SSSLOTHHH adalah band Bandung yang berhasil meleburkan post-metal, sludge dan hardcore kedalam musiknya. Rilisan terakhir mereka, Celestial Versesâ€, adalah salah satu rilisan lokal yang mendapat banyak pujian karena sound dan aransemen nya yang apik. Mari berbincang dengan keempat personil SSSLOTHHH mengenai kolaborasi mereka dengan Tesla Manaf dan upcoming release mereka…
Ini mungkin pertanyaan yang mewakili banyak orang: Kenapa ada 3 S dan 3 H di nama SSSLOTHHH? Sehingga agak sulit kalau nge-search akun band ini di IG.. haha..
Widi: SSS dan HHH itu merupakan statement dimana kita ingin bertransformasi dan melakukan eksplorasi diluar dari kebiasaan. Dengan melebur berbagai macam genre menjadi sesuatu yang unik, aneh dan mempunyai karakter organik tapi masih berada dalam satu koridor utama yaitu Heavy.
Angga: Nah itu bisa langsung di tanyakan ke Dinar, Dede dan Boink Hahaha..
Boinx: Sebenernya sih itu awal nya penegasan buat karakter si band nya, setelah berjalan lama itu menjadi sebuah konsep dari musikalitas dari SSSLOTHHH nya sendiri.
Dinar: Nah itu dia, biar susah! Hahaha!
Video live terbaru kalian berkolaborasi dengan Tesla Manaf. Bisa ceritakan sedikit konsep dibalik kolaborasi ini dan kenapa kalian memilih Tesla sebagai kolaborator?
Boinx: Ide awal muncul dari Widi yang BM pengen bikin video live karena semenjak kita rilis album kedua “Celestial Verses†itu selang 2 bulan kemudian langsung pandemi. Akhirnya kita meeting internal buat matengin konsep dan delivery nya kaya gimana. Dinar merekomendasikan Tesla Manaf dari situ ga banyak perbincangan di band jadi bergerak cepat masuk studio. Dan secara pribadi saya melihat video Tesla Manaf dan memainkan musik dengan konsep yang pas dan bisa bekerjasama dengan SSSLOTHHH dan akhirnya bisa terealisasikan juga, dibantu Disaster Records dan Maternal Disaster.
Widi: Terinisiasi dari kebutuhan launching album celestial verses yang ga bisa terealisasi akibat pandemic. Dari Situ saya berdiskusi secara internal dengan Dinar, Boink dan Angga. Ditambah saya pun berdiskusi secara external juga dengan Ody dari Disaster dan Vidi dari Maternal untuk merealisasikan video live ini. Disitu Vidi memberi masukan konsep kolaborasi supaya video live ini outputnya berbeda dari yang biasanya. Lalu Dinar merekomendasikan Tesla Manaf a.k.a KUNTARI untuk berkolaborasi di project ini. Jujur sebelumnya saya belum tau KUNTARI itu seperti apa. Tapi Ketika saya digging karyanya lewat “Last Boy Picked†Wow… ini outstanding dan out of the box! Tanpa pikir panjang saya pun setuju untuk lanjut berkolaborasi.
Angga: Untuk lokasi syuting kemarin tuh di Armor Coffee Kiaracondong, ada spot lumayan gede dan ga kepake. Memang dari awal pengen yang bentuk nya macem gudang dan view di kamera nya tuh landscape gitu, lebar lah keliatan nya. Ngetake nya cukup bentar, kalo ga salah 1,5 jam, yang lama tuh routing lighting dan sound system. Sempet juga kita trouble di bagian sound system, itu sih yang bikin lama haha. Oh iya nambahin Widi sedikit, di live session ini kita nunjukin konsep lighting yang megah dari temen-temen convert yang provide banyak sekali lampu dan konsep lightingnya.
Dinar: Konsep nya tuh kita bawain beberapa lagu di Celestial Verses plus pengen ada bintang tamu yang bisa kita ajak dan alat musik yang dipakai juga beda dari instrumen yang kita pakai. Akhirnya saya ngasih rekomendasi Kuntari ke anak-anak untuk kita ajak kolaborasi di semua lagu yang kita bawain. Proses latihan sama Kuntari terbilang cepat dan serba mendadak haha. Kurang lebih 3 kali latihan dan 1 kali brainstorming bareng, itu pun via chat Whatsapp.
Kalo kenapa milih Tesla itu karena beberapa bulan lalu Ody, temen di kantor ngirim video tesla baru eksplor trumpet di Twitter. Dan suara yang dikeluarkan kayaknya cocok buat dipake di SSSLOTHHH, ga pake pikir panjang langsung ngajuin ke anak-anak buat bikin video live tapi collab sama Tesla bawain beberapa lagu di album yang kebetulan belum pernah kita bawain live semenjak rilis, karena pandemi ngentot! Ha!
Lagu yang kita bawain beberapa dari album Celestial Verses, ada juga lagu terbaru yang diambil dari album kompilasi Grimloc dan juga sepotong lagu cover dari band favorit kita berempat. Bisa ditonton video nya sampai habis buat tau lagu apa yang kita cover hehe..
SSSLOTHHH awal nya menggunakan formasi trio, dan kini semakin solid dengan tambahan gitaris Angga dari Taring. Kenapa memutuskan untuk memakai format 2 gitar sekarang?
Widi: Pertama dari segi produksi kita butuh frekuensi tambahan di gitar. Yang mana hal itu sebetulnya masih bisa kita rekayasa secara engineering pada saat proses rekaman berlangsung. Hanya saja kalo ngerefer ke Infinite Fracture dan Phenomenon. Dari situ bisa disimpulkan kita perlu tambahan karakter permainan gitar yang berbeda dari sebelumnya. Goalsnya adalah untuk mengisi semua ruang kosong di seluruh struktur lagu. Dan di Celestial Verses ini Angga berhasil memberikan banyak edit value untuk mengisi kekosongan tersebut. Hal ini pun sangat terasa saat proses pembuatan single Eulogy to The Passing tahun 2020 lalu untuk Dasawarsa Kebisingan kompilasinya 10 tahun Grimloc. Kalo didengar lebih detail, disitu kerasa banget perbedaan gitar saya dan Angga. Kedua dari segi live saya perlu partner yang memiliki passion dan energi yang sama di band untuk nge-deliver output yang maksimal pada saat live.
Angga: Nah angga juga kaget dengan ajakan dari Dinar untuk ikut gabung sama SSSLOTHHH, dengan senang hati gabung sama SSSLOTHHH. Dari awal nya memang suka sama band nya. Terus kalo bagi Angga ada tantangan sendiri karena ngga biasa mainin genre yang di mainkan sama SSSLOTHHH.
Boinx: Faktornya mungkin karena kebutuhan di band yah, kita pengen maen seperti ini tapi tidak memungkinkan untuk dimainkan dari situ mulai terpikir harus mencari satu lagi untuk mengisi kekosongan dan setelah berunding kita bertiga akhirnya Angga dari Taring ikut bergabung.
Dinar: Intinya buat nambah frekuensi yang kosong di lagu kita. Dan eksplorasi nya juga lebih luas ketika angga masuk.
Kalian memainkan peleburan yang pas antara post-metal dan sludge. Elemen-elemen apa lagi diluar kedua genre tersebut yang ingin kalian representasikan di rilisan SSSLOTHHH selanjutnya?
Widi: Mungkin Titanium, Niobium, dan sedikit paduan Vanadium.
Angga: Di campur-campur kan aja, karena setiap personil bawa referensi nya beda beda, jadi bisa lebih explore.
Boinx: Pasti bakalan ada perubahan baru lagi untuk rilisan selanjutnya, ditambah referensi masing-masing dari member berbeda-beda, dan bisa saja memasukan unsur-unsur yang lebih beda.
Dinar: Pengen nya ada nuansa dark jazz kaya Bohren and Der Club of Gore, hmm tapi ga tau nih bisa apa engga hahaha!
Jika berbicara mengenai “Celestial Versesâ€, bisa ceritakan proses penulisan lagu sampai recording pembuatan album ini? Apakah masing-masing personil ada cerita unik dibalik pembuatan album ini?
Widi: Kalo ngerefer satu dekade ke belakang selama ngeband, bisa dibilang Celestial Verses adalah project terlama yang pernah saya kerjakan. Soalnya disini kita ingin ngasih ouput yang berbeda dari rilisan yang sebelumnya. Singkatnya gini: proses pembuatan draft material sudah dimulai dari akhir 2013 setelah phenomenon rilis. 2014 – 2016 kita baru mapping riff dan pattern instrument. Mei 2016 kita baru masuk proses pre live recording di Escape studio Bandung buat mapping sound dan struktur lagu. Di tahun yang sama kita lanjut beresin sesi rekam semua instrument di Masterplan studio recording Bandung. Tahun 2018 Angga join di band. Karena skala prioritas dan kesibukan pekerjaan. Album ini baru bisa digarap lagi tahun 2019. Di tahun itu saya mulai ngerampungin track vocal di dua studio yang berbeda yaitu Red dan Fun House studio Bandung. Setelah itu ditengah proses mixing berlangsung ada anomali dimana Angga baru terlibat masuk buat mengisi semua fill di semua track gitar di Fun House studio Bandung. Selanjutnya finalisasi mixing dikerjakan sepenuhnya oleh Aulia Akbar di Noise Lab Jakarta dan proses mastering dikerjakan sepenuhnya oleh James Plotkin di Plotkin Works Studio. Uniknya lagi kita baru bisa rilis di akhir tahun yaitu bulan Desember. Dimana jarang ada band yang mau ngerilis sebuah album atau apapun itu di bulan tersebut.
Angga: Nah kalo Angga memang ngga ikut sepenuhnya proses pembuatan lagu nya, karena memang baru banget gabung sama SSSLOTHHH, jadi untuk proses di album Celestial Verses, Angga mengisi fill-in nya saja.
Boinx: Di album “Celestial Versesâ€, ini album yang paling menarik buat saya, dari proses pengerjaan cukup panjang ditambah kesibukan masing masing personil dengan kegiatan diluar band, menariknya untuk saya sendiri James Plotkin bisa bekerjasama di proses mastering di album ini.
Dinar: proses udah diceritain Widi ya haha. Kalo cerita uniknya, Celestial Verses itu pertama kali nya saya tuning drum pake tension watch biar nada dasar nya sama kaya gitar dan lumayan bikin stress sih gara-gara tension setiap lugs nya ga bisa sempurna. Haha!
Upcoming release dan project yang sedang dikerjakan?
Widi: Mungkin single, EP atau pameran lukisan Celestial Verses.
Angga: Mau nya sih langsung album hahaha..
Boinx: PR nya sih EP, ini masih bertahap ngumpulin dulu materi materi nya, soalnya pasti banyak perubahan dari segi musikalitas yang biasa kita mainkan.
Dinar: Kebetulan sudah ada beberapa draft lagu, dan kayanya format rilisan selanjutnya EP deh..
Masing-masing personil seperti Widi, Dinar dan Angga tergabung juga di band lain. Apakah sulit membagi fokus dan ngulik lagu-lagu yang cukup masif dari SSSLOTHH dan band kalian yang lain? Bagaimana membedakan style bermain kalian ketika sedang bermain di band yang berbeda?
Widi: Kalo saya pribadi lebih ke mapping konsep, time management, dan pemilihan referensi. Selebihnya ngalir sendiri. Seperti SSSLOTHHH dan Sacred Witch yang mana keduanya jelas beda banget, tapi masih bisa jalan di waktu yang bersamaan.
Angga: Kalo style bermain, mungkin karena udah biasa aja main di beda band hehe.. Jadi bisa ngebedain sendiri.
Boinx: Secara personal ketika balik lagi beraktivitas di SSSLOTHHH seperti Widi, Angga dan Dinar mereka tetap profesional sih dan membawa SSSLOTHHH tetap ke arahnya sendiri jadi tidak terganggu juga.
Dinar: Hmm ga ada kesulitan sih, soalnya saya lumayan banyak dengerin berbagai macam genre musik dan juga temen-temen di kantor sering juga ngasih rekomendasi band yang cakep lah. Dan cara membedakan style main juga ga ada kesuitan karena apa yang SSSLOTHHH mainkan ga jauh sama band saya yang lain, lagian band saya juga ga ada yang rumit kaya Meshuggah gitu wakakakak!
Bagaimana efek pandemi ke produktivitas band kalian?
Widi: Selama pandemi secara internal saya ada banyak buat tabungan riff riff untuk project selanjutnya. Tapi kalo nge draft secara langsung face to face dengan Dinar, Angga, dan Boink untuk 2 tahun kebelakang frekuensinya hanya hitungan jari.
Angga: Ikutan pandemi juga.. “ngga deng” haha.. Nabung nabung riff riff juga.. Buat project SSSLOTHHH bikin album atau EP.
Boinx: Efeknya pasti terhambat sih kalau untuk produktivitas di lapangan, seperti show atau launching, tapi untuk personal sih Widi, Dinar dan Angga jadi banyak waktu untuk mengumpulkan materi untuk album selanjutnya.
Dinar: Lumayan drop sih, soalnya briefing itu biasa ketemu di rumah Widi buat nyari riff atau cuma sekedar ngobrol-ngobrol doang, ya mayan lah parno adanya covid ini. Jadinya selama pandemi 2020 kita bener-bener ga bikin apa-apa hahaha!
Interview by Aldy Kusumah
Photos Ssslothhh’s archive