Setelah viral tahun ini karena mengkover “Iris†Goo Goo Dolls jika Trump kalah (dulu viral karena beberapa kali dipuji John Mayer di Twitter untuk album pertamanya, Stranger in the Alps), Phoebe masih merayakan dan mempromosikan album terbarunya “Punisherâ€, yang juga mendapat 4 nominasi di 63rd Annual Grammy Awards untuk Best New Artist, Best Rock Performance, Best Rock Song, dan Best Alternative Music Album. Setelah sebelumnya membuat band bersama Conor Oberst (Better Oblivion Community Center) dan Julien Baker + Lucy Dacus di boygenius, Phoebe kembali berkolaborasi bersama mereka lagi untuk menggarap album sophomore ini.
Phoebe yang selalu tampil ikonik menggunakan kostum tengkoraknya ala Donnie Darko, menulis dan merekam album ini dari 2018 sampai 2019 di studio Sound City yang legendaris. Mantan kekasih Ryan Adams ini dibantu drummer Marshall Vore, gitaris Tony Berg dan multi-instrumentalis Ethan Gruska, dalam menulis dan mem-produce album ini. Walau tidak ada kehadiran Mark Kozelek (kolaborator di album Stranger in the Alps) dari Red House Painters lagi di album ini, musisi tamu di album ini sudah terwakili oleh beberapa indie- rockers dan singer/songwriter yang terlibat disini: Julien Baker, Lucy Dacus, Christian Lee Hutson, Jim Keltner, Blake Mills, Jenny Lee Lindberg, Nick Zinner dan Conor Oberst.
Track pembuka “DVD Menu†adalah instrumetal yang menjadi jembatan ke single pertama “The Gardenâ€, sebuah track emo- folk dengan backvokal yang lebih berat dari Matt Berninger-nya The National. Lagu ketiga, “Kyotoâ€, adalah sebuah track indie- rock yang upbeat dan catchy, tidak seperti lagu-lagu lain di album ini. Baru saja track ke 4, album ini sudah merusak mood kamu pada title track “Punisherâ€. Sepertinya lagu ini adalah jawaban Conor Oberst dan Phoebe untuk Transatlanticism-nya Death Cab For Cutie, lengkap dengan lirik mengenai kekaguman Phoebe terhadap Elliott Smith (singer/songwriter yang bunuh diri pada tahun 2003). Lirik di track “Halloween†bercertia mengenai serial killer, dipadu dengan musik slow- ballad bernuansa Americana. “ICU†adalah track favorit saya, sebuah pop-ballad ala Arcade Fire-ish yang dibalut distorsi gitar manis di background dan ditulis sebelum album Stranger in the Alps rilis. Pada track penutup “I Know The Endâ€, Phoebe seperti dirasuki oleh Sufjan Stevens saat horn sections mulai bermain dan cresendo memuncak di akhir lagu dengan sebuah chorus teriakan para vokalis tamu. Album ini memang layak mendapatkan 4 nominasi Grammy, karena tidak ada satu lagu pun yang terkesan seperti filler dan dapat di-skip. Yep, Phoebe Bridgers is just that good and talented.
For fans of: Bright Eyes, Elliott Smith, Red House Painters, Arcade Fire dan Sufjan Stevens