Rilisan baru dari Polyester Embassy tentunya akan selalu dinantikan, karena sejak mereka merilis single “Polypanic Rooms†di tahun 2006, sepertinya mereka sudah menemukan karakter yang tepat. Sebuah racikan yang pas dari space-rock, elektronica, ambient pop dan shoegaze. Saya juga menemukan pengaruh dari band-band seperti The Cooper Temple Clause, Hope of the States, Mansun, The Shins, Flaming Lips sampai Radiohead dan Mew di lagu-lagu mereka. Mereka mengambil unsur-unsur tersebut secara halus dan sudah menemukan karakter sendiri di album ‘Tragicomedy’ & ‘Fake / Faker’, yang keduanya dirilis pada tahun 2006 dan 2011 silam. Kali ini Polyester Embassy hadir dengan formasi: Elang Eby (vokal/gitar), Khrisnamurti ‘utinks’ Wahyu (lead gitar), Eky Darmawan (Vokal/ Gitar), Dissa Kamajaya (Synthesizers/Backing vokal), Ridwan Aritomo (Bass) dan Pramaditya Azhar (Drum). Beberapa isian drum di album ini masih melibatkan mendiang Givari. Sedangkan sosok drummer baru mereka, Pramaditya Azhar, juga turut mengisi drum di beberapa lagu, plus satu lagu berjudul “Can I Fly†yang diisi oleh kedua sosok drummer ini.
‘EVOL’ hadir di tahun 2023, tepatnya 12 tahun setelah mereka terakhir merilis album (yang pasti membuat pembaca bertanya-tanya berapa umur para personilnya sekarang). Tanpa disangka, ‘EVOL’ masih mengusung jenis musik yang sudah nyaman mereka bawakan selama ini. Hanya saja disini, mereka terlihat jauh lebih matang secara produksi, aransemen dan sound. Track pembukan “Can I Fly†seolah meneruskan mood yang sama dan menjadi mesin waktu yang membawa kita ke era 2000an akhir pada saat baru mendengarkan “Orange is Yellowâ€. Lagu berdurasi 5 menit ini cukup straightforward, dan diakhiri dengan outro yang cukup epik. “Scattered†adalah lagu yang sedikit prog, dengan sinkopasi drumming dan dynamics yang berubah-ubah. Layer-layer synth dari Dissa Kamajaya (synth, backvocal) menambah nuansa dreamy dan “ke’eung†pada saat yang sama. Track ketiga adalah “Parak†yang sudah di publish 2 tahun yang lalu. Sebuah single yang radio friendly, apalagi disini mereka menggunakan lirik berbahasa Indonesia. Melodi yang catchy dari Utink (gitar) dan Ekky (gitar, vokal) bisa menetralisir aransmen PE yang kompleks. “Kerai†adalah lagu yang masih menggunakan bahasa ibu. Lagu ini juga menghadirkan Octavia ‘Heals’ yang mengisi suara latar. Saya menyukai momen-momen dimana Polem bermain dengan disonansi, feedback, arpeggio dan berubah menjadi band yang sangat eksperimental di sebuah track yang awalnya sangat easy listening. Tentunya part-part seperti ini akan menarik jika direalisasikan di live show mereka yang didukung oleh sound dan pencahayaan yang mumpuni. Dan mereka masih memberi kejutan di akhir lagu: sebuah part outro dengan gitar akustik untuk meredam jam session noisy mereka.
“Ruins (II)†adala sebuah re-interpretasi Polyester Embassy untuk lagu Polyester Embassy sendiri yang sudah hadir di album pertama mereka (“Ruinsâ€). Ternyata mereka adalah band yang cukup kritis, bahkan kepada dirinya sendiri. Disini mereka mempersembahkan sebuah versi lain dari lagu “Ruins†yang lebih shoegazing, noisy dan sedikit dreamy. Diakhiri oleh crescendo yang lebih klimaks, i have to say this is the better version of “Ruinsâ€. “Laugh And Swell†sudah jelas memperlihatkan kecintaan para personil Polem terhadap pengaruh electro pop dan indietronica. Lagam vokal di lagu ini sedikit mengingatkan saya pada RNRM (mungkin karena Ekky juga adalah vokalis dari RNRM). Suara latar Janis (anak dari Elang Eby) dan Karina Sokowati di lagu ini sangat menarik dan menjadi salah satu highlight di track ini (selain synth + delay yang catchy). Penultimate track album ini adalah sebuah pop ballad berjudul “Look Out Lookingâ€, yang ditaruh tepat untuk membiarkan penonton menghela nafas setelah mendengar 6 lagu dengan instrumentasi yang kompleks. Lagu penutup, “Kalaâ€, adalah lagu favorit saya di album ini. “Kala†memiliki semuanya: aransmen yang cerdik, instrumentasi kompleks, sound + produksi yang apik, lirik yang well-written dan tentunya quiet / loud dynamics yang pas. Untuk generasi sekarang mungkin Polyester Embassy adalah band yang cukup obscure. Biarkan lagu-lagu Polem merasuki kupingmu dan menetap disitu. Jika kamu belum pernah mendengar rilisan Polem, you can start with this one.
Text by Aldy Kusumah