Godless Symptoms (GS) adalah salah satu band crossover metal yang sudah terbentuk dari tahun 2003 dan masih bertahan sampai sekarang . Wajah mereka pun terasa familiar karena sudah mewarnai beberapa band seperti Balcony, Konfliktion, Tomorrow is Another Day, Ommerta & Bloodsucker. Rilisan terakhir mereka “Satir Getir†merupakan album ke-5 GS yang dirilis oleh Disaster Records pada November 2021. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda untuk melambat sedikitpun, karena 9 track di “Satir Getir†terasa padat, on point dan no bullshit. Dengan hasil mixing dari Ramdan Agustina (Burgerkill), sound pun semakin prima. Mari berbincang dengan Yudi “Baruz†Setiawan (Vokal), Gusti Sukma Pratama (Drums), Diki Fajar Sidik (Guitar), Feby “Mbi†Rubby Febian (Bass) dan Ryan Pratama (Gitar) mengenai proses rekaman, penting nya komunikasi dalam band dan manggung di penjara Banceuy…
“Kita pernah manggung di Penjara Bandung menghibur para napi tahun 2005. Dan keren nya lagi, LO nya kita adalah kawan kita juga yang sedang menjalani hukuman disana.â€
Halo Godless Symptoms! Apa kabar masing-masing personil selama pandemi ini? Sedang sibuk beraktivitas apa saja di luar band?
Hallo hallo. Alhamdulillah kita semua dalam keadaan sehat wal’afiat dan masih tetap main band walaupun di kondisi pandemic, walaupun aktivitas dari masing-masing personil juga ga sepenuh nya di band. Ada yang kerja kantor juga, tapi karena kita sudah berkomitmen untuk menjalankan band ini, jadi ya sempet ga sempet harus ada agenda yang tetap kita jalankan. Haha..
Album ke 5 kalian “Satir Getir” dirilis tahun kemarin oleh Disaster Records. Gimana awal mulanya memilih Disaster dan proses awal mula pengerjaan album ini?
Proses nya sih setelah kita merilis single “Rengkuh Semadi†pada 2020 lalu, akhir nya semua dari kita bersepakat untuk kembali menulis materi baru dan merilis album baru. Setelah proses kreatif, dan lain-lain, singkat cerita album ini beres. Awal nya album ini mau dirilis oleh Grimloc Records, tapi karena masih panjang juga list mereka untuk merilis album kami, juga karena master album ini sudah terlalu lama menunggu untuk dirilis, akhir nya kami coba tawarkan ke Disaster Records dan dirilis sama mereka.
Bisa ceritakan sedikit tentang tema-tema yang ingin kalian angkat di album ini?
Tema di album ini sih sebenar nya masih sama, saya masih menyuarakan apa apa yang saya rasa ga fair, tentang kehidupan, tentang kemarahan saya melihat pemerintah yang memang sampai kapan pun ga akan pernah berpihak, cuma mungkin di album ini yang saya teriakan lebih ke personal, lebih ke personal depression akibat kekacauan yang dibikin sama pemerintah secara psikologis.
“Album ke 5 kita “Satir Getir” adalah hasil karya yang menggunakan teknologi WA Group di masa pandemi, yang akhirnya bisa melahirkan Album.â€
Kabarnya lagi sibuk shooting untuk video taping live dan video klip ya?
Ya, kita sedang mengerjakan trilogi video. Ada 2 video klip dan 1 live session yang sedang kita siapkan. “Lancang Menerang†dan “Meratus Kalut†music video juga Satir Getir Virtual Ritual (Live session). Kita membuat ini dalam rangka mengerjakan apa saja yang kita bisa kerjakan sebagai pemain band. Hal yang sangat lumrah dan umum aja sih, untuk mempromosikan lagi band ini.
Ada perubahan formasi personil juga untuk album ke 5 ini. Bisa elaborasi sedikit mengenai itu?
Perubahan personil jelas merubah band ini sedikit banyak. Terutama dari materi lagu dan juga proses pengerjaan materi lagu nya. Pasti ada yang berubah, walaupun 80% materi mentah album ke 5 ini masih berangkat dari Diki ( gitar ). Original line up yang tersisa ada saya Baruz, Goestie, dan Diki. Bassist kita Mbi, masuk dari semenjak kita merilis album ke 4 The Deaf & The Wasted pada 2017, dan gitaris baru Ryan, masuk menggantikan Tommy yang keluar pada 2018.
Top 5 album versi masing-masing personil apa saja?
Baruz:
1. Metallica – Master Of Puppets (1986)
Album metal pertama yang saya beli waktu SMP. Dan hidup saya berubah setelah itu. Haha.
2. Guns N’ Roses – Appetite for Destruction (1987)
Kaset yang dibeli almarhum kakak saya pada waktu yang bersamaan, dan akhir nya menyukai GNR sampai hari ini, seperti layak nya saya menyukai Metallica.
3. Anthrax – Among The Living (1987)
Ga tau kenapa, pertama mendengar band ini, langsung ‘klik’ aja sama semua nya, dengan penampilan nyeleneh tidak seperti band band thrash metal kebanyakan, dan dengan suara vokal Joey Belladonna yang mungkin berbeda dengan band band thrash metal yang lain.
4. Sepultura – Beneath the Remains (1989)
Album ini yang menginspirasi saya juga untuk menjadi pemain band. Haha..
5. Mötley Crüe – Dr. Feelgood (1989)
Setelah beberapa kaset dibeli dengan perjuangan yang tidak mudah waktu SMP, akhir nya menemukan album keren ini di Aquarius Dago.
Mbi:
1. Black Sabbath – Heaven and Hell (1980)
Band dan album yang pertama masuk ke telinga saya.
2. Pantera – Vulgar Display of Power (1992)
Di album ini awal masuknya sentuhan hardcore ke Pantera menurut saya, dengan karakter gitar juga yang lebih berat, materi yang berbeda dari band lainnya.
3. Sepultura – Chaos A.D. (1993)
Album yang pertama saya dengar dari Sepultura. Album masterpiece, album sepanjang masa.
4. Slipknot – Slipknot (1999)
Album baru dengan warna musik metal baru pada jamannya, sampai sekarang tidak bosan untuk mendengarkan album ini.
5. Between the Buried And Me – Automata II (2018)
Best progressive metal band yang pernah saya dengar, album penyemangat yang mengajak saya untuk terus berkarya.
Diki:
1. Deftones – White Pony (2000)
2. Vision Of Disorder – Imprint (1998)
3. Lamb of God – Sacrament (2006)
4. Paramore – All We Know is Falling (2005)
5. Slipknot – Iowa (2001)
Goestie:
1. Tool – 10,000 Days (2006)
2. Deftones – Adrenaline (1995)
3. Rammstein – Sehnsucht (1997)
4. Black Sabbath – Paranoid (1970)
5.Rage Against the Machine – The Battle of Los Angeles (1999)
Ryan:
1. Dream Theater – Systematic Chaos (2007)
2. Gojira – The Way of All Flesh (2008)
3. Suffocation – Pierced From Within (1995)
4. Deftones – Koi no Yokan (2012)
5. Mastodon – Crack the Skye (2009)
Apakah kalian masih jamming di studio untuk membuat lagu baru atau di era pandemi ini lebih menggunakan teknologi? Kalian prefer seperti apa sih ideal nya dalam berproses kreatif?
Goestie: Kebetulan hasil dari album ke 5 kita “Satir Getir” adalah hasil karya yang menggunakan teknologi WA Group di masa pandemi, yang akhirnya bisa melahirkan Album.
Baruz: Jamming di studio jelas masih, tapi kalo untuk jaman sekarang sih kita prefer kirim kirim materi lewat digital dulu, karena kan teknologi nya juga udah memudahkan banget, irit biaya juga, haha. Setelah gambaran nya fixed, saya juga udah menggambar vokal nya, dan semua udah oke, baru kita jamming di studio, sambil merekam materi tersebut, untuk kita revisi lagi sebelum disimpan untuk direkam track by track.
Ryan: Yaa harusnya balance sih yaa, kita bisa manfaatkan teknologi untuk membuat raw material yang nantinya akan jadi bahan materi lagu. Naah selanjutnya kalo udah dirasa ok ya perlu jamming buat matengin lagunya sama personil yang lainnya.
Diki: Kalo jamming di studio kita masih lakuin itu sebulan sekali dan selebihnya kita sering keep in touch melalui WA untuk membahas materi-materi untuk next album. Untuk proses berkreatif sendiri ya kita seringnya bikin dulu mentahan trus kita rekam dan buat midi di rumah Mbi, terus kita share lewat WA dan kita matangkan dengan ide-ide masukan dari semua personil. Lalu kita fix kan lagu tersebut.
Mbi: Ya, sejauh ini kami masih jamming untuk melancarkan kekompakan bermusik salah satunya, selain itu juga kami tetap berkomunikasi dan akan terus memulai membuat karya selanjutnya yaitu album baru, yang kurang lebih prosesnya sama dengan album sebelumnya: dengan cara berkumpul dengan beberapa personil yaitu Diki dan Ryan untuk menggambar awal lagu baru yang akan dikemas, ini dilakukan di rumah saya dengan memanfaatkan teknologi home recording seadanya. Ketika gambaran lagu sudah beres.. Next langsung di share ke Baruz dan Goestie untuk evaluasi apabila ada revisi.
Mungkin banyak yang belum tahu makna dari nama band kalian. Bisa ceritakan kenapa memilih Godless Symptoms?
Godless Symptoms itu artinya Gejala Tak Bertuhan. Tentang apapun yang kita jalani di kehidupan bermasyarakat di Indonesia, yang beragam kepercayaan dan agama, tapi pada kenyataan nya, selalu saja ada Hal-hal Kotor yang dilakukan oleh para umat yang mengakui punya agama, kelakuan nya sama sekali tidak mencerminkan seperti orang yang beragama, bahkan orang-orang yang tidak beragama saja kadang masih banyak yang melakukan Hal-hal baik selayak nya manusia yang saling menghargai.
Panggung yang paling berkesan selama ini?
Ryan: Karena saya personil yang baru join di era pandemi, selama ini belum banyak panggung yang dirasain, jadi ya semuanya berkesan..
Baruz: Panggung paling berkesan selama karir Godless Symptoms mungkin pada tahun 2005, waktu kita dikasih kesempatan untuk manggung di Penjara Banceuy, menghibur para tahanan disana, dan kita manggung jam 8.30 pagi, dimana biasanya waktu tersebut adalah waktu untuk sound check kalo kita manggung di acara-acara regular. Dan keren nya lagi, LO nya kita adalah kawan kita juga yang sedang menjalani hukuman disana.
Goestie: Iya, Panggung yang berkesan itu pas kita pernah bermain di Penjara Bandung menghibur para napi tahun 2005..
Mbi: Manggung di Launching album ke-4 (The Deaf and the Wasted), karena di acara launching tersebut, saya waktu itu masih berposisi sebagai additional. Suatu kebanggaan, maka dari itu saya merasa acara tersebut adalah acara special buat saya karena itu adalah panggung pertama saya bersama Godless Symptoms.
Diki: Panggung paling berkesan tidak ada lagi buat saya di acara Nutz N’ Nutz di daerah sukajadi sekitar 8 tahun lalu, dimana itu adalah acara ultah suatu produk dan yang hadir adalah keluarga yang tidak sama sekali menyukai metal. Alhamdulillah karena kita ga mikirin itu semua, kita manggung semaksimal mungkin akhirnya suasana cair dan mereka menikmati perform dari Godless Symptoms.
Faktor apa saja yang membuat GS bertahan selama ini?
Komunikasi aja sih. Dibiasakan berkomunikasi aja yang enak, ada apapun selalu kita bicarakan. Mau itu berkaitan dengan panggung, studio latihan, studio rekaman, merchandise, dan lain-lain. Hal sekecil apapun, ketika berkaitan dengan band, pasti kita share, dan alhamdulillah bisa bertahan sampai selama ini, tahun depan 2023, band ini berusia 20 tahun.
Words & interview by Aldy Kusumah
Photos from Godless Symptoms’s Archives