Industri musik belakangan ini mungkin bisa dibilang terkena imbas yang sangat besar dikarenakan efek pandemi yang berkelanjutan, terhitung mulai pada awal tahun 2020 wabah pandemi mengharuskan penggiat ataupun penikmat musik rehat untuk sejenak, kejenuhan pasti melanda sisi pendengar maupun pembuat musik dikarenakan di tidak adakannya gelaran musik di seluruh dunia untuk sementara waktu. Memasuki awal tahun 2021 ini bisa dilihat beberapa musisi serentak menelurkan karya – karya yang bisa menjadi refreshment bagi para pendengar maupun musisinya sendiri karena dari beberapa nama musisi ini beberapa sudah tidak asing di dunia musik international, siapa sajakah musisi yang masuk kedalam pembahasan yang bertajuk Promising Bands & Artist in 2021 versi Arena Xprnc kali ini.
Henrik Palm
Eks-gitaris Ghost dan In Solitude ini rupanya ingin mengeksplor musikalitasnya lebih jauh dengan merilis 2 album solo, Many Days (2017) dan Poverty Metal (2020). Dirilis oleh label Svart Records, Poverty Metal adalah ekspansi multi-genre seorang Henrik Palm, yang didalamnya terdapat unsur post-punk, doom, sludge, noise, shoegaze dan tentunya metal. Album sophomore dari multi-instrumentalis asal Swedia ini adalah kombinasi unik dari riff-riff gitar Sabbath dan Voivod yang dibalut referensi prog-rock klasik. Untuk para penggemar Killing Joke, Crass, Psychic TV, Celtic Frost, Queens of the Stone Age sampai My Bloody Valentine, album-album berikutnya dari Henrik Palm tentu wajib disimak.
Â
Madlib
Produser hip-hop dari West Coast, DJ, dan multi-instrumentalis bernama asli Otis Jackson Jr. ini mungkin lebih dikenal dengan nama Madlib. Kita bisa menemukan karya Madlib dari mana saja: Beat-beat karismatiknya untuk MF DOOM, kolaborasinya dengan pionir sampling J Dilla atau bahkan produksinya untuk album Freddie Gibbs. Bahkan para penggemar jazz juga bisa menemukan Madlib di album remixnya Shades of Blue (2003) yang mendekonstruksi arsip-arsip terbaik Blue Note Records. Band jazz one-man army-nya Yesterdays New Quintet dan alter ego-nya sebagai MC dan produser Quasimoto juga menarik untuk disimak, apalagi keduanya dirilis oleh Stones Throw Records. Madlib dan koleksi vinyl obscure-nya bisa berbicara dan meng-elevate hip-hop ke level baru. Dalam album terbarunya Sound Ancestors, ratusan beats-beats Madlib di aransmen, di kurasi dan di edit menjadi album 16 track oleh Kieran Hebden (Four Tet), seorang produser musik elektronik. Sebelumnya Four Tet sudah berkolaborasi dengan almarhum MF DOOM dan Madlib untuk Madvillainy remix by Four Tet. Cek saja single Road of the Lonely Ones yang mensample lagu The Ethics “Lost in a Lonely Worldâ€. Sepertinya Madlib adalah produser hiphop terbaik yang masih hidup untuk era sekarang.
                                                              Â
Teenage Wrist
Satu hal yang tidak bisa dilakukan band ini adalah membuat lagu jelek. Sejak EP Dazed (2015) dan full album Chrome Neon Jesus (2018), mereka sudah mencuri perhatian kami. Perpaduan yang sempurna dari dinamika keras-pelan musik grunge, sound gitar fuzzy ala band alt-rock ‘90an, dan vokal mengawang Kamtin Mohager yang shoegazing. Sayangnya, Kamtin keluar untuk lebih berfokus pada proyek solonya The Chain Gang of 1974 dan Heavenward. Tetapi keluarnya Kamtin tidak menghentikan band ini, album terbarunya Earth is a Black Hole (Epitaph) yang baru dirilis 12 Februari 2021 kemarin tetap menyajikan hook-hook catchy, sound gitar fuzz yang creamy dan riff-riff chorus khas Marshall Gallagher, yang dalam album ini menjadi vokalis utama. Jangan lupakan juga permainan drum Anthony Salazar yang meng-elevate album ini ke level baru. Simak saja kualitas produksi single “Silverspoon†atau “New Emotionâ€, it’s impossible not to at least tap your feet.
Emma Ruth Rundle
Para penggemar Chelsea Wolfe dan Julie Christmas (Battle of Mice) tentu saja sudah akrab dengan album-album Emma Ruth Rundle. Selain berkarya dengan band post-metal Red Sparowes dan Marriages, singer-songwriter asal Kentucky ini juga produktif berkarya melalui output solonya. Walaupun sudah aktif merilis materi solo sejak tahun 2011, album On Dark Horses rilisan 2018 kemarin cukup menarik perhatian kami. Multi-instrumetalis ini memadukan post-rock, ambient folk dan berbagai referensi prog-rock. Bassline ditengah lagu Control mengingatkan kepada lagu Lateralus milik Tool, in a good way. Slide pada gitar di track penutup You Don’t Have To Cry juga menenangkan sekaligus menyeramkan di saat yang sama. Pada tahun 2020 kemarin Emma merilis album kolaboratif bersama band sludge/doom metal Thou. Album yang berjudul May Our Chambers Be Full ini adalah wilayah eksplorasi bagi Emma. Bayangkan saja lagu-lagu Thou dan suara screeching Bryan Funck yang dipercantik oleh vokal haunting Emma Ruth Rundle. Tentunya 7 lagu di album ini terasa singkat, and now you want more. Kami pun akan selalu penasaran dengan rilisan-rilisan berikutnya dari Emma Ruth Rundle.
Â
Author & Punisher
Tristan Shone adalah seorang multi-instrumentalis yang membuat dan memainkan alatnya sendiri di panggung. Dengan berbekal pendidikan mikrobiologi dan mekanik, Tristan memanfaatkan sirkuit listrik open source untuk mulai membuat instrumen-instrumen musiknya secara D.I.Y. lalu memainkannya di album menggunakan nama Author & Punisher. One-man band bergenre industrial metal ini juga mengimplementasikan unsur-unsur doom dan drone metal. Secara produktif, Tristan Shone sudah merilis 8 album, 2 album terakhirnya dibawah naungan label milik Phil Anselmo (Housecore Records) dan terakhir merilis Beastland di Relapse Records. Noisey saja sampai membuat dokumenter yang membahas Author & Punisher dalam channel Youtubenya. Simak saja track-track seperti “Nihil Strenght†atau “In Remorseâ€. Tristan Shore menggunakan mesin-mesin metal untuk memainkan musik, sehingga bisa disebut industrial secara harfiah! Tak dapat dipungkiri, Author & Punisher adalah salah satu musisi jenius paling inovatif dalam dekade ini.
Claud
Claud Mintz adalah musisi baru favorit Phoebe Bridgers, dan tentunya kita tidak akan melewatkan Claude yang albumnya adalah rilisan pertama record label Phoebe, Saddest Factory. Untuk album pertama Claud yang berjudul Super Monster, Saddest Factory berkolaborasi dengan Dead Oceans Records (yang juga merilis album Punisher milik Phoebe). Pada awal tahun 2020, musisi 21 tahun ini memilih 13 lagu dari stok-stok lagunya (yang kabarnya mencapai 50 lagu) untuk dijadikan album Super Monster. Direkam di studio legendaris Electric Lady Studios dengan kolaborator dan teman-teman dekatnya: Clairo, Melanie Faye, Joshua Mehling sampai Jake Potrait dari Unknown Mortal Orchestra. Dengan debut album yang sangat bagus dan hampir tidak ada lagu jeleknya, Claud adalah Daniel Johnston untuk generasi sekarang. Segera simak Super Monster yang baru saja dirilis 12 Februari 2021 kemarin ini.
Â
Freddie Gibbs
Siapa raja hip-hop setelah MF DOOM meninggal? Nas sudah tidak merilis album yang sekeren Illmatic, Q-Tip sudah tidak produktif dan Eminem sudah lewat masanya, Jadi siapa? Opini publik masih terbagi jika disodorkan nama-nama seperti Kendrick Lamar atau Tyler The Creator. Tetapi semua akan mengangguk setuju jika disodorkan nama Freddie Gibbs. Entah darimana, Gibbs tiba-tiba saja merilis 3 album yang esensial: Alfredo dengan The Alchemist, lalu Pinata (2014) dan Bandana (2019) dengan Madlib. Alfredo mendapat nominasi Best Rap album untuk Grammy Awards 2021 dan Bandana banyak menuai pujian dari skena hip-hop bawah tanah sampai mainstream rap. Sebagai MC, Gibbs terlihat nge-rap tanpa effort dan bisa menyesuaikan deliverynya dengan beats-beats nyentrik yang dibuat Madlib atau aransemen produksi The Alchemist yang rumit. Rhyming dan tema lirik-lirik Freddie yang gelap sangat cocok dengan teknik rappingnya yang seperti batas tipis antara hidup dan mati, secara harafiah, karena Freddie banyak menahan nafas sekaligus rhyming selicin mentega. Freddie Gibbs adalah kombinasi terbaik dari rapper-rapper legendaris seperti MF DOOM, Q-Tip dan Nas. Siapa raja hip-hop selalu menjadi topik yang penuh perdebatan, tapi untuk saat sekarang, Gibbs sepertinya layak untuk duduk di singgasana itu.
Â
Â
Â
Â