Berawal dari proyek visioner yang diprakarsai oleh Angga Kusuma (Asiaminor/SSSLOTHHH/Billfold/Collapse) dan Eky Darmawan (Polyester Embassy/Rock N’ Roll Mafia) yang ingin menciptakan sesuatu yang benar-benar belum pernah mereka lakukan dan berbeda dari band-band mereka sebelumnya. Dengan bantuan Alan Davison (Lamebrain) dan Emyr Farand (Asiaminor) proyek ini dikenal dengan nama Suissac. Nama “Suissac” sendiri terinspirasi dari petinju legendaris Muhammad Ali, yang memiliki nama asli Cassius Clay. Dengan kecerdikan, mereka membalikkan nama depan “Cassius” untuk menciptakan julukan unik “Suissac”. Terikat oleh gairah musik yang sama, keempat individu ini memulai perjalanan untuk menembus batasan-batasan musik rock.
Chrome Colosseum menceritakan kisah kehidupan, menggunakan Colosseum sebagai representasi metaforis dunia, dimana seseorang harus bertarung dan bertahan hidup. Suasana chrome/mirror memungkinkan individu untuk merefleksikan diri mereka sendiri. Dalam narasi yang hidup tentang Chrome Colosseum, kehidupan diibaratkan sebagai pertarungan sengit di dalam dinding-dinding luas Colosseum. Ini menjadi arena simbolis, di mana individu harus terlibat dalam pertempuran tanpa henti untuk bertahan hidup dan meraih kemenangan.