
Produktivitas dan masifnya karya Seni Kanji terlihat dari banyaknya artwork yang di-upload Pak Supomo di feeds akun Instagramnya secara rutin. Yang menarik dari karya Seni Kanji menurut kami adalah humor antik dan elemen klasik dari setiap drawingnya. Melihat kalendernya saja seolah kita baru membeli kalender dari jaman dahulu melalui mesin waktu, layaknya sebuah kalender yang kita lihat di toko kelontong jadul. Elemen nostalgia dan stroke-stroke garis simple di drawing Seni Kanji juga memperlihatkan keluguan yang menjadikan karya Pak Supomo ini ke wilayah seni “low brow†yang justru lebih menarik ketimbang senirupa high art yang pretensius. Kehidupan sehari-hari pun menjadi inspirasi Pak Supomo untuk berkarya. Hand Lettering karakter budaya Tionghoa yang dipakai Seni Kanji menghiasi quotes-quotes yang kadang bercanda (“Kalo bisa ngaret kenapa mesti on time?â€), kadang serius (“Jangan membenci dirimu karena itu tugas orang lainâ€) dan seringkali, keduanya (“System yang paling baik adalah sound systemâ€)
Kakek yang memiliki 2 cucu laki-laki ini juga mempunyai hobi mendengarkan kaset pita. Hobi mendengarkan musik ini juga mempertemukan Pak Supomo dengan berbagai musisi dan band, sehingga banyak commission work dan kolaborasi yang terealisasi. Beberapa diantaranya adalah dengan The Panturas, Gabber Modus Operandi, Sir Dandy, dan juga comission menggambar ilustrasi Iwan Fals sampai Slank. Tak berhenti sampai disitu, Berbagai brand apparel, record label sampai resto pun mulai memperhitungkan artwork Seni Kanji. Brand-brand seperti Vearst, Berak, retail store Toidiholic, sampai movement Lingkar Ganja Nusantara mengajak Pak Supomo untuk berkolaborasi membuat produk apparel. Seller sound system Dunia Dalam Analog, record store Langensrawa, komunitas Young and Useless sampai kartu greeting untuk Sepatu Compass adalah beberapa contoh lain kolaborasinya. Sepertinya kita akan melihat lebih banyak lagi visual dari Seni Kanji dalam waktu dekat, karena Pak Supomo semakin produktif berkarya. “Mulailah berkerja, berhentilah mengeluh†ujar Pak Supomo.